Kamis, 23 Oktober 2014

Media adalah Pedang yang tajam

Assalamu'alaikum wr wb,, selamat pagi, awali dengan bersyukur atas cinta yang Allah tanamkan di dalam hati. Menyambut hangatnya pagi ini, alangkah baik kita mulai dengan hal yang tidak biasa. Memuali hal yang sama denga cara yang berbeda.

lets move on, beberapa waktu yang lalu. tepatnya saat perhelatan pertarungan presiden berlangsung. dampak terbesar untuk saya adalah vacum. Kenapa vacum, saat itu saya melihat dan merasa semua menjadi tidak sehat. Penyakit masal melanda seluruh bangsa hanya karena satu virus. Virus itu bernama media, dia tenang tapi menghanyutka, dia keras tapi memberatkan, dia besar tapi menghancurkan.

Saat itu, saat semua mata tertuju pada rangkaian berita yang serba simpang siur. perpecahan semakin menjadi, betapa orang mudah bermain2. Kekecewaan sya memuncak, tidak semua apa yg mereka sampaikan itu benar. dan lebih parah lagi sya melihat pemberitaan sudah terfilter rapi. Arah berita itu tergantung siapa yang meberitakan. atau ekstreamnya, siapa yang menyebar berita, dialah sumber yang benar.

tidakkah kalian tahu, barang siapa mendapatkan infomasi kemudian ia serta merta menelannya, bahkan ia menyebarkannya maka ia telah mengikuti perbuatan syetan dan ia pun telah mengikuti sunah-sunah orang munafik.

QS: An Nisa Ayat 83, "Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan maupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya"

bahkan Rosulullah bersabda, "Sudahlah cukup orang itu dikatakan berdusta, jika ia menceritakan apa yang dia dengar"

yahudi menangkap sebuah peluang besar untuk menguasai manusia yaitu dengan mengatur input dari manusia untuk menentukan output. Mereka menjadikan media sebagai pedang paling tajam, untuk mengatur segala strategi peperangan. Bukankah kau akan mendengar dan melihat. Karena itu saya merasa sangat kecewa dengan media dan siapapun yg terlibat didalamnya. Jangankan yg bersekala besar. Melihat dalam ruang lingkup kecil saja miris, mereka saling menghujat lewat media, saling menyerang lewat media.

Tidak jarang sebuah kesalah fahaman terjadi hanya karena salah persepsi ataupun pemahaman dalam menterjemahkan tulisan. Itu alasan kenapa saya vacum, namun hari ini saya menegaskan bahwa pilihan itu tidak selamanya benar. saat ini sya sadar. Bukankah ketika kau ingin hasil yg berbeda maka kau harus melakukan dengan cara yg berbeda?

selama ini, persepektif media adalah orang yg berpengaruh dan orang yg dipengaruhi. Dampaknya adalah semakin banyak yang terpengaruh. Karenanya hri ini saya tersadar. kenapa tidak kita gunakan media sebagai pedang dalam berdakwah, bukankah dia pedang yang bisa diasah dan kita dapati pedang yang tajam.

saat berita buruk itu bisa dimasukkan, logikanya adalah beritu baik pun punya peluang yang sama. Tinggal mau atau tidak, siap atau tidak. Saat kekritisan harus dibungkam, maka saat itulah sebuah sistem itu terjadi masalah. Kuncinya. gunakan pedang ini dengan benar. Bukan asal menebas apapun yang ada didepan, namun disimpan saat berjalan, dan dihunus saat perang.

at study room 21 Oktober 2014, @baniasroff

Tidak ada komentar:

Posting Komentar