Minggu, 09 Maret 2014

Yang Jangan Sampai Kau Lupakan

                Inilah sebuah fenomena nyata tentang kasih sayang orang tua, kasih sayang yang diberikan terkadang tidak pernah kita rasakan. Karena kasih sayang itu tidak bisa kita lihat dengan mata, namun sungguh kasih sayang itu dapat terasa nyata ketika engkau mau menggunakan hatimu. Sama seperti Rabb-mu Allah aza wa jala. Dengan peralatan secanggih apapun niscaya engkau tidak akan pernah meliahat-NYa.
                Cerita ketika suatu malam, disebuah kantor yang biasa menjadi tempat bekerja sebagai seorang Aktifis Mahasiswa. Kala itu jujur saja, perasaan rindu dengan kasih sayang itu muncul saat tidak sengaja menyanyikan sebuah lagu berjudul “ibu”. Dari lagu itu kemudian terlontar sebuah diskusi dengan salah satu teman disana. Teman yang sebenarnya punya nasib sama, seorang Aktifis Mahasiswa perantau yang jarang pulang ke rumah.
                Lambat laun cerita semakin deras bercucuran, cerita tentang keluarga yang sampai hampir 2 bulan tidak kulihat. Alur cerita semakin mendatail kearah sikap ayah dan ibu, bagaimana cera mereka untuk menyampaikan bukti kasih dan sayangnya. Dari situlah mulai kufahami bahwa setiap orang tua itu punya cara masing-masing untuk mendidik buah hatinya. Terkadang beliau bisa menjadi orang tua, terkadang beliau bisa menjadi sahabat akrab dan bahkan beliau bisa menjadi seorang musuh yang kejam. Namun, itulah cara mereka masuk dalam dunia anak-anaknya. Dunia yang sejatinya mereka pasti akan memperdulikan, bagaimana tidak kalau anak-anaknya lah yang kelak akan menyambung kehidupan baik dunia bahkan di akhirat.
                Semakin larut, dan kembali teringat ketika dulu pernah tertampar oleh sebuah kata dari ibu. Saat itu kesibukanku jauh lebih banyak bahkan untuk sekedar pulang dan mendengarkan celotehan ibu yang selalu ingin di dengar oleh anak-anaknya. Hampir 3 bulan aku tidak berkunjung ke mereka.
Ceritanya waktu itu HandPhoene ku berbunyi terdengar sebuah suara yang sudah kukenal. Namun jelas sangat berbeda, suara pelan dan langsung bertanya “mas, sibuk ya di kampus? Besok bisa pulang? Sudah lama engkau tidak pulang nak” dan akupun menjawab, “iya bu, malam ini aku pulang. Tapi sebentar saja, besok ada acara lagi di kampus”.
Perjalanan 1,5 jam itu terjadi hampir tengah malam, seusai aku menjalankan rutinitas. Sesampainya dirumah sudah sepi dan hanya bertemu ayah yang sedang menonton TV. Langsung saja aku bergegas ke kamar dan tidur. 
Esok harinya sudah kuputuskan untuk kembali kekampus pagi-pagi. Sampai aktifitas persiapanku selesai aku masih belum melihat ibuku. Hingga aku ingin pamit, masuklah kedalam sebuah kamar dan kusaksikan beliau tengah tergeletak tak berdaya karena sakit. Saat itulah aku coba bicara untuk izin kembali ke kampus, namun seperti inilah jawabnnya:

“ mas, apa ibu harus sakit dulu agar kamu bisa pulang menjenguk keluargamu?”

                Tertunduk sejenak dan entah mengapa mata menjadi perih dan airpun menetes dari pelupuk mata menuju pipi. Tak ada yang bisa kulakukan selain memijat tangan ibuku sambil berkata:

“maaf bu.... aku tidak jadi kembali ke kampus. Ternyata masih ada tugas yang lebih penting dirumah”.

Hampir 10 menit suasana hening dikamar itu, mungkin karena matanya terpejam beliau tidak melihat linangan air mata anaknya. Namun aku yakin beliau faham anaknya telah terguncang hatinya, anaknya telah merasa menjadi orang yang sangat berdosa.
                Hingga aku memutuskan untuk kembali kekamarku dan menaruh seluruh barang bawaanku. Setelah itu mulai ku kerjakan tugasku lebih penting, yaitu tinggal sejenak dirumah bersama keluargaku. Hanya 3 hari aku di rumah, namun sungguh 3 hari itu menjadi hari yang penuh pembelajaran bagaiman kehidupan seorang anak dan orang tuanya. Itulah sedikit tamparan yang ternyata sangat menyakitkan.
               

                

7 komentar:

  1. sebuah kisah aktifis mahasiswa :)

    BalasHapus
  2. jgn sampai alasan aktivis menjadi alasanmu meninggalkan kedua orang tuamu..
    #keepspirit mas bani.. ^_^

    BalasHapus
  3. :) butuh sebuah idealisme untuk memutuskan itu dek zizah...

    BalasHapus
  4. ya, saya tahu itu. karena apapun yg sudah diputuskan itu adalah sekenario yang Allah buat untuk mas bani. :D

    BalasHapus
  5. amiinn... kapan kita mau berkembang kalau tidak mencari masalah yang lebih besar.. sejatinya pelaut ulung akan terlahir dari ombak yang tinggi..

    BalasHapus
  6. :)
    memang masalah itu membuat orang lebih besar tp ada sebagian dari mereka masalah itu yang membuat sebuah kekecewaan dan akhirnya bekerja tidak dengan cinta

    BalasHapus