Tepat satu bulan lagi sebelum seluruh rakyat Indonesia akan menentukan nahkoda yang baru bagi perjalanan bangsa besar ini. 9 juli 2014 merupakan waktu dimana arah dan tujuan kehidupan bangsa Indonesia akan ditentukan. Akankah ia tetap lurus seperti yang diharapkan, ataukah akan berbelok kearah kehancuran.
Satu bulan menjelang, dari panitia KPU tahun 2014 memberikan persembahan berupa debat Capres dan Cawapres. Namun dalam beberapa penelitian menyebutkan debat hanya memberikan efek kurang dari 15% pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Atas nama seseorang yang masih banyak kekurangan ini, saya mencoba memaparkan sedikit suara untuk para calon Presiden.
Pak Jokowi, beliau adalah seorang Insinyur tentunya dengan segudang ilmu pengetahuan tentang pembangunan. Jujur sampai saat ini saya masih terkagum dengan gaya kepemimpinan beliau yang sangat berbeda. Terlepas dari isu apapun tentang beliau, memang gaya blusukan itu unik. Tapi, saya rasa gaya ini sangat cocok untuk memimpin DKI Jakarta Pak, bukan Indonesia.
Karakteristik Ibukota yang terkenal metropolitan sangat tepat mempunyai seorang pemimpin layaknya Pak Joko, dengan luas wilayah yang masih dalam taraf kota sempit. Disamping itu kepadatan penduduk yang menjadi sumber masalah lebih dari satu Dasawarsa lalu. Tentunya problematika kemasyarakatan di Jakarta membutuhkan penanganan cepat dan responsif.
Menurut saya, Pak Jokowi adalah tipe pemimpin yang "sak sek" bisa kita artikan apa yang sedang dipegang langsung dikerjakan. Nah, itulah mengapa saya sangat respect dengan jokowi sampai saat ini, namun sebagai pemimpin DKI Jakarta.
Pak Prabowo, ketegasan beliau sangat terasa. Disini sayapun masih belajar menjadi seorang pemimpin yang bisa tegas dalam sebuah masalah yang membutuhkan ketegasan. Sebagai seorang mantan prajurit era orde baru rezim soeharto. Saya percaya beliau adalah seorang jundi yang taat terhadap kiyadahnya dan itulah salah satu ciri pemimpin yang baik. Karena pemimpin yang baik adalah ketaatannya saat menjadi bawahan.
Tentang tregedi 13 aktifis diculik pada tahun 1998, iyaa saya kecewa. Bukan karena pelanggaran HAM, namun karena cara membungkam suara aktifis yang tidak pas pada tempatnya. Tapi kalaupun saya fikir-fikir lagi itu adalah bentuk ketaatan seorang prajurit terhadap atasannya. Pasti ada sebab dibalik sebuah akibat, saya salut luar biasa dengan segala keputusan dan keberanian beliau.
Namun, yang perlu diingat 200juta penduduk Indonesia tidak semuanya seorang prajurit. Keadilan yang paling adil adalah ketika setiap individu diperlalukan berbeda. Tidak semua orang akan menerima ketegasan, terkadang ada sisi dimana individu membutuhkan hati untuk berucap.
Pak Joko dan Pak Bowo, saya percaya kalian adalah orang terpilih dinegri ini. Tidak perlu khawatir, karena kami rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin seorang manusia yang pasti mempunya banyak kekurangan. Bukan sesosok malaikan yang tak pernah berbuat dosa.
Intinya siapapun kelak yang akan menjadi presiden, jadilah Imam bagi Makmum. Jadilah Seorang tauladan bagi pengikut. Jadilah Presiden untuk rakyatmu, bukan untuk Partaimu. Karena tanggungjawabmu atas rakyatmu lebih besar dibandingkan partaimu.
Siapapun presidennya, semoga Beliau adalah orang yang mau dan mampu memantaskan diri menerima amanah khalifah ini. Bukan Indonesia dulu yang harus dirubah, namun sungguh diri yang penuh kekurangan ini yang perlu segera disiapkan untuk merubah segalanya.
"Gunakanlah hatimu, karena hati tau mana yang benar dan mana yang salah"
at the corner room, 9 juni 2014 @baniasroff
Tidak ada komentar:
Posting Komentar