Sabtu, 21 November 2015

Bagaimana mungkin aku bisa menulis

Bagaimana mungkin aku bisa menulis, jika jemari tanganku diam dan tak mau bergerak.

Aku pun heran dengan diriku, banyak yang aku punya tapi terlihat tak punya apa-apa. Biasanya ada yang membanggakan tapi semuanya selalu sirna. Batasan-batasan waktu yang seolah membunuh akal sehatku. Ruang-ruang semu yang tak bisa aku lihat meski aku mencoba mebacanya.

Aku harus bagaimana? saat aku tak punya pijakan. Bukankah setiap yang melangkah itu pasti berpijak? bagaumana mungkin dia bisa berjalan diatas awang-awang. Kalaupun bisa tentulah ada mukjizat disana.

Rasanya hampa, mataku hanya melihat degradasi dua warna hitam dan putih. Mereka kadang terpisah, tapi kadang menyatu. Kemana warna yang lain? sudah pudar kah, atau sudah hilang ditelan cahaya.

Sepertinya akal, fikiran dan hati tak kunjung mau berpadu. Mungkin salah satu diantara mereka ada yang terluka. atau dominasi diantara ketiganya yang tidak merata.

Sudahlah, sepertinya semua orangpun tahu. Hati yang gelisah adalah tanda kesalahan. Bukan hal yang mustahil jika hati itu rusak. Karena hati yang fitrah itupun akan menjadi kotor jika terus menerus kau paksa.

Mengapa tidak mencoba untuk bergerak, padahal Pencipta menyuruhmu untuk bangun dari tidur nyenyak. Menarik lembaran selimut dari tubuhmu agar kehangatan itu tak melenakan.

Mengapa tak pernah bersyukur. Bukankah kita tidak akan pernah lupa dengan aib yang kita lakukan. bagaimana jika aib-aib itu terbuka. Sungguh Dia telah benar-benar menutup setiap kesalahan, dan itu hanya karena agar kita mau bersyukur dan belajar.

Ayoo, tidak ada alasan untuk berdiam diri. Tidak ada pembenaran untuk tidak berbuat baik. Masihkah selalu kita dengarkan, Dia memanggilmu dengan sapaan "hayya' alal falah" bukankah itu berarti hanya ada kebaikan yang Dia inginkan darimu.

Sadarlah, Hari ini kita masih hidup.


Sabtu, 07 November 2015

Indonesiaku


Pagi buta, sejuk semilir angin nampaknya terasa berkat gerimis semalam. Di bawah langit khas Indonesia, dan bau tanah yang baru terusap hujan. Saya pun berfikir tentang Indonesia, dan inilah Indonesiaku.

Saya menulis ini bukan untuk menambaah permasalahan bangsa, bukan pula memposisikan diri bahwa setelah tulisan ini dibaca maka permsalahan bangsa akan selesai. Tidak, bagi saya menulis adalah menuangkan perasaan. Tulisan ini mungkin tidak dapat menjadi visualisasi diri saya, namun ini lah sedikit yang saya rasakan tentang Indonesia.

Jiwa seroang pemimpin memang tidak akan pernah bisa berbohong, saya diajarkan bahwa memimpin adalah tentang mencintai. Mencintai dengan segala bentuk pemberian, bukan permintaan. Ada perjuangan, pengorbanan dan tangungjawab. Di dalam kepemimpinan adalah amanah, seperti halnya Allah utus manusia menjadi khalifatullah fil ardh. Amanah itu harus diperjuangakan, bahkan dengan penuh pengorbanan karena akhirnya amanah harus dipertanggungjawabkan..

Sebagai anak bangsa, saya sedih dan prihatin dengan keadaan Indonesia. Siapa bilang pemimpin sekarang gagal? tidak, bukan karena itu kesedihan itu datang. Justru karena keadaan Negara yang bagi saya sangat tidak stabil.

Di awal saya melihat perjalanan pemimpin Negara ini bukan dari tempaan lapangan, justru karena peran media dengan proyek mengaangkat figur baru yang di persepsikan menjadi idola masyarakat. Dampaknya mulai terasa, kesiapan sang Bapak Negara mengelola 1700 lebih sekian pulau mulai dipertanyakan. Kesalahan-kesalahan kecil memicu golongan oposisi semakin menjadi-jadi dalam mengkritik. Integritas seorang pemimpin bangsa pun dipertanyakan, euforia kampanye yang begitu besar tidak bisa di ikuti dengan keselarasan tindakan. Negara ini seketika menjadi penuh masalah, mulai kisruh KPK POLRI, Pengangkatan Hakim Agung, sampai sengketa Kapolri.

Lucunya masalah demi masalah itu tidak diselesaikan, masyarakat seolah diposisikan sebagai konsumen atas pertunjukan elite politik di pemerintahan. Satu masalah muncul kemudian hilang tak berbekas di tutup dengan masalah-masalah lain. Saya pun bosan dengan pemberitaan media yang selalu menyudutkan pemerintah, rencana kebijakan yang senganja di wacanakan seolah menjadi "test in the water" bagi masyarakat. Betul-betul masih teringat saat isu tentang agama memanas menjadikan kaum kaum religius geram, mulai dari rencana penghapusan kolom agama di KTP, pemblokiran situs radikal sampai isu teroris dan ISIS yang sampai sekarang tidak ada bukti keberadaannya.

Bagi saya kondisi negara ini sangat meprihatinkan, memang saya hanya bagian kecil dari salah satu faktor pembentuk Indoensia. Tapi bagi saya keresahan adalah perasaan cinta atas kebermilikan Ibu Pertiwi tempat saya lahir dan dibersarkan.

Lihat, masyarakat pribumi berangsur-angsur gagal menjadi tuan di tanah sendiri. Semakin kesini saya melihat, pilihan itu hanya ada dua, menjadi mafia atau penonton atas drama eksploitasi di rumah sendiri. Ini tanah kami, kenapa hak-hak masyarakat justru semakin dibatasi. Negara di sulap menjadi lahan bisnis bagi para penanam saham.

Aneh, sangat-sangat aneh. atau memang inilah tanda-tanda akhir zaman. Saat amanah diberikan kepada orang-orang yang berkhinat. Jika tidak percaya, coba tanyakan pada sebagian orang tentang kondisi pemerintahan Indonesia. Maka kita akan melihat kekecewaan atas amanah-amanah dari para pemimpin yang diberikan amanah. Saya tidak menunjuk satu orang, karena pemerintahan adalah satu kesatuan yang harusnya bisa saling menutupi aib. Bukan malah saling serang hanya untuk kekuaasaan dan keberterimaan di mata rakyat.

Apakah seperti ini yang dikatakan pemimpin? ketika berjanji dia ingkari, ketika berkata dia berdusta dan ketika diberi amanah dia berkhianat.

Wahai pemimpin negeri, tidakkah kalian tahu rakyat dibawah sana sedang kebingungan. Mereka hidup di antara apa yang benar dan apa yang terlihat benar. Mengapa kita tidak saling bersatu, bahu membahu dan saling mendukung untuk kejayaan bersama. Tidak perlu lagi rakyat ditipu hanya untuk kepentingan golongan, tidak pantas pula rakyat melihat Bapak Negaranya justru lebih ingin menyenangkan ibu suri daripada rakyatnya.

Tidak banyak orang yang mau mengakui kesalahan, meminta maaf dan memperbaikinya. Justru mereka bersembunyi dibalik kesalahan-kesalahan masa lalu yang dijadikan tameng untuk mengamankan posisi dan lari dari tanggungjawab. Gali lubang tutup lubang, hingga pada akhirnya semua cara ditempuh untuk menutupi kesalahan yang ada.

Tulisan ini memang tidak akan serta merta merubah kondisi Indonesia, bahkan di luar sana saya yakin masih banyak orang-orang yang berfikir bahwa saya adalah orang yang berada diposisi berseberangan dengan pemerintah. No No, tidak. ini adalah realitas yang saya rasakan tentang keresaahan. Saya hanya tidak ingin Indonesia ini semakin terpecah belah oleh rekayasa media dan penggiringan opini publik. Karena bagi saya hancurnya negara ini adalah kesalahan sistemik dari setiap sistem yang saling berkaitan.

Dalam diri saya hanya ingin kita semua merendahkan setiap egoisme, sadar atas permasalahan bangsa dan bersama-sama menyatukan kekuatan untuk mewujudkan negara yang Adil dan Sejahtera.

Jumat, 21 Agustus 2015

Guru Bangsa adalah Kita

Bismillahirrahmanirrahim..

70 tahun Indonesia merdeka tak bisa menjamin negara dengan ribuan pulau ini meraih kejayaan. Justru dibalik hingar-bingar perayaan hari Kemeredekaan, permasalahan bangsa kian menjadi-jadi. Kekacaun berskala nasional melanda bumi pertiwi yang kata orang negara ini adalah negara yang besar. Permasalahan karakter bangsa mencapai titik nadir, di saat prostitusi sudah biasa, kawin cerai apa salahnya, korupsi menjadi budaya. Negara kaya akan sumber daya seakan tak berguna karena tergerus arus modernisasi yang tak bisa diimbangi. Seabreg permasalahan bangsa pada akhirnya menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana cara memperbaikinya.

70 tahun yang lalu, ada salah satu negara kecil yang hancur lebur akibat 2 bom atom mendarat di kota Hiroshima dan Nagasaki. Sang matahari terbit yang kini menjelma menjadi salah satu tokoh dalam dunia teknologi pernah hancur. Tapi Jepang bangkit, bahkan tanda kebangkitan itu mulai terlihat 20 tahun setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Belajar dari jepang, terkisahkan disana saat terpuruk pemerintah jepang melakukan tindakan dengan efek jangka panjang. Dari sekian orang yang tersisa dan selamat, pemerintah Jepang meminta untuk mengumpulkan beberapa kelompok, salah satu di antaranya adalah guru. Berapapun guru yang tersisa kala itu mereka kumpulkan. Mereka faham betul salah satu cara untuk bangkit dari keterpurukan adalah dengan pendidikan.

Mentri Pendidikan Anies R. Baswedan, PhD. pernah berkata “memikirkan pendidikan adalah memikirkan tentang masa depan bangsa”. Memang urgensi pendidikan saat ini sangat dibutuhkan sejalan dengan kondisi negara 10-20 tahun mendatang yang akan ditentukan oleh pendidikan.

Berbicara tentang pendidikan adalah berbicara tentang proses membina dan dibina, proses belajar dan mengajar yang dasarnya sesuai hukum dasar aksi dan reaksi. Pendidikan mengajarkan tentang sebuah aturan, membentengi manusia dari kebodohan atas ketidaktahuan. Pendidikan juga berarti menanam, meletakan bibit agar dia tumbuh dan berkembang. Menanam berarti menghidupkan, dan dari sanalah kehidupan itu terlihat. Apakah dia akan tumbuh menjadi pohon besar dan kokoh, atau justru menjadi pohon kecil yang gersang dan kering.

Kita telah diajarkan dalam salah satu hadist, “tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” (HR Bukhori). Itulah mengapa pendidikan begitu relevan dengan kehidupan, karena dimana saja kita hidup maka disanalah ada pembelajaran. Satu hal yang perlu ditanamkan adalah kita bisa belajar dari siapapun, bahkan dari seorang bayi yang baru dilahirkan.  

Mas Harizka Rahmanto (Ketua BEM FT UNY 2010) dalam tulisannya berkata, “dalam membentuk karakter berintegritas tidak hanya bisa dengan diajarkan, namun di tularkan”.

Pantas saja ketika hari ini banyak siswa di Sekolah rajin mencontek, kita lihat pemimpin-pemimpin disana sudah akrab dengan korupsi. Wajar ketika hari ini siswa SD sudah familiar dengan rokok jika mentri negara saja memberikan contoh atas itu. Betapa marahnya guru saat siswa tidur di kelas, padahal tidak sedikit anggota DPR yang tidur saat rapat. Atau saat guru BK di sekolah merasa lelah terus menerus mengingatkan siswanya yang tak mau memasukkan bajunya, itu sebanding karena Presiden saja memberi contoh melipat dan mengeluarkan baju dinasnya.

Harusnya kita sadar, bahwa mental-mental tidak teratur yang mendera generasi penerus bangsa ini tidak serta merta muncul tanpa alasan. Tapi karena memang apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lakukan adalah sama. Tauladan yang sungguh sangat dirindukan itu menghilang dan tak mengajarkan apa itu makna kehidupan.

Sepakat saat hari ini, di kampus Pendidikan ini OSPEK yang selalu difatwakan erat dengan penghancuran karakter via perploncoan justru mengangkat tema “GURU BANGSA”. Guru bangsa bukanlah profesi yang harus mendekte soal hasil kurikulum yang tercetak. Atau personal yang mengajarkan teori dengan gaji tinggi hingga melupakan apa itu panggilan jiwa.

Guru bangsa adalah tauladan, Guru bangsa adalah percontohan, Guru bangsa adalah panggilan jiwa untuk senantiasa meyakinkan dalam hati, mengatakan dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan dalam menanam benih benih kebaikan. Karena sejatinya guru adalah panggilan jiwa yang sadar akan permasalahan bangsa. Perlahan menanam bibit agar kelak ketika dia berbuah, buah itu yang akan merubah bangsa ini menuju arah perbaikan. Menghapuskan segala bentuk pembodohan dan menegakkan segala macam kebenaran.

Bukan tidak mungkin negara ini bangkit, saat setiap rakyatnya mampu menjadi guru bagi dirinya, keluarganya dan sekitarnya. Mencegah dari kerusakan dan melakukan perbaikan. Mereka percaya bahwa Indonesia ini akan menjadi negara yang besar. Negara yang kuat karena setiap rakatnya mampu memberikan tauladan kebaikan. Hingga saat semua itu terjadi, Ibu Pertiwi akan kembali tersenyum.

*Dedikasi untuk OSPEK UNY 2015, 
@baniasroff



Kamis, 20 Agustus 2015

Mirai E

lihat, apa kau melihat apa yang ada di kakimu?
inilah jalan yang kau lalui
lihat, apa kau melihat apa yang ada di depanmu?
itulah masa depanmu

ibu telah memberiku banyak kasih sayang,
terus menerus mengatakan padaku, agar berjalan dengan cinta
saat itu aku masih anak-anak dan tidak mengerti apa artinya,
tapi dia menggenggam tanganku dan berjalan bersamaku,

mimpiku terlihat jauh diatas langit
aku takut tak bisa menggapainya, tapi aku terus mencoba
karena ini ceritaku, maka aku tak akan menyerah
ketika ku merasa cemas, ia menggenggam tanganku dan berjalan bersamaku.

kebaikan seperti itu kadang menjengkelkan
tapi aku menjadi lemah, ketika aku jauh dari ibu,

Jumat, 10 Juli 2015

Aku ingin menjadi...

Hidup ini cerita, saat semuanya tak ada yang diam. Karena perubahan itu pasti, apa yang ada dilangit dan di bumi semuanya berubah dan terus berubah. Jika tak ada yang berubah lagi, sadarlah mungkin ada Dzat yang berkendak di atas sana.

waktu terus berganti,
detik berganti detik menjadi menit,
menit berganti menit menjadi jam,
jam berganti jam menjadi hari,
dan haripun berganti hari menjadi bulan,

Tak terasa hampir satu bulan sudah kenikmatan beribadah, rejeki berlimpah, bulan rahmad, bulan maghfirah dan bulan ampunan atas segala dosa. Saat dimana proses recharging di buka selebar lebarnya untuk bertahan 11 bulan setelahnya.

Siapa menyangka hanya didasari oleh kejenuhan waktu, pada akhirnya membuat tulisan. Didukung kecanggihan Komputer abad 21 dan Mesin pencetak tulisan multiwarna. 2 Lembar kertas bertuliskan "Proposal Ramadhan 1436 H", dihiasi sya'ir termasyhur yang dilafadzkan hampir di seluruh penjuru dunia. Do'a, Niat, Ikhtiar dan Cita-cita tertuang dalam kalimat "Bismillahirrahmanirrahim", berharap dapat memulai atas ijin Dia yang Maha Rakhman dan Maha Rakhim.

Dinginnya malam menjadi saksi saat tubuh bertulang kecil itu berjuang, gagah berani seperti panglima perang yang sudah menang berkali-kali. Padahal dia adalah pendosa yang baru sadar dan tertampar bahwa memang tidak ada kehidupan paling nyaman selain akhirat.

Kata demi kata dalam proposal itu ia lihat, kemudian diingat agar tak terlupakan. Tekat besarnya, tak ingin menjadi orang yang merugi muncul sesaat ketika seorang guru berkata "Bulan Ramadhan Allah janjikan Rahmat, Maghfirah dan Haramnya api neraka, jikalah seorang mengakhiri ramadhan tanpa mendapatkan ketiganya tentu dia adalah orang yang merugi". Siapa yang bisa memastikan akan mengulang fenomena ini setehun kedepan? tak ada dan tak akan pernah ada.

Rasanya kenikmatan masa ini baru terasa semenjak 21 tahun berlalu. Tak kuasa seluruh peluh tercurah, tangan tengadah menandakan ikhtyar terakhir berupa do'a. Bagaimana tidak, 21 tahun saat Rosullullah Muhammad sudah memiliki usaha mandiri padahal tanpa ayah dan ibu, 21 tahun saat Sultan Muhammad Al Fatih mengukir sejarah robohnya benteng konstantinopel, atau 21 tahun saat Imam Syafi'i sudah menghafalkan 114 surat firman Al Kholiq.

Sebaliknya banyak waktu terlewatkan, banyak dosa dilakukan, banyak perintah ditinggalkan dan banyak ibrah hanya sebatas ucapan. 21 tahun beralalu tanpa sejarah-sejarah besar terukir, justru kehinaan atas nafsu tak terbatas. Kalaulah ada kebaikan, kiranya Allah hadiahkan sebagai ujian atas keimanan dan kecintaan Rabb terhadap hambaNya hingga aib itu tak ditampakkan.

Saat itu adalah suhu teredah selama 2 bulan terakhir. Dimana 2/3 malam menjadi saksi saat do'a syukur, ampunan dan harapan bersatu padu. Lirih, penuh harap dan penuh ketenangan, pasca Rosulullah tak ada satu nama pun terucap pertama dan menjadi  utama selain 2 kata "Bapak dan Ibu". Dua sosok yang Allah titipkan ridhoNya di dunia, Do'a malam itu adalah rasa bersalah dan kerinduan seorang anak muda yang begitu sombong. Jangankan berbakti dengan jiwa dan raga, bahkan hanya untuk sekedar menyapa dalam do'a pun tak pernah ada waktu.

Betapa kejamnya, saat nyawa menjadi taruhan untuk menyaksikan bayi kecil lahir ke dunia. atau 9 bulan tanpa waktu untuk meletakkan beban berat yang menempel itu. Bahkan 21 tahun membuatnya nampak tua dan lemah, keringat mengucur deras, kulit terbakar terik matahai namun dia tetap tegar.

Lantas apa yang bisa diberikan untuk mereka? Jikalah memang akhirat adalah dunia terbaik, maka disanalah pemberian itu akan sangat berguna. Namun apa daya, fakta berbicara kalaulah harta tak seberapa. Tak mampu menyisihkan amal jariyah agar pahala tak terputus. Pun takdir sudah terlewat, ilmu mereka tak banyak. Tak bisa mendidik orang agar di amalkan sepanjang hayat, hingga ilmu jariyahpun hanya tinggal kenangan.

Angin dingin menyapa, air mata menetes dan isak nafas menjadi nada paling indah. Romantika 2/3 malam itu Allah pernah janjikan kepada mereka bahwa do'a anak sholeh kepada orang tuanya tak akan pernah terputus walaupun beda dunia.

Allahu Akbaaarrrr...

Tertunduk dalam tengadah, saat tangan-tangan memohon kepada Rabb nya.

"Yaa Allah ya Malikul Qudus,  Yaa Rahman, Yaa Rahiim. Yaa Allah Al-Muntaqim, Yaa Rabb. Hamba mohon atas diri dan hati hamba yang ada dalam genggamanMu. Kalaulah orang tua hamba tak punya harta yang berlimpah untuk beramal jariyah, kalau lah orang tua hamba adalah orang-orang tak berilmu lebih untuk bermanfaat. Maka ijinkanlah mereka, maka Ridhoilah mereka, maka karuniakanlah kepada mereka anak yang sholeh ya Rabb... dan Anak-anak yang sholeh itu adalah hamba...."

Aamiin, Aamiin, Aamiin Yaa Rabbal 'alamin.



Ramadhan 1436H, Semoga bermanfaat.

Selasa, 30 Juni 2015

Hari Ketika Mulut di Kunci, Tangan dan Kaki Bersaksi

Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekakkan telinga, seluruh makhluk mati kecuali Izrail & beberapa malaikat yang lain. Selepas itu, Izrail pun mencabut nyawa malaikat yang tinggal dan akhirnya nyawanya sendiri.

* Selepas semua makhluk mati, Tuhan pun berfirman mafhumnya "Kepunyaan siapakah kerajaan hari ini?" Tiada siapa yang menjawab. Lalu Dia sendiri menjawab dengan keagunganNya "Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." Ini menunjukkan kebesaran & keagunganNya sebagai Tuhan yg Maha Kuasa lagi Maha Kekal Hidup, tidak mati.

* Selepas 40 tahun, Malaikat Israfil a.s. dihidupkan, seterusnya meniup sangkakala untuk kali ke-2, lantas seluruh makhluk hidup semula di atas bumi putih, berupa padang Mahsyar (umpama padang Arafah) yang rata tidak berbukit atau bulat seperti bumi.

* Sekelian manusia hidup melalui benih anak Adam yg disebut "Ajbuz Zanbi" yang berada di hujung tulang belakang mereka. Hiduplah manusia umpama anak pokok yang kembang membesar dari biji benih.

* Semua manusia dan jin dibangkitkan dalam keadaan telanjang dan hina. Mereka tidak rasa malu kerana pada ketika itu hati mereka sangat takut dan bimbang tentang nasib & masa depan yang akan mereka hadapi kelak.

* Lalu datanglah api yang berterbangan dengan bunyi seperti guruh yang menghalau manusia, jin dan binatang ke tempat perhimpunan besar. Bergeraklah mereka menggunakan tunggangan (bagi yang banyak amal), berjalan kaki (bagi yang kurang amalan) dan berjalan dengan muka (bagi yang banyak dosa). Ketika itu, ibu akan lupakan anak, suami akan lupakan isteri, setiap manusia sibuk memikirkan nasib mereka.

* Setelah semua makhluk dikumpulkan, matahari dan bulan dihapuskan cahayanya, lalu mereka tinggal dalam kegelapan tanpa cahaya. Berlakulah huru-hara yang amat dahsyat.

* Tiba-tiba langit yang tebal pecah dengan bunyi yang dahsyat, lalu turunlah malaikat sambil bertasbih kepada Allah SWT. Seluruh makhluk terkejut melihat saiz malaikat yang besar dan suaranya yang menakutkan.

* Kemudian matahari muncul semula dengan kepanasan yang berganda. Hingga dirasakan seakan-akan matahari berada sejengkal dari atas kepala mereka. Ulama berkata jika matahari naik di bumi seperti keadaannya naik dihari Kiamat nescaya seluruh bumi terbakar, bukit-bukau hancur dan sungai menjadi kering. Lalu mereka rasai kepanasan dan bermandikan peluh sehingga peluh mereka menjadi lautan. Timbul atau tenggelam mereka bergantung pada amalan masing-masing. Keadaan mereka berlanjutan sehingga 1000 tahun.

* Terdapat satu telaga kepunyaan Nabi Muhammad SAW bernama Al-Kausar yang mengandungi air yang hanya dapat diminum oleh orang mukmin sahaja. Orang bukan mukmin akan dihalau oleh malaikat yang menjaganya. Jika diminum airnya tidak akan haus selama-lamanya. Kolam ini berbentuk segi empat tepat sebesar satu bulan perjalanan. Bau air kolam ini lebih harum dari kasturi, warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih sejuk dari embun. Ia mempunyai saluran yang mengalir dari syurga.

* Semua makhluk berada bawah cahaya matahari yang terik kecuali 7 golongan yang mendapat teduhan dari Arasy. Mereka ialah: 1- Pemimpin yang adil. 2- Orang muda yang taat kepada perintah Allah. 3- Lelaki yang terikat hatinya dengan masjid. 4- Dua orang yang bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah. 5- Lelaki yang diajak oleh wanita berzina, tetapi dia menolak dengan berkata "Aku takut pada Allah". 6- Lelaki yg bersedekah dengan bersembunyi (tidak diketahui orang ramai). 7- Lelaki yang suka bersendirian mengingati Allah lalu mengalir air matanya kerana takutkan Allah.

* Oleh kerana tersangat lama menunggu di padang mahsyar, semua manusia tidak tahu berbuat apa melainkan mereka yang beriman, kemudian mereka terdengar suara "pergilah berjumpa dengan para Nabi". Maka mereka pun pergi mencari para Nabi. Pertama sekali kumpulan manusia ini berjumpa dengan Nabi Adam tetapi usaha mereka gagal kerana Nabi Adam a.s menyatakan beliau juga ada melakukan kesalahan dengan Allah SWT. Maka kumpulan besar itu kemudiannya berjumpa Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. (semuanya memberikan sebab seperti Nabi Adam a.s.) dan akhirnya mereka berjumpa Rasullullah SAW. Jarak masa antara satu nabi dengan yang lain adalah 1000 tahun perjalanan.

* Lalu berdoalah baginda Nabi Muhammad SAW ke hadrat Allah SWT. Lalu diperkenankan doa baginda.

* Selepas itu, terdengar bunyi pukulan gendang yang kuat hingga menakutkan hati semua makhluk kerana mereka sangka azab akan turun. Lalu terbelah langit, turunlah arasy Tuhan yang dipikul oleh 8 malaikat yang sangat besar (besarnya sejarak perjalanan 20 ribu tahun) sambil bertasbih dengan suara yang amat kuat sehingga 'Arasy itu tiba dibumi.

* 'Arasy ialah jisim nurani yang amat besar berbentuk kubah (bumbung bulat) yang mempunyai 4 batang tiang yang sentiasa dipikul oleh 4 malaikat yang besar dan gagah. Dalam bahasa mudah ia seumpama istana yang mempunyai seribu bilik yang menempatkan jutaan malaikat di dalamnya. Ia dilingkungi embun yang menghijab cahayanya yang sangat kuat.

* Kursi iaitu jisim nurani yang terletak di hadapan Arasy yang dipikul oleh 4 malaikat yang sangat besar. Saiz kursi lebih kecil dari 'Arasy umpama cincin ditengah padang . Dalam bahasa mudah ia umpama singgahsana yang terletak dihadapan istana.

* Seluruh makhluk pun menundukkan kepala kerana takut. Lalu dimulakan timbangan amal. Ketika itu berterbanganlah kitab amalan masing-masing turun dari bawah Arasy menuju ke leher pemiliknya tanpa silap dan tergantunglah ia sehingga mereka dipanggil untuk dihisab. Kitab amalan ini telah ditulis oleh malaikat Hafazhah / Raqib & 'Atid / Kiraman Katibin.

* Manusia beratur dalam saf mengikut Nabi dan pemimpin masing- masing. Orang kafir & munafik beratur bersama pemimpin mereka yang zalim. Setiap pengikut ada tanda mereka tersendiri untuk dibezakan.

* Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Nabi Muhammad SAW, dan amalan yang pertama kali dihisab adalah solat. Sedangkan hukum yang pertama kali diputuskan adalah perkara pertumpahan darah.

* Apabila tiba giliran seseorang hendak dihisab amalannya, malaikat akan mencabut kitab mereka lalu diserahkan, lalu pemiliknya mengambil dengan tangan kanan bagi orang mukmin dan dengan tangan kiri jika orang bukan mukmin.

* Semua makhluk akan dihisab amalan mereka menggunakan satu Neraca Timbangan. Saiznya amat besar, mempunyai satu tiang yang mempunyai lidah dan 2 daun. Daun yang bercahaya untuk menimbang pahala dan yang gelap untuk menimbang dosa.

* Acara ini disaksikan oleh Nabi Muhammad SAW dan para imam 4 mazhab untuk menyaksikan pengikut masing-masing dihisab.

* Perkara pertama yang diminta ialah Islam. Jika dia bukan Islam, maka seluruh amalan baiknya tidak ditimbang bahkan amalan buruk tetap akan ditimbang.

* Ketika dihisab, mulut manusia akan dipateri, tangan akan berkata- kata, kaki akan menjadi saksi. Tiada dolak-dalih dan hujah tipuan. Semua akan di adili oleh Allah Ta'ala dengan Maha Bijaksana.

* Setelah amalan ditimbang, mahkamah Mahsyar dibuka kepada orang ramai untuk menuntut hak masing-masing dari makhluk yang sedang dibicara sehinggalah seluruh makhluk berpuas hati dan dibenarkannya menyeberangi titian sirat.

* Syafaat Nabi Muhammad SAW di akhirat : 1- Meringankan penderitaan makhluk di Padang Mahsyar dengan mempercepatkan hisab. 2- Memasukkan manusia ke dalam syurga tanpa hisab. 3- Mengeluarkan manusia yang mempunyai iman sebesar zarah dari neraka. (Semua syafaat ini tertakluk kepada keizinan Allah SWT.)

* Para nabi dan rasul serta golongan khawas juga diberikan izin oleh Tuhan untuk memberi syafaat kepada para pengikut mereka. Mereka ini berjumlah 70 000. Setiap seorang dari mereka akan mensyafaatkan 70 000 orang yang lain.

* Setelah berjaya dihisab, manusia akan mula berjalan menuju syurga melintasi jambatan sirat. Siratul Mustaqim ialah jambatan (titian) yang terbentang dibawahnya neraka. Lebar jambatan ini adalah seperti sehelai rambut yang dibelah tujuh dan ia lebih tajam dari mata pedang. Bagi orang mukmin ia akan dilebarkan dan dimudahkan menyeberanginya.

* Fudhail bin Iyadh berkata perjalanan di Sirat memakan masa 15000 tahun. 5000 tahun menaik, 5000 tahun mendatar dan 5000 tahun menurun. Ada makhluk yang melintasinya seperti kilat, seperti angin, menunggang binatang korban dan berjalan kaki. Ada yang tidak dapat melepasinya disebabkan api neraka sentiasa menarik kaki mereka, lalu mereka jatuh ke dalamnya.

* Para malaikat berdiri di kanan dan kiri sirat mengawasi setiap makhluk yang lalu. Setiap 1000 orang yang meniti sirat, hanya seorang sahaja yang Berjaya melepasinya. 999 orang akan terjatuh ke dalam neraka.

Rujukan: Kitab Aqidatun Najin karangan Syeikh Zainal Abidin Muhammad Al- Fathani. Pustaka Nasional Singapura 2004.


sekiranya anda ingin mengumpul saham akhirat, sampaikanlah ilmu ini kepada sahabat² yang lain. Sepertimana sabda Rasulullah SAW: ❝ Sampaikanlah pesananku walaupun satu ayat. ❞ Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama :
1- Sedekah/amal jariahnya. 2- Doa anak²nya yang soleh. 3- Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.

Senin, 29 Juni 2015

Bertaubatlah...

Bismillahirrahmanirrahim..

Setelah sekian banyak tulisan yang menyampaikan tentang kebaikan, ijinkanlah kali ini saya berbagi untuk menyampaikan pembelajaran atas jiwa seorang manusia yang pernah menjadi pendosa.

Seperti biasa dan dari sediakala apa yang saya tuliskan bukan bermaksud menggurui. Karena ketika saya menulis, mata yang pertama kali membaca adalah mata saya. Itu menadakan bahwa Allah memang sengaja untuk menurunkan ilmunya lewat tulisan ini kepada hambaNya, saya yang pertama dan orang-orang setelah saya. Sehingga sebelum orang lain, saya berdoa dan berharap Allah membelajarkan terhadap diri saya terlebih dahulu.

Saya ingin memaparkan realitas di balik fakta bernama masa. Mendengar ceramah dari salah seorang ustadz beliau mengatakan bahwa hal yang tidak akan pernah kembali adalah waktu. Waktu yang telah kita lalui baik atau buruk perbuatan di dalamnya, tidak akan pernah menjadi penghambat. Karena waktu yang Allah berikan tidak akan pernah terulang. Waktu yang terlewatkan hanya akan menjadi sejarah, sejarah yang terkenang maupun terlupakan. Namun demikian, waktu adalah amanah, Allah berikan amanah itu kepada setiap jiwa untuk kebermanfaatan. Sehingga saat waktu telah diberikan akan ada pertanggungjawaban daripadanya.

Awalnya saya hanya merenung, dalam kesendirian 2/3 malam. Teringat materi kultum tarawih tentang 30 Hari ramadhan itu Allah berikan sebuah kemualian bagi setiap hambanya yang bertaqwa, bahwa 10 hari pertama Allah berikan Rahmat. 10 Hari kedua Allah berikan maghfirah (ampunan atas segala dosa), dan 10 hari ketiga hambanya akan dijauhkan dari api neraka.

Ketertarikan tertuju pada 10 hari kedua, saat Allah menganugrahkan kepada hambaNya yang bertaqwa ampunan atas segala dosa. Dosa memang tak dapat lepas dari sosok manusia, selain para Nabi yang memang telah dijamin setiap perbuatannya, kiranya setiap manusia ini pernah berlaku dosa. Entah yang masih dimiliki ataupun yang telah Allah hapuskan dari dalam diri dan jiwanya.

Coba renungkan tentang dosa yang pernah kita lakukan, memang sepertinya perjalanan hidup adalah bentangan waktu yang begitu lama. Dan dari kelamaan itu terkandung dosa yang bahkan mungkin kita tak sanggup untuk mengingatnya. Dosa kecil, dosa besar, dosa yang disengaja ataupun yang tak disengaja, dosa melanggar perintahNya atau bahkan melakukan apa yang dilarangNya, dosa mengambil yang bukan hak, dosa kepada kedua orang tua, dosa berbohong, dosa mencuri, dosa membunuh, dosa berzina, dosa kufur atau bahkan dosa ketundukan selain daripadaNya.

Rasanya Allah terlalu baik kali ini, tanpa diminta Allah tutup semua aib. Lantas bayangkan saat Allah tak menutupi Aib kita, berapa orang yang akan sudi memandangkan matanya kepada kita? MasyaAllah...

Belajar dari jiwa-jiwa yang pernah gagal, mengapa tidak? Al-Qur'an juga mengisahkan orang-orang gagal dan pendosa yang berhasil melesatkan dirinya jadi pribadi paling mulia?
Musa pernah membunuh orang. Yunus bahkan sempat lari dari tugas risalah yang seharusnya dia emban. Adam juga. Dia gagal dalam ujian untuk tak mendekat pada pohon yang diharamkan baginya. Bahkan Nabi Muhammada SAW pun pernah burmuka masam dan berpaling saat Abdullah bin Ummi Maktum seorang sahabat buta meminta beliau mengajarkan Al qur'an kepadanya. 

Tapi doa sesalnya diabadikan Al Quran. Terkagum hati ini membacanya “Rabb Pencipta kami, telah kami aniaya diri sendiri. Andai Kau tak sudi mengampuni dan menyayangi, niscaya jadilah kami termasuk mereka yang rugi-rugi.” Terlepas mereka adalah yang terpilih mereka pun pernah menjadi pendosa, namun sejarah menulisakan bahwa penyikapan atas masalah mentakdirkan mereka menjadi tauladan. 

Hal nya do'a yang mereka lantuntan, menjadi orang yang merugi saat Allah tak mengampuni dan menyayangi. 

Bukankah Al-Qur'an selalu menuliskan di akhir ayat dengan kalimat yang jelas "mereka termasuk orang-orang yang beruntung". Karena dengan keberuntungan Allah ilhamkan dalam jiwa setiap pendosa rasa marah, rasa kecewa, rasa sesal dan rasa sedih. Hingga datang waktu dimana jiwa-jiwa itu tersungkur dalam sajadah, bersujud dengan air mata, mohon ampun atas segala dosa dan berjanji tak akan pernah mengulangi lagi. Lantunan penuh sesal dan pengharapan agara Allah jadikan hamba yang beruntung.

Dalam doa, suara itu mengarah ke bumi namun terdengar jauh sampai ke langit. Hingga saat sang Maha Pengampun itu berikan ijin atasnya. Langit dan seluruh yang ada di hamparannya seolah berkata, "bertaubatlah, karena dengan kesungguhan Allah ampuni segala dosamu".

Yaa Allah teguhkanlah jiwa-jiwa pendosa yang ingin kembali ke jalanMu, karena memang seperti inilah HambaMu, seonggok daging yang mudah berbuat salah dan lupa. Sesosok manusia sebagai tempatnya salah dan lupa. Kuatkanlah iman mereka, tancapkanlah kesungguhan didalam hati mereka. Sayangilah mereka dan karuniakanlah kepada mereka ampunan atas segala dosa. 

Biarkanlah kelamnya masa lalu itu menjadi saksi, karena kesalahan pernah kami perbuat. Hingga kami sadar bahwa ada jalan kebenaran di sisi sebelahnya, agar kami senantiasa beriman dan tak kembali terpuruk dalam jiwa pendosa. 

yaa buqollibal qullub, tsabit qolbii 'alaa diinik...

Selasa, 16 Juni 2015

Perjuangan

Saya baru tahu,

Mungkin karena kurang bersyukur hingga dulu tak pernah tahu, bahkan layaknya menutup mata.
Atau karena selalu melihat keatas dan lupa bahwa terkadang pembelajaran juga datang dari bawah.
Belajara dari setiap fenomena dan gejala yang terjadi.

Belum genap satu minggu ini, Alhamdulillah dititipkan kendaraan baru untuk membersamai langkah-langkah ibadah (semoga). Sepeda putih biru itu sederhana, namuntak disangka dari hal sepele bernama sepeda saya kembali belajar.

Aku tak pernah tahu, teryata permukaan jalan itu tidak rata. Aku merasakan ketika pagi datang, sepeda ini berjalan begitu lancarnya, seolah kayuhan kaki tak banyak memberikan arti. Namun, ketika malam hari semua berbalik, sepeda berubah menjadi objek yang seakan menguji kesabaran dan keistiqomahan. Begitu beratnya roda itu berputar, bahkan ketika kaki berhenti mengkayuh sepedapun memaksa untuk berhenti. Ah baru sadar, teryata jalan itu menanjak, tanjakannya yang begitu istiqomah ternyata. Karena tanjakan itu bukan tanjakan terjal, namun konsistensi tanjakan ringan yang terus menanjak dari awal sampai akhir

Aku lupa, teryata inilah kehidupan. Dari sepeda ini Aku belajar tentang masa lalu, masa 7-14 tahun lalu. Saat sepeda masih menjadi kendaraan yang begitu menyenangkan. Teman-teman masa kecil menjadi bayangkan dan pertanyaan "sedang apa mereka sekarang?". Sedihnya di sisi hati justru memberontak "kemana anak-anak zaman sekaran dan sepedanya?". Sepertinya keceriaan kelompok-kelompok sepeda dimasa lalu itu tak akan pernah terulang lagi di sini, di kota ini.

Aku tersentak, di malam terakhir. Sepanjang perjalanan mengikuti seorang ibu-ibu yang mengkayuh sepeda biasa, dengan kerangjang berisi berat terlihat. Aku yakin ibu itu adalah ibu yang menjajakan barangnya dengan sepeda. Jalan pulang adalah jalan yang menanjak, dengan oksigen minimal berebut dengan tumbuhan sekitar bahkan angin panas keluaran kendaran bermotor. Ah ibu itu pasti juga merasakan apa yang saya rasakan. Lelah, emosi, tak sabar bahkan perasaan frustasi karena keadaan jalan.

Malam itu sontak aku tercengan, pembelajaran atas rasa syukur ini kembali datang. Saya yakin ibu itu ditunggu oleh keluarganya dirumah. Keluarga kecil menanti atas seusuap nasi hasil tetesan keringat sehari. Saya terbayang atas perjuangan setiap orang tua, membanting tulang, berjemur dibawah terik matahari untuk menyambung hidup. Banyak orang berkata, mengapa kesenjangan itu ada. Sepertinya dunia ini tidak adil, bagaimana mungkin ada orang yang berjalan menonggak keatas dan ada yang menunduk kebawah.

Namun, bagiku disitu Allah memberikan keadilan. Allah tahu kita mampu. Allah tahu bahwa hasil dari perjuangan manusia bukan dilihat dari seberapa banyak modalnya, namun seberapa besar proses dari usaha yang dilakukan.

Jalanan, kali ini aku belajar banyak darimu...

Jumat, 12 Juni 2015

kau berkata cinta...

lagi lagi tentang cinta..

tak mengapa, karena memang cinta itu ada.

Berbicara tentang cinta, yang semakin hari semakin di sempitkan dengan perbuatan manusia. Diksi cinta hanya terumbah oleh nafsu syahwat antara laki-laki dan perempuan. Padahal cinta itu fitrah, dan kefitrahan manusia adalah hati. Bahkan kehidupan manusia ditentukan oleh fitrahnya, fitrah yang terbentuk dalam sebuah gumpalan darah bernama hati. Hati bekerja, saat dia berperan sebagai filter antara benar dan salah. saat dia berfungsi sebagai pembeda antara baik dan buruk. atau saat dia berwarna menjadi hitam atau putih.

begitulah cinta, begitulah hati, begitulah perasaan.
dia bukan nafsu, dia bukan akal, dan dia bukan logika.

Ribuan kali jutaan orang di dunia berkata mencintai berarti memberi, memang begitulah cinta. Cinta yang akan meminta segalanya, cinta yang tak pernah berfikir seberapa hancurnya dirimu, cinta yang tak akan mebiarkan sedikitpun tersisa darimu.

Sadar atau tidak karena cinta membuat orang bertemu, karena cinta orang saling mendekat, karen cinta membuat orang melekat,
Namun karena cinta juga orang-orang bermusuhan, karena cinta orang-orang saling bertengkar, dan karena cinta pula orang saling menumpahkan darah.

Cintailah apa yang harus kau cintai, karena apa yang kau cintai harus kau berikan cinta.
Cinta kepada kebenaran, Cinta kepada Agama, Cinta kepada Negara, Cinta kepada orang tua, Cinta kepada saudara dan Cinta kepada sesuatu.

Cinta itu fitrah, tak perlu untuk dibuang kejauhan. Apa lagi dibungkam dengan kebencian. yang kau butuhkan adalah menempatkan. Menempatkan di tempat yang tepat dan disaat yang tepat.

Saat masih ada "keinginan" sedikit saja dalam dirimu, itu bukan cinta. Itu nafsu yang tak pernah habis kau mengikutinya. Karena nafsu adalah keinginan berlogika tanpa perasaan.


Rabu, 10 Juni 2015

Sinergitas Pendidikan Karakter dan Habits

Kompleksitas permasalahan Indonesia telah sampai pada titik mengkhawatirkan. Pemuda yang digadang-gadang sebagai tiang berdirinya negara justru menyumbangkan masalah yang cukup besar. Masalah mainstream seperti tawuran, seks bebas, narkoba, pesta miras, kawin cerai, dan video mesum seolah menjadi pupuk penyubur kehancuran bangsa. Pembenahan secara komperhensif harus segera digalakkan agar pemuda sebagai penerus bangsa dapat terselamatkan.
Demoralisasi pemuda semakin terlihat, baru-baru ini di Kota Pelajar Yogyakarta ditemukan sesosok mayat perempuan belum menikah di kamar kosnya. Ditemukan meninggal seusai melahirkan anak diluar pernikahan, perempuan tersebut adalah mahasiswi salah satu PTN di Yogyakarta (news.detik.com, 29 April 2015). Tak lama berselang, masih dikota yang sama lagi-lagi mayat perempuan ditemukan dalam kondisi telanjang dikamar kosnya. Diduga gadis cantik tersebut dibunuh setelah diperkosa (jogja.tribunnews.com. 2 Mei 2015). Dari 2 hotnesws tersebut menunjukkan ada suatu permasalahan yang sedang mengidap pemuda, yaitu degradasi moral. 
Derasnya arus liberalisasi dan lunturnya adat ketimuran semakin memperkokoh demoralisasi generasi muda. Acara-acara pembodohan di televisi dan gaya hidup hedonisme tak khayal merubah paradigma tontonan menjadi tuntunan dan tuntunan menjadi tontonan. Pendidikan yang sejatinya menjadi jantung dalam menyelamatkan peradaban tak mampu berbicara banyak. Pemerintah hanya memprioritaskan pembangunan fisik saja, dengan sesekali melirik hal-hal fundemantal layaknya pembangunan karakter yang hanya menjadi wacana.
Dalam kunjungannya ke UNY 25 april 2015 Anis baswedan mengatakan, “orang yang sedang memikirkan pendidikan adalah orang yang sedang memikirkan masa depan”. Siapa yang ingin melihat kondisi negara 10 tahun kedepan maka lihatlah kondisi pemudanya saat ini. Demi menatap Indonesia kedepan, tujuan mulia pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia harusnya menjadi prioritas pertama. Memanusiakan manusia berarti menciptakan manusia yang beradab, yang mampu menggunakan akal dan fikirannya layaknya manusia bukan hewan. Oleh karena itu dalam upaya untuk memperbaiki moral pemuda salah satunya melalui jalur pendidikan.
Pendidikan
            Melihat wajah Indonesia masa depan adalah melihat kualitas pemuda saat ini. Kemudian tanggung jawab kualitas pemuda berada di tangan sistem pendidikan. Pendidikan yang baik akan mencetak manusia yang tidak sekedar siap secara intelektualitas namun juga teruji moralitasnya. Sehingga kecerdasan intelektualitas mampu di imbangi dengan kecerdasan emsoional serta spiritual.
            Pertanyaan mendasarnya adalah pendidikan macam apa yang mampu membentuk moral manusia? Sekitar abad ke 6, Muhammad Saw menegaskan bahwa visi utama beliau sebagai rosul (penyampai) adalah mendidik manusia untuk menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter (good character). (majid, 2012). Oleh karena itu pendidikan karakter adalah  wujud pendidikan paling relevan guna memperbaiki moral generasi muda. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME serta akhlak mulia (karakter) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undan undang, (UU No. 20 Tahun 2003).
Pendidkan karakter solusi degradasi moral
            Degradasi moral generasi muda adalah akibat dari ketidakmampuan mengendalikan nafsu, sehingga dalam berperilaku dia hanya menuruti hawa nafsunya tanpa memikirkan dampak baik dan burknya. Dalam buknya The ESQ Way 165 Ari Ginanjar mengatakan bahwa dorongan nafsu yang berlebihan akan menghasilkan belenggu yang menutup aset paling berharga dari seorang manusia, yaitu fitrah.
Pendidikan karakter sangat berbeda dengan pendidikan intelektual, karena parameter keberhasilan pendidikan karkter tidak diukur berdasarkan kefahaman murid atas karakter itu sendiri. Pendidikan karakter merupakan proses transfer of values atau penanaman nilai, sehingga goal pendidikan karakter adalah terbentuknya murid yang berakhlak mulia dan mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip moral dalam kehidupan. Penanaman nilai ini adalah melatih dan meng-upgread softskill yang dimiliki setiap manusia seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan adil.
Softskill berkaitan dengan fitrah manusia, sejatinya fitrah manusia selalu merindukan kebaikan yang tidak dapat diajarkan akan tetapi ditularkan (Harizka R, 2011). Oleh karena itu dalam upaya membentuk karakter manusia dibutuhkanlah suatu lingkungan yang dapat mendukung secara penuh penanaman nilai tersebut. Guru sebagai tauladan harus berperan menjadi sosok yang bisa digugu lan ditiru (diikuti dan dicontoh). Walaupun pada faktanya interfensi politik menghasilkan guru yang sangat pragmatis. Guru yang seharusnya mampu menjadi pahlwan pendidikan justru hanya mampu menyampaikan texbook materi hasil kajian kurikulum pemerintah saja tanpa mempermainkan peran dalam membentuk karakter. Selain itu habits (kebiasaan) dari murid yang benar-benar dijaga agar selalu mengimplementasikan nilai moralitas dalam kehidupnnya sehari-hari.
Bagaimana habits membentuk karakter?
            Habits adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang hingga membudaya. Kepribadian seseorang akan sangat terpengaruhi atas kebiasaannya dalam berperilaku sehari-hari. Misalnya seorang yang kesehariaanya selalu hidup dalam kemalasan maka akan membentuk karakter/kepribadian yang manja dan malas. Dalam bukunya terapi berfikir positif, Dr. Ibrahim Elfiky menyampaikan bahwa guna membentuk stimulus manusia agar selalu berbuat baik adalah dengan membiasakan perbuatan baik.
            Berakaca dari negri matahari terbit, di negara jepang terkenal dengan budaya yang begitu kental. Contoh paling sederhana, orang jepang membiasakan diri untuk berjalan cepat, hingga akhrinya terbentuklah karakter masyarakat jepang yang militan. Bukan hal yang tidak mungkin bagi negara Indonesia untuk membentuk karakter pemudanya yang tangguh, jika dalam pendidikannya dibiasakan untuk menerapkan karakter mulia. Suatu saat pemuda Indonesia tidak akan pernah menjadi pencuri atau bahkan koruptor, ketika dalam pendidikannya dibiasakan untuk bersikap jujur dan tanggung jawab.  Pada akhirnya dari habits yang selalu menerapkan nilai-nilai moralitas maka akan membentuk kepribadian/karakter sehingga kelak akan menjadi pribadi yang tangguh.
Kesimpulan
            Degradasi moral generasi muda adalah masalah masa kini yang berdampak panjang hingga ke masa depan. Permasalahan ini membutuhkan penangan serius guna menyembuhkan bahkan melakukan tindakan preventive. Disamping itu, pemuda sebagai calon pemimpin masa depan benar-benar harus diselamatkan jika pemerintah tidak ingin kebobrokan bangsa semakin nyata.
            Pendidikan menjadi salah satu senjata paling ampuh dalam memberikan solusi atas rencana “revolusi mental” bangsa ini. Untuk itu dibutuhkan bentuk pendidikan yang tidak hanya menekankan pada kecerdasan intelektual saja namun juga membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Sinergitas antara pendidikan karakter dan habits harus dijadikan pertimbangan dalam merumuskan strategi memperbaiki moral generasi muda. Karena ancaman kehancuran bangsa akan semakin terlihat nyata jika moralitas generasi muda tidak segera diselamatkan.

Minggu, 24 Mei 2015

Respon Vertikal dan Horisontal Mahasiswa

          Ketika kalian ingin melihat kondisi suatu negara beberapa tahun kedepan maka lihatlah kondisi pemudanya. Sejarah membuktikan bahwa pemuda memiliki andil besar terhadap berdirinya Negara Republik Indonesia. Sejak tahun 1908 pemuda menunjukan entitas sebagai kaum pendobrak, di tengah penjajahan belanda Budi Utomo lahir dan membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia untuk bersatu mengusir penjajah. Kemudian tahun 1928, dengan penuh semangat dan visi besar mereka mendeklarasikan Sumpah Pemuda yang dengan itu rasa persatuan atas nama Indonesia semakin menguat. Sejarah juga mencatat pada tahun 1945 di saat vacum of power, semangat khas pemuda mendorong golongan tua untuk segera mendeklarasikan kemerdekan Indonesia.
            Puncak pergerakan pemuda terjadi di pertengahan tahun 1998. Mencuat kepermukaan dengan entitas gerakan mahasiswa, pemuda kembali menunjukkan taringnya dalam menyumbangkan peran terhadap bangsa. Rezim penuh kedzaliman bertahan selama 32 tahun tanpa ada satupun kekuatan yang mampu menumbangkan. Akhirnya 21 mei 1998, Presiden Soeharto dipaksa mundur dengan desakan kekecewaan dari mahasiswa bersama rakyat yang bergerak menghasilkan kekuatan besar. Takdir sejarah kemudian menjadi hukum tak tertulis bahwa mahasiswa memiliki peran sentral dalam mengisi hari-hari kemerdekaan.
Berbicara mahasiswa maka akan berbicara tentang peran dan tanggungjawab. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tingggi yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapakan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, (PP No. 30 tahun 2014). Dengan demikian, mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang dibekali intelektual dan memiliki tanggungjawab terhadap ilmu sesuai tridarma perguruan tinggi.
            Keniscayaan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat melekat seiring dengan lahir dan tumbuhnya mahasiswa di tengah masyarakat. Mahasiswa berkembang di tengah masyarakat dan kelak dia akan kembali kepada masyarakat. Keberadaan mahasiswa di tengah masyarakat memaksa mahasiswa untuk bertanggungjawab atas kondisi suatu bangsa dan negara.
            Melihat kondisi Indonesia saat ini tentu masih sangat jauh dari kata sempurna, kemerdekaan tahun 1945 seakan hanya menjadi simbol lahiriah belaka. Pendidikan, Sosial, Hukum, Ekonomi dan politik adalah permasalahan-permasalahan kompleks yang sedang melekat dalam tubuh negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ini. Bahkan dalam pidatonya di UBD Palembang, Mayjen TNI Budi Waluyo menyatakan bahwa Indonesia mengidap 10 tanda kehancuran bangsa. Kemudian mahasiswa sebagai salah satu elemen masyarakat harus ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Mahasiswa harus tetap berada ditengah-tengah masyarakat demi menjaga kestabilan bangsa.
Menjaga stabilitas bangsa, caranya?
            Indonesia yang menerapkan bentuk pemerintahan demokrasi berupaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, dimana pemerintahan berasal dari rakyat dan akan kembali ke rakyat. Pemerintah yang ditunjuk untuk mengelola tata negara harusnya berorientasi dan bervisi kerakyatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat hari ini ternyata semakin mengancam stabilitas bangsa dan menambah permasalahan negara. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran bersama untuk tetap menjaga stabilitas bangsa.
            Pertanyaan besarnya adalah sebagai salah satu bagian dari masyarakat peran seperti apakah yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menjaga stabilitas bangsa? Secara eksplisit memang mahasiswalah yang sangat diharapkan oleh bangsa ini. Mahasiswa bertanggungjawab atas ketersediaan para pemimpin-pemimpin besar di masa yang akan datang sebagai penerus perubahan (iron stock). Selain itu sejarah perjuangan mahasiswa mengawal pemerintahan dan masyarakat (control of social) pun tak bisa dilupakan. Tak terlepas dari beban keterlibatan mahasiswa dalam merubah keadaan dalam menegakkan suara-suara rakyat (agent of change). Itulah peran-peran mahasiswa yang selalu disampaikan dalam setiap agenda-agenda orientasi kampus.
Respon vertikal dan horisontal mahasiswa sebagai motor penggerak bangsa
            Sejak zaman dahulu sampai sekarang diktator politik adalah penyebab utama penderitaan masyarakat, kediktatoran yang memaksakan kemauanya kepada rakyat dengan menggunakan kekerasan, (Al-Qaradhawy, 1997). Ketika diktator menjelma menjadi pemimpin negara yang berkuasa, maka hanya mahasiswa yang mampu mengepalkan tangan keatas dan melawan. Respon vertikal adalah peran mahasiswa yang terpadu dan terstruktur dalam mengawal setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Respon ini beruwujud gerakan yang menekan stakeholder pemangku kebijakan agar tetap menjalankan amanah sesuai track-nya.
            Cara memberikan respon vertikal yaitu  mengimplementasikan idealisme mahasiswa. Idealisme mahasiswa bukan berarti mahasiswa harus netral, bahkan mahasiswa harus berpihak, berpihak kepada sebuah keadilan dan menuntut pada konsisi ideal. Idealisme mahasiswa melahirkan objektifitas sikap atas kajian mendalam dari sebuah kesenjangan sosial yang terjadi. Respon vertikal memberikan respon atas kebijakan publik dengan berbagai metode, yaitu aksi turun kejalan, mediasi dan audiensi, (Renstra Karispol BEM REMA UNY, 2015).
            Sementara respon horisontal adalah peran mahasiswa dalam mendukung program-program pemerintah. Peran ini menempatkan mahasiswa sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Posisi mahasiswa yang berada dekat dengan masyarakat pada akhirnya melibatkan mahasiswa untuk turut bergerak mensukseskan program pemerintah. Kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti bakti sosial, melakukan sosialisasi, pembinaan terhadap warga,  dan mengimplementasikan ilmu pengetahuannya kepada masyarakat adalah contoh inisiasi program mahasiswa yang searah dengan program pemerintah.
Secara umum respon horisontal akan berbicara tentang tugas mahasiswa sebagai kaum intelektual. Tak bisa dipungkiri kemajuan tekonolgi, stabilitas ekonomi, ketenangan politik dan moralitas hukum akan diperankan oleh mahasiswa. Sehingga peran mahasiswa dalam bidang pendidikan dan penelitian tentu tak dapat ditinggalkan agar Indonesia tak semakin jauh tertinggal oleh zaman.
Kesimpulan
            Permasalahan bangsa harus segera diselesaikan, disamping itu Indonesia juga harus tetap berjuang mengejar ketertinggalan dari bangsa lain jika tak mau tersingkir dari kompetensi zaman yang semakin maju. Tanggung jawab kesejahteraan bangsa tak hanya dimiliki pemerintah saja, masyarakat pun harus “turun tangan” dalam mencapai tujuan bersama. Terlebih mahasiswa, respon vertikal dan horisontal harus dikomparasikan untuk menjaga kestabilan bangsa. Tidak perlu berdebat dengan respon mana yang paling berpengaruh untuk merubah keadaan bangsa ini, karena sejatinya kedua jalan ini adalah jalan yang saling melengkapi dan membentuk romantisme perjuangan ala mahasiswa. Pemerintah adalah manusia yang tak sempurna, membutuhkan tekanan untuk tetap berjalan sesuai rencana dan dukungan agar dapat berjalan pada kecepatan maksimal.
            Dalam mengisi hari-hari kemerdekaan, pada dasarnya tugas utama mahasiswa adalah bergerak membela rakyat yang tertindas dan mendukung pemerintahan dalam mewujudkan kesejahteraan. Bukan apatisme mahasiswa bergaya hidup glamour dan hedonisme berlandaskan egoisme tak berujung. Mahasiswa haruslah bermain peran, berbagi jalan dan menyatukan tujuan untuk  tetap tatanan masyarakat tanpa penindasan.

Daftar Pustaka
Al-Qaradhawy, Dr. Yusuf. (1997). Min Faqh ad-Daulah fil-Islam. (buku: Fiqih Negara). Penerjemah: Syafril Halim. Jakarta: Rabbani Press.
Salim, M. (2010). Peran Sebagai Mahasiswa. Diakses dari http://peran-mahasiswa.blogspot.com/. Pada tanggal 4 Mei 2015, Jam 22.20 WIB.
Wen, Sayling. (2003). Future of Education (Masa Depan Pendidikan). Batam: Lucky Publisher
Putra, Juma’ De. (2014). Revolusi-revolusi paling spektakular di dunia. Yogyakarta: IRCiSoD

Minggu, 17 Mei 2015

Pesan Seorang Sahabat

Alhamdulillah,
inilah yang disebut sahabat, walaupun jauh dan tidak bertemu terkadang kerinduan menghadirkan itikad untu saling tegur dan sapa. Menayakan kabar dan bahkan diskusi.

Sahabat, Teman, dan Kawan? beda kata, sama makna beda subtansi.

dan kali ini, lebih nyaman untuk ku sebut mereka Sahabat.

terimakasih 17 Bintang, (PH PI BEM FT UNY). Terkadang rasa rindu bertemu kalian itu lebih besar dari kerinduan bulan terhadap bintang, ah..

Mohon ijin untuk berbagi saja, tentang pesan salah satu sahabat. Yaa, kita saling berpesan dan memberi nasehat karena "sudah" tidak seatap lagi..

Tentang aksi, Tentang problematika Negeri, Tentang Pemimpin, dan Tentang kita..

Bismillah, semoga tidak mengurangi nasehat ini. karena terkadang kita butuh garam, agar gula tak kemanisan.

Meskipun aksi tapi tetep jaga nama baik mahasiswa yaa? dan perhatikan pesan2 dbwh ini (Smoga bs dprhatikan).
1. Jika engkau katakan apa yg kau lakukan adalah untuk membela hak rakyat, maka ketika berdemo jangan engkau ganggu jalan2 umum. Karena bisa jadi rakyat kecil trhalangi urusannya untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Jika mereka terganggu, maka engkau sudah merenggut hak mereka dan keluarganya. Oleh krna itu, mulailah membela hak-hak rakyat dr yg paling kecil dahulu dg tdk mengganggu aktivitas mereka. Kalo bisa demonya yang rapi, yg enak dlihat agar bs menghibur siapapun yg melihat, gk usah trlalu byk teriak2 (krna bkin cpt capek dan haus.. blm lg demonya dibulan sya'ban, siapa tau lg pd puasa sunnah). 

2. Jika engkau katakan apa yg kau lakukan adalah untuk memperbaiki kondisi bangsa, maka jangan kau rusak fasilitas negara. Seperti merusak gerbang istana, bentrok dg aparat, apalagi merusak dirimu sndri (inget, mahasiswa jg bagian dr fasilitas negara, mereka kader2 yg akan memegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa 15 atau 30 th mendatang).

3. Jika kau yakin jalan yang kau tempuh adalah benar adanya, maka tetaplah berjuang dengan sekuat tenagamu, sembari berfikir dan merenung apa alasan yg membuatmu mrasa dijalan yg benar. Dan jangan lupa minta doa restu ibu dan bapakmu, bisa jadi karena doa mereka, semua usahamu untuk memperbaiki kondisi bangsa, bisa dapat dg mudah engkau laksanakan.

4. Ini point paling penting sblm point trakhir, biar bgaimana pun usahamu, sekeras apapun teriakanmu, sekuat apapun ambisimu, kalo itu semua kau katakan demi memperbaiki kondisi bangsa, seharusnya engkau tidak lupa sob, ada siapa dibalik penciptaan dunia dan alam semesta, jika Dia tidak ridho dg apa yg engkau lakukan maka semuanya tidak akan menghasilkan apa2. 
Sebaiknya minta petunjuk dulu sama Yang Maha Kuasa, agar engkau tahu apa yg Dia ridhoi dan agar engkau tahu cara yg benar untuk memperbaiki negerimu, krna sungguh usahamu memperbaiki bangsa dlm kondisi tdk memahami apa yg telah di perintahkan-Nya, bisa jadi engkau sedang merusak bangsamu dr arah yg kau sangka sdg melakukan perbaikan.

5. Terakhir...Keep SMILE for Indonesia!! Biar bgaimanapun aku suka dg jargon ini, pesannya indah, ngena!! senyum adl nada optimisme manusia, pkrjaan kecil yg membuat bhagia dan tanda kebesaran hati org yg trluka, melihat kondisi bangsa spt ini dg kita tetap trsenyum, makaa itu menjadikan kita tetap legowo :) terimakasih yg sdh mengenalkan jargon ini.

Bukan bermaksud untuk merubah paradigma ataupun sudut pandang, hanya saja terkadang kita perlu menambah garam agar tak kemanisan.

Semoga mampu menginspirasi..

terimakasih, Kadep Sosmas BEM FT UNY, Fazar Tri Danurwindo, C.S.Pd.

Jumat, 08 Mei 2015

antara Adzan dan Iqomat

Inpirasi siang ini, jum'at mubarak, 8 Mei 2015
Semoga selalu saling mengingatkan didalam kebaikan. Aamiin...

Antara adzan dan iqomat, (apa yang kamu lakukan?)

fastabiqul khoirot, mari berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan yang tentu hanya mengharap ridho Allah. Bukan untuk mendapatkan surga apalagi menghindari neraka, hanya semata-mata karena Allah. Surga itu bonus, sedang neraka adalah dampak.

Sejak pertama kali hijrah ke madinah al munawaroh dan mendirikan masjid kuba, bilal bin rabbah adalah orang yang pertama kali melantunkan adzan. Sejak saat itu adzan selalu dilantunkan untuk mengajak kepada kebaikan (sholat).

Adzan...
Adalah nada indah,
Menyampaikan kebesaran Allah,
Meniupkan ruh tauhid,
Mengingatkan perjuangan Rosulullah,
Membangun karakter diri,
dan
Mengajak kepada kebaikan.

Terlepas daripada sejarah itu, ada filosofi tentang adzan dan iqomat. Hubungan antar keduanya, antara waktu dan skala perbesar dari penggambaran hidup seorang manusia.

Antara adzan dan Iqomat ada waktu. Waktu yang singkat, waktu yang hanya berjarak antara dirimu dan tuhanmu.

Sesingkat waktu, sesingkat kita hidup. Tak ada yang abadi bahkan keabadian itu sendiri. Selain al hayyu , sang Maha Hidup.

Seberapa lama kita hidup adalah antara adzan dan iqomat. Saat kita lahir kita di adzankan, dan Iqomat saat kita mati. Setelah kita dikelurakan dan sebelum kita dimasukkan.

Singkat memang, sesingkat jeda antara Adzan dan Iqomat.

Adzan, selain dilantunkan dengan merdu untuk mengajak manusia betemu Rabb nya. Ada masa tatkala seorang bayi lahir, fase kehidupan keduanya setelah dari alam kandungan. Bayi suci terlahir kedunia, dengan tangisan pertanda kehidupan. Banyak yang berkata mungkin karena jasad kecil itu mengalami guncangan atas kondisi dunia yang tak lagi senyaman alam kandungan. Adzan juga adalah sambutan hangat, nyanyian merdu yang dinyanyikan oleh ayah untuk anaknya.

Iqomat, adalah tanda saat imam sudah siap untuk mengajak jama'ahnya mengahadap Robb nya. Pun ada masa tatkala manusia mati, sebelum butiran butiran tanah menutupi jasad. Ada lagu yang mungkin akan terasa begitu cepat karena ketakutan ruh menuju liang lahat. Atau justru terasa lama karena ruh tak sabar ingin segera beristirahat dan bertemu kekasihnya.

Lalu, apa yang kita lakukan antara adzan dan iqomat?

Apa yang kita lakukan adalah perwujudan dari perspektif apa kita menempatkan adzan dan iqomat, apakah dia sebagai seruan menuju kebaikan, atau hanya alarm waktu yang akan berhenti dengan sendirinya dan terus berulang layaknya dejavu.

Coba renungkan, saat mendengar adzan. apa yang kau perbuat? tetap bersantai-santai dengan aktifitasmu, lalu berkata, "sebentar, belum qomat kok". Bukankah dengan itu kau sedang berkata pada dirimu "santailah tak perlu bersiap diri, belum mati kok". Kemudian melanjutkan aktifitas tanpa bersiap untuk bertemu dengan Tuhanmu. Lalu, saat iqomat itu terdengar kau bangun dan mendekat, ada yang berlari pun ada yang tetap berjalan santai.

Inilah mengapa, sebagian besar manusia hanya mendekat kepada Allah saat dia sudah tua. Saat kematian itu lebih berpeluang besar datang padanya. Padahal tak ada jaminan dari siapapun yang lebih tua adalah yang paling dekat dengan kematian. Hingga pada akhirnya penyesalan datang karena pertemuan dengan sang kekasih tak maksimal disiapkan.

Malangnya saat kita bertemu Allah dan kita tak sempat untuk bersiap, atau sangat kurang waktu untuk bersiap. Datang dengan pakaian seadannya, tanpa parfum, bahkan tanpa pakaian yang rapi. Beruntung saat Allah masih mau menunggu, jikalau karena kurangnya persiapanmu lantas Allah tak mau menemuimu? wallahu'alam..

Mengapa tidak sebaliknya? sesingkat waktu antara adzan dan iqomat, kau bangun dari aktifitasmu. Menyiapkan baju terbaik, mengoleskan parfum terwangi, dan bergegas menunggu di tempat janjian bertemu. Sambil menunggu kau mengingatnya dalam do'a dan sholat, memujanya dalam dzikir. Hingga ketika Allah sedang berada jauh disana suara lirihmu terdegar memanggil, Allah pun datang mendekatimu, mendekat dan terus mendekat. Melihat kesungguhanmu menemuiNya Allah datang bersama cahaya kedamaian hingga saat Iqomat dilantunkan kau adalah orang terdepan yang berhak mendekatinya.

Itulah perumpamaan, saat persiapan menuju kematian. Karena tak ada sesuatu yang pasti di dunia ini selain kematian. Menyiapkan diri setelah adzan berhenti, memantaskan diri agar Allah menerimamu tanpa tapi. Di waktu kecilmu kau mengenal Allah, dimasa mudamu kau mendekat dengan Allah, hingga dimasa tuamu Allah lah yang mengajakmu untuk selalu dekat dengannya.

Itulah kehidupan. Kesempatan singkat untuk menyiapkan diri, di saat waktu sholat sudah ditentukan, hingga perjumpaan dengan sang Tuhan.


Lantas apa yang pantas kau lakukan setelah adzan? jikalau bukan persiapan diri bertemu Allah sebelum iqomat berkumandang.

Wallahu'alam bishawaf..


Kamis, 07 Mei 2015

Jalan Cinta Para Pejuang

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu mnatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejamkan saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cinta yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menterjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebaikan, menghentikan kebiadaban
menyeru kepada iman
walau dari merantaskan kaki
walalu kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

Salim A. Fillah

Sabtu, 02 Mei 2015

Ku lakukan apa yang tak ingin kulakukan

ada saatnya dimana dunia begitu kejam,
yang salah akan terlihat benar,
yang benar akan terlihat salah.

hidup hanya sekali, 
yang lalu sudah terlewati, menjadi kenangan tak terganti,
kedapan itu mimpi menjadi harapan dan cita-cita,
lantas dimana kita hidup?
di ujung waktu yang di sebut "saat ini"

Terkandang keadaan memaksankan kehendaknya, bisa jadi saat kau ingin berlari kencang justru kakimu tersakiti dan kaupun harus berjalan tertatih. Siapa yang tau jika ternyata kau ingin berlari kencang, siapa yang mengerti saat kau tak ingin berjalan tertatih.

Sayangnya keadaan tak pernah mau bernegosiasi dengan hati, apakah dia mau ataukah dia menolak. Akhirnya hati yang mengalah pada keadaan, mungkin segelintir orang berkata itu keterpaksaan. Namun disudut lain orang berkata, "mungkin ini yang terbaik bagiku".

Bukan bilangan sedikit dari seorang manusia yang terus melakukan apa yang sebenarnya tidak dia inginkan. 

Kamis, 16 April 2015

Aku ingin berubah... Tapi,

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

senandung pagi menggugah jiwa,
adalah tatkala adzan subuh berkumandang.
ayam jantan nan gagah berkokok,
mendengarnya begitu bergembira,
suaranya seakan memberikan tanda
bahwa Allah masih mengizinkan mata ini terbuka.
memberikan kesempatan sekali lagi kepada hamba
untuk selalu bersyukur,
untuk selalu berusaha,
dan untuk selalu berdoa.

Bersyukur adalah salah satu cara terindah untuk menuju kebahagian. Berdoa adalah ikhtiar terbaik menuju kebahagiaan. Seperti yang selalu saya tuliskan sampai detik ini tentang masa muda, tulisan sederhana namun penuh makna.

"adolenscene is the most susceptible to eror, but it determine everything"
=
"masa muda adalah masa yang sangat mudah berbuat kesalahan, namun masa itu akan menentukan segalanya"

Bukan tanpa alasan saat saya mengabadikan kalimat itu dalam catatan ini. Sungguh saat ini, dimasa muda yang penuh makna dan rasa. Faktanya masa muda adalah masa kejayaan setiap insan manusia. Adakalanya dia menjadi orang yang begitu baik, pun adakalanya dia menjadi orang yang begitu buruk. 

Sekian banyak riset membuktikan, pun dengan pengalaman empiris mengatakan, setiap pemuda pernah berbuat kesalahan. Faktor emosional pun mendukung, saat keingintahuan memuncak, ditambah tenaga bersisa-sisa serta kesempatan yang mengalahkan kontrol diri. 

Dan saat seseorang dimasa muda berbuat kesalahan tentu dia akan menyesal, kesadaran mendoronganya untuk merasa bersalah. Hingga akhirnya masa muda mengantarkan dia kejalan perubahan. 

Setiap insan mempunyai keinginan untuk berubah, karena hasrat perubahan adalah fitrah manusiawi didalam dir seorang manusia. Tentunya berubah kearah yang lebih baik, dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik. 

Beberapa pertanda ketika seseorang manusia ingin kembali kepada kebaikan ialah: 

1. Dia memulai membenci hiburan yang berlebihan namun kekurangan dalam manfaat.
2. Tidak menyukai kegaduhan dan perselisihan antar manusia. 
3. Menolak pergaulan bebas, khususnya antar laki-laki dan perempuan dan kebebasan-kebebasan yang lainnya. 
dia tidak senang dan akan merasa sangat gelisah jika terjadi hal-hal tersebut.

apabila seorang pemuda yang mempunyai keinginan perubahan yang besar, ketika dia melakukan sebuah perkara yang baik maka dia akan merasa senang dan tenang. Misalnya dia suka mendengar ceramah-ceramah keagamaan dan mendatangi forum-forum kajian. Besar keinginannya untuk bertaubat kepada Allah atas kesalahan yang pernah dia lakukan. Kemudian dia mengutamakan berkumpul dengan orang-orang baik nan soleh. 

Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan perubahan itu?

"katakanlah (wahai muhammad): "wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa, sesungguhnya Dialah juga yang maha pengampun lagi maha mengasihani" 
(QS 39:53)
Perubahan adalah ketika seorang manusia berbuat kesalahan, dia mengakui kesalahan, bertaubat atas kesalahan dan berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi. 

Tentu akan sangat banyak tantangan luar biasa apabila seorang manusia hendak berubah, mungkin perkataan orang yang menganggap sok suci, tekanan keluarga yang tidak sefaham, atau ejekan teman yang masih belum tersadarkan. 

Namun, justru semua itu adalah romantisme perjuangan dalam mencapai ridho Allah. Karena jalan menuju kebenaran bukanlah jalan yang lurus tanpa halangan. Justru jalan itu adalah jalan yang terjal lagi banyak godaan. 

Sesungguhnya ketika seseorang mau berubah ikhlas karena Allah, maka dia akan termasuk orang-orang yang beruntung. 

"apabila seseorang hari ini lebih baik daripada hari kemaren maka dia adalah orang-orang yang beruntung. Namun apabila seseorang hari ini sama saja dengan hari kemaren maka dia termasuk orang-orang yang merugi"
(HR Bukhori dan Muslim)

Oleh karena itu, marilah kita sama-sama berubah, kearah yang lebih baik. Berubahlah dimulai dari menancapkan niat dalam diri. Kemudian lakukanlah perubahan itu langkah demi langkah. Terakhir yang tidak boleh dilupakan, berubahlah hanya karena Allah. 

Serta jangan pernah berkata, "Aku sudah cukup baik".

Wasalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Sabtu, 14 Maret 2015

Mimpi dan Amanah

Astagfirullahaladzim, Laa khaula wala kuwata ila billah..

Dimulai dengan istighfar dan bersungguh-sungguh merendah atas ketamahan diri yang selalu ingin terlihat lebih. Kemudian seraya bermuhasabah betapa besarnya dzat yang maha pencipta itu. Atau betapa kecilnya manusia hasil ciptaan-Nya.

Di awal pun hingga sampai akhir, saya InsyaAllah akan selalu memberikan kebermanfaatan atas hidup saya walaupun hanya berupa catatan. Semasa hidupnya Deden (aden edcoustic) Supriadi pernah berkata, "bagiku hidup adalah berkarya, meski aku sedang menangis atau tertawa. Selagi tuhan masih memberiku waktu, selama itulah aku akan terus berkarya, Dan jika aku mati nanti, biarkan karya itu menjadi warisan generasi selanjutnya".

Tidak ada keraguan atas ingatan di hati saya sendiri, selaku penulis dari tulisan-tulisan di catatan ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi atas ikhtiar kecil hambaNya. Ingatan itu adalah tema besar kenapa catatan-catatan ini ada, itu adalah tentang mimpi, cita-cita, dan harapan.

Sama seperti halnya Danang A, Prabowo, mahasiswa IPB 2004 yang menggambarkan seperti apa mimpi hidupnya dalam visualisasi video motivasi. Jujur saya adalah salah satu dari mungkin ribuan orang yang sempat tersentak hatinya karena video tersebut. Pun tak bisa menampikkan sejarah, tulisan dan segala macam tentang catatan ini terpengaruhi oleh video "100 mimpi" mas Danang.

Selanjutnya sosok Panglima perang, Pemimpin terbaik sepanjang sejarah di dunia yang tertuliskan dalam Al hadist. Sultan muhammad Al Fatih, pemuda yang lahir 21 tahun sebelum dia menaklukan konstantinopel. Penaklukan kota bersejarah bukanlah cerita novel karya manusia yang bisa dengan mudah membuat alur cerita sedemikian, namun kerasnya perjuangan atas cita-cita besar seorang pemuda hanif dan hafidz yang kini melegenda adalah impi yang sudah tercatat karena motivasi gurunya dimasa kecil. Bukan hal yang mudah untuk membangun pasukan terbaik yang pernah ada, pun dengan membentuk kepribadian pemimpin sejati untuk memimpinnya. Beliau adalah keturunan suku utsmani pewaris tahta yang tak pernah disangka. Namun pendidikan akhlak, dan takdir yang akhirnya mengatarkan Al Fatih mencatat sejarah dan menggemparkan dunia.

Yaa, kedua referensi diatas adalah representasi tentang mimpi, cita-cita dan harapan. Tidak ada hukum yang menyatakan wajib ataupun haram soal mimpi. Namun, hingga hari ini yang saya fahami tentang mimpi adalah tujuan. Tujuan berupa short term vison, medium term vision dan long term vision. Seperti halnya Islam yang mengajarkan untuk menjadikan Allah sebagai tujuan diatas tujuan, menjadikan Surga sebagai cita-cita dan menjadikan Islam sebagai jalan menuju kesana.

Ada sebuah korelasi antara tujuan dan jalan, karena dengan tujuan yang benar kita akan tahu jalan yang benar. Beberapa waktu lalu saya sempat belajar dari seorang trainer tentang cara menentukan jalan kehidupan, dijelaskan oleh beliau bagaimana kita menetukan jalan adalah tergantung tujuan mana yang akan kita capai. Kehidupan organisasi membahasakan ini berupa "Mulailah dari Akhir". Kita mulai dari akhir, kita mulai dari tujuan kita. Karena dengan tujuan kita akan tau bagaimana harus memulai, dan dengan tujan kita akan tahu seperti apa jalan yang akan kita lalui.

Itulah mimpi, keabstrakan hidup yang tak pernah bisa terukur. Dia bebas, tak terbatas ruang dan waktu. Mimpi itu indah saat ia terwujud secara nyata. Mimpi juga adalah cahaya karena dia memberikan petunjuk dari yang belum ada menjadi ada, dari yang jauh menjadi dekat. Karena mimpi, cita-cita dan harapan adalah tujuan.

"Maka, nikmat tuhanmu manakah yang telah enkau dustakan"

---------------------------------------------------------------------------------

Kemudian amanah, sepertinya saya tidak akan bicara banyak soal amanah. Merinding kulit ini dan menciut hati saya untuk membicarakannya. Tulisan dalam catatan-catatan ini kiranya telah memberikan begitu banyak cerita ataupun gagasan tentangnya. Amanah adalah sebuah kata yang besar dan menjadi besar karena makna dan segala sesuatu yang ada di belakangnya.

Sejarah terpanjang yang saya tahu adalah ketika pertama kali Allah menawarkan amanah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Gunung yang besar itu menolak karena besarnya amanah tak sebanding dengan besarnya gunung. Lautan yang luas itu berpaling karena luasnya amanah bisa dengan mudah menyempitkan laut. Sekali lagi saya sampaikan amanah adalah hal yang besar lagi serius.

Konteks amanah adalah soal titipan, seperti halnya kita meminjam tentu kita punya kewajiban untuk mengembalikan. Kemudian dalam catatan-catatan lalu, saya beberapa kali menyampaikan soal Amanah dan apa yang ada di belakangnya. Kepemimpinan merupakan amanah. Waktu adalah amanah. Jasad itu amanah. Kehidupan inipun juga sebuah Amanah.

Belajar dari Rosulullah SAW, tentang amanah besar menyempurnakan akhlak manusia. Beliau adalah manusia terpilih, karena lagi lagi saya harus berkata "amanah tak akan salah memilih pundak". Sebesar Allah titipkan amanah, seraya Beliau menciptakan kekuatan yang lebih besar untuk pemegangnya. Bayangkan betapa 62 tahun Rosulullah hidup, cerita tentang amanah beliau adalah cerita yang tak cukup diuraikan dengan selembar kertas. Hingga muncul sebuah rumus, amanah adalah soal pengorbanan.

Salah satu sahabat pernah memberikan ketauladanan luar biasa soal amanah, panglima perang tak pernah kalah sepanjang zaman. Khalid bin walid tidak pernah absen atas amanah memimpin pasukan perang kaum muslimin. "pedang Allah" adalah julukan termasyhur yang hanya diberikan kepada beliau karena prestasi mengemban amanah komandan perang. Pelajaran bukan datang dari kepakaran mengolah pedangnya. Justru ketika Abu Bakar mencabut amanah komandan perang di saat tak ada satupun kesalahan dibuat. Miris melihat fenomena panglima perang paling tangguh, jendral tempur yang berkali-kali memberikan kemenangan harus maju kemedan perang sebagai prajurit biasa. Namun, akhlak beliau adalah alasan atas sikap bijaksana dan penuh integritas.

Itulah amanah, datangnya tak dijemput pulangnya tak diantar. Karena satu-satunya yang berhak mengelola amanah adalah sang Maha segala maha.

Sering kali amanah datang, lantas harus apa kita?

Mendengarkan ceramah ustad pagi hari saya pernah mencatata. "Amanah, sebelum dia datang jangan pernah meminta. saat dia datang hindari. saat dia diberikan terimalah. saat dia diemban mastatho'tum (lakukan semaksimal yang kamu bisa), saat dia diambil pertanggungjawabkan atas apa amanah itu datang".

-------------------------------------------------------------------------------

Pada akhirnya saya harus menyandingkan 2 kata diatas, mimpi dan amanah. Menjadi sebuah peryataan yang saling terintegrasi ataupun pertanyaan yang membutuhkan pemahaman. Setidaknya ada satu kesamaan diantara dua hal tersebut, antara mimpi dan amanah keduanya adalah keniscayaan bagi seorang manusia. 

Lantas, bagaimana keduanya datang. berlawanan, bersimpangan atau sejalan? 

Al Fatih adalah bukti, saat mimpi semasa kecilnya menaklukkan konstantinopel justru terealisasi saat amanah dan tantangan besar diberikan kepadanya. Menjadi pemimpin suku utsmani bukanlah hal yang mudah, ditengah frustasi keluarga ustmani selama berabad-abad gagal menaklukan konstantinopel tentu memberikan tekanan luar biasa. Hingga akhrinya sunatullah yang berbicara dilapangan, saat satu dari 2 kota berpengaruh di dunia takluk oleh kaum muslimin. 

Atau berkaca dari Bapak para nabi, Ibrahim A.S. Amanah beliau untuk berdakwah memaksa untuk berpisah dengan istri dan anaknya Ismail. Pun ketika puluhan tahun Beliau kembali ada mimpi manusiawi dari seoran ayah, saat ia ingin bermanja mesra dengan anak yang begitu dirundukannya. Namun lagi-lagi Allah justru berkata lain, keinginannya terusik oleh perintah Allah untuk menyembelih putra yang begitu dicintainya. Entahlah betapa hancurnya persaan Ibrahim A.S. kala itu. 

Suatu waktu dalam perjalanan hidup saya sendiri, saya pernah merasakan ketika teryata beberapa mimpi harus terhapuskan karena amanah yang datang. Namun, tak juga pernah menyangka ketika suatu hari justru mendapatkan lebih dari apa yang diimpikan karena amanah. Entahlah, tak ada rumus pasti diantara keduanya.

Terkadang kita salah mengartikan, atau lupa bersyukur atas tanda-tanda kekuasaan-Nya. Entah karena kesombongan atau karena kerendahan hati sehingga tak dapat melihatnya. Kepastian yang saya tahu adalah ketika manusia itu merencanakan, dan Allah yang menentukan. Bukan berarti mendiskritkan penjabaran diatas namun, itulah ketentuan yang bagi saya keduanya memilik peran untuk saling melengkapi. Sama halnya jodoh dan rejeki, keduanya pasti namun tidak akan datang kalau tidak dicari. 

Terakhir yang perlu ditanamkan dalam-dalam adalah:

"Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi apa yang kita butuhkan"



*Dedikasi untuk jalan perjuangan seorang pemimpi sebagai mahasiswa yang hampir berusia 4 tahun, terimakasih untuk mimpi dan amanah.