Senin, 26 Mei 2014

Belajar Hari Kebangkitan Nasional

Selama 350 tahun Bangsa Indonesia dijajah, selama itu pula bangsa Indonesia seakan menjadi kacung di rumah sendiri. Berawal dari sebuah gerakan yang di inisiasi oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo bersama dengan siswa Sekolah Kedokteran STOVIA pada tanggal 20 mei 1908. Gerakan itu menjadi pemantik semangat bangsa Indonesia untuk melawan penjajah. Sehingga tanggal 20 mei sampai sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

20 mei 1908 merupakan sebuah awal perjuangan bangsa Indonesia, bukan berarti sebelum itu Bangsa Indonesia tidak melawan. Namun, gerakan Boedi Oetomo diwaktu itu menjadi gerakan perlawanan terhadap bangsa yang sudah terstruktur, teratur dan lebih masive dibandingkan perlawanan sebelum-sebelumnya. Hari Kebangkitan Nasional adalah semangat persatuan dan kesatuan yang muncul atas dasar Nasionalisme untuk bangkit memperjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional merupakan sebuah wujud penghormatan karena kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang tidak akan pernah melupakan sejarah. Dari sejarah, mencoba belajar bagaimana dulu bangsa ini pernah bersatu padu dan bersama mewujudkan kemerdekaan yang menjadi cita-cita bersama. Begitu banyak pembelajaran sebenarnya ketika kita mau memaknai arti sebuah perjuangan.

Dari Hari Kebangkitan Nasional ini kita belajar bahwa sebuah mimpi besar untuk sebuah perubahan yang besar itu dimulai dari sesuatu yang kecil. Gerakan Boedi Oetomo yang menjadi awal perubahan waktu itu hanya di inisiasi oleh satu orang saja. Satu orang yang mempunyai mimpi besar dan pandangan jauh kedepan.
Selain itu Hari kebangkitan Nasional juga mengajarkan kita arti sebuah kesatuan atau kebersamaan. Dimana perjuangan-perjuangan seporadis yang dilakukan oleh segelintir orang akan mudah dipatahkan. Ibarat sebuah lidi ketika ia hanya sebatang pasti akan mudah dipatahkan dan tidak akan maksimal untuk menyapu. Namun, ketika lidi itu berjumlah banyak dan disatukan maka ia akan kokoh dan menjalankan fungsinya untuk menyapu secara mksimal.

Terakhir sebagai seorang mahasiswa kita sudah diberikan contoh oleh adanya Boedi Oetomo. Kita sering berkelit bahwa mahasiswa itu hanya bertugas untuk memikirkan studinya saja tanpa harus turut serta berfikir untuk bangsa. Beliau adalah Sutomo, Gunawan Mangkusumo, dan Cipto Mangkusumo mahasiswa STOVIA yang belum bergelar dokter. Dalam semangat muda dan pemikiran luas mereka berhasil mendirikan organisasi Boedi Oetomo yang menjadi simbol Kebangkitan Nasional sampai saat ini.

Begitu banyak makna dibalik sebuah Hari bernama Kebangkitan Nasional. Dimana bangsa ini masih belum berjaya, bangasa ini masih dikatakan terpuruk. Yang pasti bangsa ini merindukan sebuah persatuan rakyatnya untuk bersatu padu mewujudakn visi bersama untuk Indonesia lebih sejahtera.

Tidak ada yang pantas kita lakukan sebagai seorang Mahasiswa selain bergerak, bukan hanya diam dan menyaksikan. Namun bergerak untuk sebuah perubahan bangsa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar