Saat kau mulai merasa mungkin kau tak akan sadar apa
yang sudah kau katakan sebelumnya, namun aku mendengar lewat sayu suara semu
yang bergema. Sebuah fakta dari fenomena, mungkin dia terlalu cepat berputar
sampai kita tak sadar dia sedang berputar. Tapi, marilah kita jaga pola fikir
kita, semua sudah ada ketentuan masing-masing. Bukan sama rata, namun
proporsional.
Mana mungkin tanganmu mampu melangkah, saat kau tau
tanganmu hanya bisa memegang.
Mana mungkin telingamu mampu melihat, saat kau tau
telingamu hanya mampu mendengar.
Mana mungkin mulutmu mampu melihat, saat kau tahu
mulutmu hanya mampu berucap.
Pernahkah kau kecewa saat otakmu tak bisa merasa,
padahal kau tau dengan jelas hanya hatimu yang merasa paling sempurna.
Kemudian apa yang pantas kita perdebatkan,bukankah
Allah telah menciptakan segala sesuatu untukmu agar kamu dapat bersyukur. Allah
adil menciptakan kaki untuk melangkah, telinga untuk mendengar, dan mata untuk
melihat.
Kenapa kita berdebat untuk itu kawan, tidakkah kita
mampu bersyukur. Biarlah yang merah itu tetap memerah, biarkan yang kuning itu
tetap menguning dan yang biru itu tetap membiru.
Liahtlah pelangi, dia indah karena warnanya menyatu
bukan melebur. Mereka komitmen dengan tugas mereka masing-masing, memberikan
keindahan lewat komposisi yang tepat.
Sudahlah, mari bersama bersyukur. Bukankah Allah telah
menjadikan semua ini dengan penuh pertimbangan. Bukan untuk saling meberikan
amanah, tapi jelas untuk saling meringankan beban.
at my work, @baniasroff
Tidak ada komentar:
Posting Komentar