Inilah sebuah
fenomena nyata tentang kasih sayang orang tua, kasih sayang yang diberikan
terkadang tidak pernah kita rasakan. Karena kasih sayang itu tidak bisa kita
lihat dengan mata, namun sungguh kasih sayang itu dapat terasa nyata ketika
engkau mau menggunakan hatimu. Sama seperti Rabb-mu Allah aza wa jala. Dengan
peralatan secanggih apapun niscaya engkau tidak akan pernah meliahat-NYa.
Cerita
ketika suatu malam, disebuah kantor yang biasa menjadi tempat bekerja sebagai
seorang Aktifis Mahasiswa. Kala itu jujur saja, perasaan rindu dengan kasih
sayang itu muncul saat tidak sengaja menyanyikan sebuah lagu berjudul “ibu”. Dari
lagu itu kemudian terlontar sebuah diskusi dengan salah satu teman disana. Teman
yang sebenarnya punya nasib sama, seorang Aktifis Mahasiswa perantau yang jarang
pulang ke rumah.
Lambat
laun cerita semakin deras bercucuran, cerita tentang keluarga yang sampai hampir
2 bulan tidak kulihat. Alur cerita semakin mendatail kearah sikap ayah dan ibu,
bagaimana cera mereka untuk menyampaikan bukti kasih dan sayangnya. Dari situlah
mulai kufahami bahwa setiap orang tua itu punya cara masing-masing untuk
mendidik buah hatinya. Terkadang beliau bisa menjadi orang tua, terkadang
beliau bisa menjadi sahabat akrab dan bahkan beliau bisa menjadi seorang musuh
yang kejam. Namun, itulah cara mereka masuk dalam dunia anak-anaknya. Dunia
yang sejatinya mereka pasti akan memperdulikan, bagaimana tidak kalau
anak-anaknya lah yang kelak akan menyambung kehidupan baik dunia bahkan di
akhirat.
Semakin
larut, dan kembali teringat ketika dulu pernah tertampar oleh sebuah kata dari
ibu. Saat itu kesibukanku
jauh lebih banyak bahkan untuk sekedar pulang dan mendengarkan celotehan ibu
yang selalu ingin di dengar oleh anak-anaknya. Hampir 3 bulan aku tidak
berkunjung ke mereka.
Ceritanya waktu itu HandPhoene ku
berbunyi terdengar sebuah suara yang sudah kukenal. Namun jelas sangat berbeda,
suara pelan dan langsung bertanya “mas, sibuk ya di kampus? Besok bisa pulang? Sudah
lama engkau tidak pulang nak” dan akupun menjawab, “iya bu, malam ini aku
pulang. Tapi sebentar saja, besok ada acara lagi di kampus”.
Perjalanan 1,5 jam itu terjadi
hampir tengah malam, seusai aku menjalankan rutinitas. Sesampainya dirumah
sudah sepi dan hanya bertemu ayah yang sedang menonton TV. Langsung saja aku
bergegas ke kamar dan tidur.
Esok harinya sudah kuputuskan untuk kembali
kekampus pagi-pagi. Sampai aktifitas persiapanku selesai aku masih belum
melihat ibuku. Hingga aku ingin pamit, masuklah kedalam sebuah kamar dan
kusaksikan beliau tengah tergeletak tak berdaya karena sakit. Saat itulah aku
coba bicara untuk izin kembali ke kampus, namun seperti inilah jawabnnya:
“ mas, apa ibu harus sakit dulu
agar kamu bisa pulang menjenguk keluargamu?”
Tertunduk
sejenak dan entah mengapa mata menjadi perih dan airpun menetes dari pelupuk
mata menuju pipi. Tak ada yang bisa kulakukan selain memijat tangan ibuku
sambil berkata:
“maaf bu.... aku tidak jadi kembali
ke kampus. Ternyata masih ada tugas yang lebih penting dirumah”.
Hampir 10 menit suasana hening
dikamar itu, mungkin karena matanya terpejam beliau tidak melihat linangan air
mata anaknya. Namun aku yakin beliau faham anaknya telah terguncang hatinya,
anaknya telah merasa menjadi orang yang sangat berdosa.
Hingga aku
memutuskan untuk kembali kekamarku dan menaruh seluruh barang bawaanku. Setelah
itu mulai ku kerjakan tugasku lebih penting, yaitu tinggal sejenak dirumah
bersama keluargaku. Hanya 3 hari aku di rumah, namun sungguh 3 hari itu menjadi
hari yang penuh pembelajaran bagaiman kehidupan seorang anak dan orang tuanya. Itulah
sedikit tamparan yang ternyata sangat menyakitkan.
Mengharukan.... :)
BalasHapussebuah kisah aktifis mahasiswa :)
BalasHapusjgn sampai alasan aktivis menjadi alasanmu meninggalkan kedua orang tuamu..
BalasHapus#keepspirit mas bani.. ^_^
:) butuh sebuah idealisme untuk memutuskan itu dek zizah...
BalasHapusya, saya tahu itu. karena apapun yg sudah diputuskan itu adalah sekenario yang Allah buat untuk mas bani. :D
BalasHapusamiinn... kapan kita mau berkembang kalau tidak mencari masalah yang lebih besar.. sejatinya pelaut ulung akan terlahir dari ombak yang tinggi..
BalasHapus:)
BalasHapusmemang masalah itu membuat orang lebih besar tp ada sebagian dari mereka masalah itu yang membuat sebuah kekecewaan dan akhirnya bekerja tidak dengan cinta