Dalam sebuah waktu mencoba untuk berfikir, benarkan yang
kulakukan saat ini? Cacian, makian, hujatan yang sering kutrima seakan menjadi
sebuah ombak dipantai yang selalu menyerang daratan. Ia kadang kuat, pun
terkadang lemah. Cerita tentang sebuah makna seruan, sebuah kata yang penuh
makna. Namun, yakinlah kau tak akan pernah mampu mengartikannya tanpa berada
didalamnya.
Ingin sekali berucap syukur yang berlimpah, terhadap al
qudwah al murabbiah al qiyadah al uswah sang Rosulullah Muhammad SAW.
Membayangkan seperti apa beliau berdakwah, menerobos setiap kedzaliman,
menegakkan setiap seruan dan menahan setiap godaan. Karena seruan memang untuk
disampaikan bukan untuk dinikmati dalam kesendirian.
Baru tersadar setelah berada disini, kenapa seruan ini
selalu mendapat pertentangan. Kenapa dahulu Nabi Muhammad selalu di sebut
penipu, pembual dan penyihir. Semua akan jelas terasa ketika sudah menjalankan,
betapa terstrukurnya aliran dakwah ini. Sebuah perjalanan panjang yang tak
kenal lelah.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka terbunuh atau membunuh, dan siapakah yang paling menepati janjinya selain daripada Allah?”
Dakwah itu,
Ia sakit tapi menyehatkan.
Ia panas tapi mendinginkan.
Ia keras tapi melembutkan.
Ia berat tapi meringkan.
Karena itulah kalimat dalam seruan ini yang ingin selalu
kusampaikan, lewat berjuta kata yang tercucur dari sang khalik. Walaupun selalu
kalian berkata, “ah omong doang”. Namun begitu lebih baik, ruang cercaan dan
makian itu yang harus selalu ada dalam perjalanan ini. Agar seruan ini bukan
hanya untuk para dai saja, namun seruan ini juga untuk semua saudara seiman.
Karena memang semua seruan harus diucapkan dan disampaikan bukan hanya
dinikmati pribadi.
Memang seperti itu, bukan karena menjadikan seruan ini sebagai senjata sehingga hanya
berdiam diri tanpa bergerak melakukannya. Sejatinya dalam hati yang paling dalam justru rasa takut yang begitu besar ketika gerak kami kau lihat. Ketakutan akan sebuah keikhlasan yang akan
semakin terkikis. Atau bahkan orientasi gerak yang hanya karena manusia saja.
Sungguh keinginan besar dalam hati ini agar semua gerak itu hanya sang Pencipta
yang tahu. Agar kesombongan dalam hati ini mudah teratasi. Agar balasan atas
apa yang kami perbuat hanya dari sang maha pemabalas.
Singgasana Inspirasi, 20 Mei 2014 @baniasroff
Singgasana Inspirasi, 20 Mei 2014 @baniasroff
Tidak ada komentar:
Posting Komentar