Rabu, 10 Juni 2015

Sinergitas Pendidikan Karakter dan Habits

Kompleksitas permasalahan Indonesia telah sampai pada titik mengkhawatirkan. Pemuda yang digadang-gadang sebagai tiang berdirinya negara justru menyumbangkan masalah yang cukup besar. Masalah mainstream seperti tawuran, seks bebas, narkoba, pesta miras, kawin cerai, dan video mesum seolah menjadi pupuk penyubur kehancuran bangsa. Pembenahan secara komperhensif harus segera digalakkan agar pemuda sebagai penerus bangsa dapat terselamatkan.
Demoralisasi pemuda semakin terlihat, baru-baru ini di Kota Pelajar Yogyakarta ditemukan sesosok mayat perempuan belum menikah di kamar kosnya. Ditemukan meninggal seusai melahirkan anak diluar pernikahan, perempuan tersebut adalah mahasiswi salah satu PTN di Yogyakarta (news.detik.com, 29 April 2015). Tak lama berselang, masih dikota yang sama lagi-lagi mayat perempuan ditemukan dalam kondisi telanjang dikamar kosnya. Diduga gadis cantik tersebut dibunuh setelah diperkosa (jogja.tribunnews.com. 2 Mei 2015). Dari 2 hotnesws tersebut menunjukkan ada suatu permasalahan yang sedang mengidap pemuda, yaitu degradasi moral. 
Derasnya arus liberalisasi dan lunturnya adat ketimuran semakin memperkokoh demoralisasi generasi muda. Acara-acara pembodohan di televisi dan gaya hidup hedonisme tak khayal merubah paradigma tontonan menjadi tuntunan dan tuntunan menjadi tontonan. Pendidikan yang sejatinya menjadi jantung dalam menyelamatkan peradaban tak mampu berbicara banyak. Pemerintah hanya memprioritaskan pembangunan fisik saja, dengan sesekali melirik hal-hal fundemantal layaknya pembangunan karakter yang hanya menjadi wacana.
Dalam kunjungannya ke UNY 25 april 2015 Anis baswedan mengatakan, “orang yang sedang memikirkan pendidikan adalah orang yang sedang memikirkan masa depan”. Siapa yang ingin melihat kondisi negara 10 tahun kedepan maka lihatlah kondisi pemudanya saat ini. Demi menatap Indonesia kedepan, tujuan mulia pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia harusnya menjadi prioritas pertama. Memanusiakan manusia berarti menciptakan manusia yang beradab, yang mampu menggunakan akal dan fikirannya layaknya manusia bukan hewan. Oleh karena itu dalam upaya untuk memperbaiki moral pemuda salah satunya melalui jalur pendidikan.
Pendidikan
            Melihat wajah Indonesia masa depan adalah melihat kualitas pemuda saat ini. Kemudian tanggung jawab kualitas pemuda berada di tangan sistem pendidikan. Pendidikan yang baik akan mencetak manusia yang tidak sekedar siap secara intelektualitas namun juga teruji moralitasnya. Sehingga kecerdasan intelektualitas mampu di imbangi dengan kecerdasan emsoional serta spiritual.
            Pertanyaan mendasarnya adalah pendidikan macam apa yang mampu membentuk moral manusia? Sekitar abad ke 6, Muhammad Saw menegaskan bahwa visi utama beliau sebagai rosul (penyampai) adalah mendidik manusia untuk menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter (good character). (majid, 2012). Oleh karena itu pendidikan karakter adalah  wujud pendidikan paling relevan guna memperbaiki moral generasi muda. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME serta akhlak mulia (karakter) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undan undang, (UU No. 20 Tahun 2003).
Pendidkan karakter solusi degradasi moral
            Degradasi moral generasi muda adalah akibat dari ketidakmampuan mengendalikan nafsu, sehingga dalam berperilaku dia hanya menuruti hawa nafsunya tanpa memikirkan dampak baik dan burknya. Dalam buknya The ESQ Way 165 Ari Ginanjar mengatakan bahwa dorongan nafsu yang berlebihan akan menghasilkan belenggu yang menutup aset paling berharga dari seorang manusia, yaitu fitrah.
Pendidikan karakter sangat berbeda dengan pendidikan intelektual, karena parameter keberhasilan pendidikan karkter tidak diukur berdasarkan kefahaman murid atas karakter itu sendiri. Pendidikan karakter merupakan proses transfer of values atau penanaman nilai, sehingga goal pendidikan karakter adalah terbentuknya murid yang berakhlak mulia dan mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip moral dalam kehidupan. Penanaman nilai ini adalah melatih dan meng-upgread softskill yang dimiliki setiap manusia seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan adil.
Softskill berkaitan dengan fitrah manusia, sejatinya fitrah manusia selalu merindukan kebaikan yang tidak dapat diajarkan akan tetapi ditularkan (Harizka R, 2011). Oleh karena itu dalam upaya membentuk karakter manusia dibutuhkanlah suatu lingkungan yang dapat mendukung secara penuh penanaman nilai tersebut. Guru sebagai tauladan harus berperan menjadi sosok yang bisa digugu lan ditiru (diikuti dan dicontoh). Walaupun pada faktanya interfensi politik menghasilkan guru yang sangat pragmatis. Guru yang seharusnya mampu menjadi pahlwan pendidikan justru hanya mampu menyampaikan texbook materi hasil kajian kurikulum pemerintah saja tanpa mempermainkan peran dalam membentuk karakter. Selain itu habits (kebiasaan) dari murid yang benar-benar dijaga agar selalu mengimplementasikan nilai moralitas dalam kehidupnnya sehari-hari.
Bagaimana habits membentuk karakter?
            Habits adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang hingga membudaya. Kepribadian seseorang akan sangat terpengaruhi atas kebiasaannya dalam berperilaku sehari-hari. Misalnya seorang yang kesehariaanya selalu hidup dalam kemalasan maka akan membentuk karakter/kepribadian yang manja dan malas. Dalam bukunya terapi berfikir positif, Dr. Ibrahim Elfiky menyampaikan bahwa guna membentuk stimulus manusia agar selalu berbuat baik adalah dengan membiasakan perbuatan baik.
            Berakaca dari negri matahari terbit, di negara jepang terkenal dengan budaya yang begitu kental. Contoh paling sederhana, orang jepang membiasakan diri untuk berjalan cepat, hingga akhrinya terbentuklah karakter masyarakat jepang yang militan. Bukan hal yang tidak mungkin bagi negara Indonesia untuk membentuk karakter pemudanya yang tangguh, jika dalam pendidikannya dibiasakan untuk menerapkan karakter mulia. Suatu saat pemuda Indonesia tidak akan pernah menjadi pencuri atau bahkan koruptor, ketika dalam pendidikannya dibiasakan untuk bersikap jujur dan tanggung jawab.  Pada akhirnya dari habits yang selalu menerapkan nilai-nilai moralitas maka akan membentuk kepribadian/karakter sehingga kelak akan menjadi pribadi yang tangguh.
Kesimpulan
            Degradasi moral generasi muda adalah masalah masa kini yang berdampak panjang hingga ke masa depan. Permasalahan ini membutuhkan penangan serius guna menyembuhkan bahkan melakukan tindakan preventive. Disamping itu, pemuda sebagai calon pemimpin masa depan benar-benar harus diselamatkan jika pemerintah tidak ingin kebobrokan bangsa semakin nyata.
            Pendidikan menjadi salah satu senjata paling ampuh dalam memberikan solusi atas rencana “revolusi mental” bangsa ini. Untuk itu dibutuhkan bentuk pendidikan yang tidak hanya menekankan pada kecerdasan intelektual saja namun juga membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Sinergitas antara pendidikan karakter dan habits harus dijadikan pertimbangan dalam merumuskan strategi memperbaiki moral generasi muda. Karena ancaman kehancuran bangsa akan semakin terlihat nyata jika moralitas generasi muda tidak segera diselamatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar