Kamis, 26 Juni 2014

Malam Pertama

Pondok Pesantren Mahasiswa Nur Baiturrahaman, Sukoharjo, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Alhamdulillah menjadi tempat pendaratan terakhir bermukim selama di kota pelajar ini. Nuansa 3 tahun lalu berada dalam lingkungan kondusif syarat ilmu agama sudah tertancap sangat dalam dan menembus belahan hati yang suci. Mengulangnya seakan menjadi sebuah dejavu tersendiri. Lagi-lagi ini tentang mimpi, Mimpi menjadi seorang santri yang kemudian Allah berikan semua itu tepat pada waktunya. Waktu dimana agenda-agenda dakwah kampus sedang ingin berlari lebih kencang dari biasanya, tentu seorang pelari akan membutuhkan suplemen yang lebih banyak. Karena itulah niatan yang semoga Allah senantiasa berikan keikhlasan beribadah didalamnya untuk kembali memegang title “santri”.

Malam ini, agak berbeda. Suasana baru, teman baru, wajah baru (ini kali pertama mandi sore dalam semester genap ini :D ), dan ditambah rasa ketikan baru hasil laptop pinjaman. Sebuah harapan besar disampaikan segenap pengurus yayasan dan waqif. Ada sebuah kata-kata yang menarik penyampaian eyang, “mas, kalau njenengan punya mimpi silahkan gambarkan itu semua. InsyaAllah kelak Allah akan mengabulkan apa yang menjadi mimpi njenengan”.

Bismilah, dengan segelintir kesibukan yang kelak akan mewarnai setiap perjalanan waktu. Atas nama Allah Rabb semesta alam, berazam dalam diri hari ini aku ingin kembali mendekatimu agar Engkau dekat denganku. Haus akan bekal ilmu ini semoga menjadi landasan kuat untuk semakin menggali dan terus menggali ilmu yang telah Engkau tanam.

Walaupun dalam hati masih ada secuil rasa sedih, karena ridhoMu atas Ibadahku ini belum sempurna. Masih dan terus berusaha, agar hubungan kami kembali membaik. Antara seorang anak yang selalu bertingkah diluar dugaan sang ayah. Dengan berbagai alasan, ibadah ini masih juga belum berbuah restu. Terkadang golongan, terkadang waktu kuliah bahkan intensitas dirumahpun yang kemudian dijadikan alasan untuk terus memberikan lampu merah. Mungkin salahku yang belum maksimal memohon, ataupun do’a yang belum tercucur dengan deras.

Pada dasarnya mereka bukan melarang, namun aku sangat faham bahwa begitu besar rasa kekhawatiran atas anak-anak mereka. Kekhawatiran akan pergaulan yang berbelok ataupun pemahaman yang melenceng. Sebenarnya belajar disini bukan untuk menyombongkan diri atas nama seorang satri yang sangat lekat dengan Allah dan Islam. Namun, sungguh hati yang begitu rindu akan suasana penuh ukhuwah, memimpikan ilmu yang akan menjadi bekal ketika aku pulang dari kota pelajar ini. Benar, tidak mungkin akan selamanya berada disini. Ada masanya untuk kembali kekampung halaman dan disana bekal agama akan sangat dibutuhkan.

Atas nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ”kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang buruk dan beriman kepada Allah” QS 3:110.
Tidak ada kata mundur selagi seorang panglima perang sudah mengenakan baju perangnya. 

Batman, 25 Juni 2014 @BaniAsroff

2 komentar:

  1. semoga ibdahnya diperlancar dg aktivitasmu yg sangat banyak :)
    *nice

    BalasHapus