Pondok Pesantren Mahasiswa Nur
Baiturrahaman, Sukoharjo, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Alhamdulillah menjadi tempat pendaratan terakhir bermukim selama di kota
pelajar ini. Nuansa 3 tahun lalu berada dalam lingkungan kondusif syarat ilmu
agama sudah tertancap sangat dalam dan menembus belahan hati yang suci.
Mengulangnya seakan menjadi sebuah dejavu tersendiri. Lagi-lagi ini tentang
mimpi, Mimpi menjadi seorang santri yang kemudian Allah berikan semua itu tepat
pada waktunya. Waktu dimana agenda-agenda dakwah kampus sedang ingin berlari
lebih kencang dari biasanya, tentu seorang pelari akan membutuhkan suplemen
yang lebih banyak. Karena itulah niatan yang semoga Allah senantiasa berikan
keikhlasan beribadah didalamnya untuk kembali memegang title “santri”.
Malam ini, agak berbeda. Suasana
baru, teman baru, wajah baru (ini kali pertama mandi sore dalam semester genap
ini :D ), dan ditambah rasa ketikan baru hasil laptop pinjaman. Sebuah harapan
besar disampaikan segenap pengurus yayasan dan waqif. Ada sebuah kata-kata yang
menarik penyampaian eyang, “mas, kalau njenengan punya mimpi silahkan gambarkan
itu semua. InsyaAllah kelak Allah akan mengabulkan apa yang menjadi mimpi
njenengan”.
Bismilah, dengan segelintir
kesibukan yang kelak akan mewarnai setiap perjalanan waktu. Atas nama Allah
Rabb semesta alam, berazam dalam diri hari ini aku ingin kembali mendekatimu
agar Engkau dekat denganku. Haus akan bekal ilmu ini semoga menjadi landasan
kuat untuk semakin menggali dan terus menggali ilmu yang telah Engkau tanam.
Walaupun dalam hati masih ada
secuil rasa sedih, karena ridhoMu atas Ibadahku ini belum sempurna. Masih
dan terus berusaha, agar hubungan kami kembali membaik. Antara seorang anak
yang selalu bertingkah diluar dugaan sang ayah. Dengan berbagai alasan, ibadah
ini masih juga belum berbuah restu. Terkadang golongan, terkadang waktu kuliah bahkan intensitas dirumahpun yang kemudian dijadikan alasan untuk terus memberikan lampu merah.
Mungkin salahku yang belum maksimal memohon, ataupun do’a yang belum tercucur
dengan deras.
Pada dasarnya mereka bukan
melarang, namun aku sangat faham bahwa begitu besar rasa kekhawatiran atas
anak-anak mereka. Kekhawatiran akan pergaulan yang berbelok ataupun pemahaman
yang melenceng. Sebenarnya belajar disini bukan untuk menyombongkan diri atas
nama seorang satri yang sangat lekat dengan Allah dan Islam. Namun, sungguh
hati yang begitu rindu akan suasana penuh ukhuwah, memimpikan ilmu yang akan
menjadi bekal ketika aku pulang dari kota pelajar ini. Benar, tidak mungkin
akan selamanya berada disini. Ada masanya untuk kembali kekampung halaman dan
disana bekal agama akan sangat dibutuhkan.
Atas nama Allah yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, ”kamu adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh untuk berbuat kebaikan dan
mencegah dari perbuatan yang buruk dan beriman kepada Allah” QS 3:110.
Tidak ada kata mundur selagi seorang panglima perang sudah mengenakan baju perangnya.
Batman, 25 Juni 2014 @BaniAsroff