Sebuah cambukan keras, ketika diskusi tentang orang-orang
yang menolak sebuah seruan. Mengatasnamakan sebuah kesetaraan dalam hal
religius, menempatkan SARA sebagai benteng paling tangguh. Dan mengacungkan HAM
sebagai senjata mematikanmu. Kau mengatakan negara ini adalah negara netral
bukan negara yang dominan oleh sebuah suku, ras, etnis dan agama.
Coba buka matamu, kau melarang saudara seimanmu dengan keras
untuk beribadah. Namun kau membuka pintu selebar-lebarnya untuk sadara bukan
seimanmu. Toleransimu begitu tinggi untuk menegakkan agama mereka, namun kau
mencibir pedas ketika agamamu diperjuangakan.
Coba buka hatimu, kau merasa saudara seimanmu adalah
penjahat yang selalu kau telanjangi habis-habisan sampai malu untuk bergerak. Namun
kau seakan menutup mata ketika baju-baju mereka dilepas kepermukaan dan
menaggap mereka adalah korban saudaramu.
Pernahkah kau melihat betapa acuhnya dirimu dengan segala
bentuk persembahan istimewa, untuk mengantarkanmu kesurga seperti
yang telah engkau pelajari dahulu. Namun semangatmu membara untuk memberikan simpati
dan perhatianmu terhadap mereka.
Bukankah kau juga mengatakan tentang semua keimanan itu
baik, namun dengan mudah kau menyepelekan imanmu sendiri.
Apakah yang ingin engkau cari? Sebuah pembuktian bahwa agama
yang kau pilih ini harus sama dengan agama yang lain? Ataukah engkau
mengharapkan sebuah pluralisme? Atau justru bukan kesetaraan yang kau inginkan
namun mencoba membenarkan untuk menolak seruan!
Singgasana Inspirasi, 13 Mei 2014 @baniasroff
Tidak ada komentar:
Posting Komentar