Rabu, 16 Juli 2014

Warna Kasta

Aku melihat dan aku merasakan.

Dulu, saat masih menyandang putih merah pasti melihat keatas. Betapa putih biru itu begitu mempesona, anak-anak disana terlihat lebih cerdas dari kami yang masih bersekat 6. Memandang mereka, seakan putih biru adalah pangkat tertinggi dalam tataran dunia keilmuan. Tanpa terasa 6 tahun terlewati, sebuah masa baru dimana saat itu terlihat “keren” akhrinya dapat tersandang. Waktu itu, akulah “Putih Biru”.

Kemudian, masa 3 tahun itu adalah masa yang (ternyata masih) ada kesamaan dengan periode sebelumnya. Celana kami masih pendek, mata pelajaran kami masih umum, bahkan cara berfikir kami tidak terlalu berbeda. Hanya saja, iyaa... hanya saja beberapa laki-laki mengalami perbedaan yang cukup significant. Beberapa siswa (laki-laki) tumbuh dengan cepat dimasa ini, terlebih dalam segi postur tubuh. Namun, lagi melihat kedepan cermin ini terlihat masih putih biru. Seperti dejavu, rasa itu kembali terulang dimana putih abu-abu begitu melambai. Mereka bercelana panjang, mereka berjilbab rapi, bahkan tidak jarang tampilan fisik mereka adalah yang terindah dalam tataran 6, 3, dan 3. Mereka seakan menjadi trend center dunia pendidikan.

Tak lama berselang, masa 3 tahun terakhirpun terasa. Cerita yang sebenarnya tidak terlalu sama dengan apa yang diharapkan dulu ketika belum mengalami. Yah, itulah manusia dengan sejuta persepsi dan seribu imaginasi. Lagi-lagi dejavu itu kembali terulang, masa putih abu-abu yang dulu terlihat begitu indah ini seakn menjadi luntur karena beberapa visualisasi media tentang “kampus”. Anak-anak kampus ini tak lagi berpakaian seragam, jadwal mereka terlihat sangat mandiri. Bahkan berbagai media menggambarkan buku-buku besar yang selalu dibawa, ataupun taman-taman yang selalu dipenuhi pembaca buku. Cara jalan mereka terlihat begitu sempurna, apalagi dengan sebuah kata pembeda “aku duluan ya, ada kelas ini”. Emm, sangat-sangat beda dengan warna merah, biru ataupun abu-abu yang dilengkapi dengan putih. Masa itu seperti menggambarkan apa yang mereka pakai, berwarna.

Walaupun tak pernah terbayangkan namun ini yang menjadi takdir hidup. Justru Allah berikan jalan begitu terang, tentulah setiap hasil akan syncron dengan perjuangan. “mahasiswa”, gelar ini akhirnya melekat. Sebuah pemaknaan yang sejujurnya tidak ada ketertarikan dengan maknanya, hanya saja dari dulu nuansa bedanyalah yang akhirnya memunculkan daya pikat. Entah, tidak habis fikir secara logika orang akan berjalan kedepan, entah ucapan, perbuatan maupun fikiran. Tapi kali ini BERBEDA, sepertinya melihat putih abu-abu itu sangat pantas. Hanya sekilas memandang, namun dalam hati langsung berkata “ingin rasanya kembali kemasa itu”. Kali ini bukan pandangan keatas yang kembali terlihat, mungkin pandangan diatas kurang menarik. Atau mungkin lingkungan sekarang yang kemudian memberikan pesona keindahan nostalgia.

Pastinya, kenangan sebuah masa putih abu-abu rasanya ingin mengulangnya.


Batman, 16 Juli 2014 @BaniAsroff

Tidak ada komentar:

Posting Komentar