Rabu, 26 Maret 2014

Air tetaplah menjadi air, Bukan air yang mencair


Air,
Tetaplah engkau menjadi air..
Air yang selalu kukuh..
Dengan sebuah kata bernama "air"..
Bukan air yang memanas saat bersama api..
Bukan air yang membeku saat bersama tanah..
Bukan air yang menghilang saat tak berada di dalam air..

=baniasroff=

Sejak aku tau air, air itu selalu mempunyai ciri yang berbeda. ia jelas, ia terang, ia selalu bermakna. Mungkin air adalah sebuah pembelajaran yang sangat besar. Mungkin air adalah sebuah pemaknaan yang tidak akan berhenti memberi makna.

Tertulis untuk seseorang, atas sebuah pertanyaan dalam mengamalkan ilmu. Entah siapa yang lebih pintar atau siapa yang lebih tau. Namun, dari air lah tulisan ini terkuak. Dari air lah pembelajaran ini datang.

Berbicara tentang air teringat akan sebuah ilmu yang tidak sekedar ilmu. Bagaimana air dan ketetapannya, air yang akan selalu berwujud air dimanapun ia berada.

Ketika sang air berada di gelas maka ia akan menjadi gelas, namun itulah air, ia akan selalu berwujud air sampai kapanpun. Ia tidak akan berubah menjadi apa yang ada di sekelilingnya.

Ketika sang air di urai, ia akan berwujud air dan tetap bernama air meskipun sedikit ataupun banyak jumlahnya. Partikel-partikel air akan selalu bersama partikel yang lain. Sang air tidak akan pernah bergabung dengan partikel lain sekalipun ia berada dalam wadah yang bukan partikel air.

Korelasi air dan wadah adalah aktifis dan sebuah tempat bernama siyasi, kata siyasi adalah kata yang begitu expert terlihat. Di siyasi kita harus berpolitik, di siyasi kita harus berdakwah, di siyasi kita harus belajar, di siyasi kita harus bekeluarga dan di siyasi kita harus bersyariat.

Berperan penting didalamnya pantasnya belajar menjadi air. Tetap syar'i meski bergaul, tetap jaga hijab meski merapat, tetap bersahaja meski tertawa. Bukan hanya menjadi da'i ketika bersama da'i, bukan hanya menjadi syar'i ketika besama jama'ah. Tidak tergerus oleh budaya, tetapi merubah budaya dengan amal dan ilmu. Bukan karena alasan menarik perhatian untuk mengorbankan syariat.

Apakah hanya untuk bercerita harus mengorbankan tilawah-tilawah kita?
Apakah hanya unutk bercanda harus mengorbankan dzikir-dzikir kita?
Apakah hanya untuk keakraban harus mengorbankan syariat-syariat kita?

wallahualam bishawaf.. air tetap lah air, bukan udara, bukan tanah dan bukan api.

"berdakwahlah sesuai bahasa kaummu, namun janganlah kau menjadi seperti mereka. orang yang menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum itu"

Jaga niat, jaga hati, jaga hijab, jaga amal, jaga Allah SWT.  Setan tidak akan pernah berhenti menggoda manusia bahkan dengan cara selembut hati terlembut.

Yogyakarta, 26 Maret 2014

Sabtu, 22 Maret 2014

Bekerja Dengan Cinta

Tertulis bukan unutk menggurui, apalagi menunjukkan kesombongan. Sama sekali tidak, hanya ingin berbagi bahwa selama 3 bulan ini begitu terasa berbeda dalam diri ini.

Ketika...
Ya, kata ketika yang sering kulontarkan.
Masih tentang ketika, ketika 3 bulan lalu sebuah amanah maha dahsyat datang. Serasa baru pertama kali ini merasakan sebuah sensasi yang sebenarnya..

Seperti tidak bisa tertulis, tapi ini yang akan menjadi sebuah penutup tahun. Tahun dimana sebuah kiprah luar biasa yang harus tertorehkan.

Masih belum mudeng dengan kebiasaan ini. Baru 5 minggu perkuliahan masuk sudah 3 minggu tidak masuk, kenapa? karena amanah.

Mungkin akan sangat banyak sekali orang yang mengeluh dengan sebuah amanah, kerja kerja tak dibayar langsung ini. Namun dari sana ada pembelajaran, bahwa sebuah Bekerja itu harus dengan Cinta. 

iyaa, Cinta yang penuh keikhlasan dan hanya mengaharapkan keridhoan dariNya.

kalaupun sudah ada Cinta dihati,

ketika kau sakitpun akan terlihat sehat,

ketika kau laparpun akan terlihat kenyang,

ketika kau marahpun akan terlihat sabar,

ketika kau lelahpun akan terlihat bugar,

ketika kau jatuhpun akan terlihat bangun,

bahkan ketika kau mulai merasa sedih, orang akan menganggapu tetap senang.

semua karena Cinta, Cinta yang akan datang ketika kau mulai merasa memiliki.

"sebuah keharmonisan itu akan terwujud, ketika setiap orang didalamnya mampu bekerja dengan Cinta" =bani asroff=

Mimpi Untuk Keluarga Mahasiswa FT UNY

Dengan penuh keterus terangan, dan dengan kekuatan kata. Berdiri di atas bumi dan disaksikan langit adalah kekuatan bagi kami untuk melangkah.

Kami aktifis mahasiswa Fakultas Teknik, membulatkan tekad dan menyatukan tujuan untuk menumpaskan segala bentuk ketidakadilan.

Lihatlah kepalan tangan dan tekad yang membara ini. Kami tidak akan pernah diam dalam kesendirian apalagi termenung dalam kegalauan masa depan.

Sudah tertancap dalam diri kami bahwa tidak akan ada yang bisa menghentikan kami untuk sebuah perubahan. Kecuali ruh dalam raga yang telah tercabut.

Kami sadari bahwa jalan ini adalah jalan yang penuh onak dan duri. Namun menyerah pada sebuah kehinaan dan keputusasaan adalah sebuah kemunafikan.

Bukan untuk sebuah imbalan apalagi sebuah pujian. Karena sebuah tulisan dalam sejarah akan kami torehkan.

Bahwa kami pernah bersatu, merendahkan segala egoisme-egoisme untuk meninggikan kebermanfaatan.

Dengan perbedaan warna yang akan saling menyatukan, bukan perbedaan untuk saling menghancurkan.

Dalam setiap derap langkah kaki kami, turun serta membangun bumi ibu pertiwi.

Saksikanlah kelak suatu hari nanti, dengan teknologi yang menjadikan kami bersatu.

Teknologi yang bukan untuk menghancurkan bangsa, tapi teknologi yang akan membentuk sebuah titik kemajuan.

Maka kedepan kami akan menjadi garda terdepan dalam mewujudkan pergerakan mahasiswa yang akan selalu bergerak dan berkarya.

Diselimuti do’a pengharapan, dan semerbak bunga kebaikan yang mengharu biru diatas bumi mahasiswa.

Tiada satupun yang membuat kami besikap seperti ini selain rasa cinta dan kesatuan.

Yang tidak akan terpecah oleh sebuah warna.

Apalagi dengan ragamnya kreatifitas.

Karena kesatuan dalam sebuah kata, Bernama “keluarga”


Mimpi kami adalah satu, Terbentuknya FT UNY yang jauh lebih hebat.

Rabu, 12 Maret 2014

Inilah Caraku Mencintaimu

Walaupun banyak orang berkata aku adalah pria yang puitis. Namun diriku bukanlah seorang pria romantis.

Diriku hanyalah pria biasa. Sama seperti pria-pria yang ada di luar sana.

Maafkan diriku, yang tidak mengirimu pesan ataupun menolpon mu. Karena ku TAKUT hawa nafsu yang menjerumus ku.

Bukannya ku tidak mau MENGATAKAN cinta kepada mu, akan tetapi ku takut syaitan akan menjerumuskan ku  dengan kata mulut saja.

Ku tidak akan MENDEKATI mu, karena ku takut syaitan akan menjerumuskan ku.

Ku tidak MEMEGANG tangan mu, bukan berarti ku tidak sayang kepada mu. Akan tetapi tanganku nanti malah tidak bisa menahan.

Ku tidak akan MERAYU dirimu, karena ku takut nanti dirimu terkesima.

Biarkan dirimu tetap bersama orang tuamu, dan biarkan dirimu berbenah diri. Menjadi seorang akhwat yang jauh lebih baik lagi.

Jika waktu tiba, maka aku akan meminang mu dengan hatiku.


Selasa, 11 Maret 2014

Indonesia, Pancasila dan Diskriminasi

Berbicara tentang Indonesia, terlepas dari apapun permasalahannya saat ini. Betapa hancurnya ketatanegaraan Negara ini. Betapa remuknya kebangsaan Bangsa ini.

Saat ini berani dengan lantang kukatakan "Aku bangga menjadi bagian dari Indoneisa"dengan dasar negara pancasila, founding father kita telah merumuskannya dengan begitu tepat:

1. Ketuhanan yang maha esa. 

Sudah difikirkan sejak dahulu bahwa kepercayaan dan agama itu menjadi landasan dalam bertindak. Dalam segala tindakan jadikanlah tuhan sebagai orientasi utama. Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan terhadap umatnya. Agama yang selalu akan memperbaiki akhlak setiap umatnya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Setelah ketuhanan itu di jadikan pegangan dalam melangkah, setiap insan akan dapat bertindak selayaknya manusia. Manusia yang selalu bertindak adil dalam membandingkan, dan berpelilaku sesuai adab, norma, dan nilai yang ada di Indonesia.

3. Persatuan Indonesia.

Ketika semua rakyat bisa berlaku adil terhadap sesama dan berperilaku yang beradab dan menjunjung tinggi norma. Dari situlah akan timbul sebuah rasa kebersamaan antar manusia antar masyarakat. Dari sebuah kebersamaan itulah timbul sebuah persatuan yang kuat, beragam dengan jati diri masing-masing namun tetap toleransi dengan yang lain.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan.

Katakanlah seluruh bangsa ini telah bersatu padu dan saling memahami perbedaan. Maka dari situ akan lahirlah seorang pemimpin sebaik baik pemimpin, yang mampu menyatukan rakyatnya dengan sebuah musyawarah untuk mendapatkan mufakat demi kebermanfaatan bersama.

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pemimpin terbaik itu datang dan akan memberikan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Bukankah adil itu adalah "proporsional", maka dari itu Pemimpin paling adil adalah pemimpin yang mendiskriminasikan setiap rakyatnya. Mendiskriminasikan karena setiap rakyat itu punya keinginan yang berbeda, tentu perlu di berikan sebuah perlakuan yang berbeda antar setiap rakyatnya. Bukan pemimpin yang mengambil jalan tengah untuk menyama-ratakan. Tetapi pemimpin yang faham dan mengetahui karakteristik setiap individu, kelompok dan golongan bagiamana mereka berjalan dan untuk apa mereka berjalan.

"Apakah kalian merasa bahagia ketika yang kalian lihat adalah warna hitam pekat tanpa pembeda. Jadikanlah biru itu terlihat biru ditengah kemerahan, jadikanlah merah itu terlihat merah ditengah keputihan, dan jadikanlah putih itu sebagai pembeda di tengah pekatnya hitam." -Bani Asroff-

#SMILEforIndonesia

Minggu, 09 Maret 2014

Yang Jangan Sampai Kau Lupakan

                Inilah sebuah fenomena nyata tentang kasih sayang orang tua, kasih sayang yang diberikan terkadang tidak pernah kita rasakan. Karena kasih sayang itu tidak bisa kita lihat dengan mata, namun sungguh kasih sayang itu dapat terasa nyata ketika engkau mau menggunakan hatimu. Sama seperti Rabb-mu Allah aza wa jala. Dengan peralatan secanggih apapun niscaya engkau tidak akan pernah meliahat-NYa.
                Cerita ketika suatu malam, disebuah kantor yang biasa menjadi tempat bekerja sebagai seorang Aktifis Mahasiswa. Kala itu jujur saja, perasaan rindu dengan kasih sayang itu muncul saat tidak sengaja menyanyikan sebuah lagu berjudul “ibu”. Dari lagu itu kemudian terlontar sebuah diskusi dengan salah satu teman disana. Teman yang sebenarnya punya nasib sama, seorang Aktifis Mahasiswa perantau yang jarang pulang ke rumah.
                Lambat laun cerita semakin deras bercucuran, cerita tentang keluarga yang sampai hampir 2 bulan tidak kulihat. Alur cerita semakin mendatail kearah sikap ayah dan ibu, bagaimana cera mereka untuk menyampaikan bukti kasih dan sayangnya. Dari situlah mulai kufahami bahwa setiap orang tua itu punya cara masing-masing untuk mendidik buah hatinya. Terkadang beliau bisa menjadi orang tua, terkadang beliau bisa menjadi sahabat akrab dan bahkan beliau bisa menjadi seorang musuh yang kejam. Namun, itulah cara mereka masuk dalam dunia anak-anaknya. Dunia yang sejatinya mereka pasti akan memperdulikan, bagaimana tidak kalau anak-anaknya lah yang kelak akan menyambung kehidupan baik dunia bahkan di akhirat.
                Semakin larut, dan kembali teringat ketika dulu pernah tertampar oleh sebuah kata dari ibu. Saat itu kesibukanku jauh lebih banyak bahkan untuk sekedar pulang dan mendengarkan celotehan ibu yang selalu ingin di dengar oleh anak-anaknya. Hampir 3 bulan aku tidak berkunjung ke mereka.
Ceritanya waktu itu HandPhoene ku berbunyi terdengar sebuah suara yang sudah kukenal. Namun jelas sangat berbeda, suara pelan dan langsung bertanya “mas, sibuk ya di kampus? Besok bisa pulang? Sudah lama engkau tidak pulang nak” dan akupun menjawab, “iya bu, malam ini aku pulang. Tapi sebentar saja, besok ada acara lagi di kampus”.
Perjalanan 1,5 jam itu terjadi hampir tengah malam, seusai aku menjalankan rutinitas. Sesampainya dirumah sudah sepi dan hanya bertemu ayah yang sedang menonton TV. Langsung saja aku bergegas ke kamar dan tidur. 
Esok harinya sudah kuputuskan untuk kembali kekampus pagi-pagi. Sampai aktifitas persiapanku selesai aku masih belum melihat ibuku. Hingga aku ingin pamit, masuklah kedalam sebuah kamar dan kusaksikan beliau tengah tergeletak tak berdaya karena sakit. Saat itulah aku coba bicara untuk izin kembali ke kampus, namun seperti inilah jawabnnya:

“ mas, apa ibu harus sakit dulu agar kamu bisa pulang menjenguk keluargamu?”

                Tertunduk sejenak dan entah mengapa mata menjadi perih dan airpun menetes dari pelupuk mata menuju pipi. Tak ada yang bisa kulakukan selain memijat tangan ibuku sambil berkata:

“maaf bu.... aku tidak jadi kembali ke kampus. Ternyata masih ada tugas yang lebih penting dirumah”.

Hampir 10 menit suasana hening dikamar itu, mungkin karena matanya terpejam beliau tidak melihat linangan air mata anaknya. Namun aku yakin beliau faham anaknya telah terguncang hatinya, anaknya telah merasa menjadi orang yang sangat berdosa.
                Hingga aku memutuskan untuk kembali kekamarku dan menaruh seluruh barang bawaanku. Setelah itu mulai ku kerjakan tugasku lebih penting, yaitu tinggal sejenak dirumah bersama keluargaku. Hanya 3 hari aku di rumah, namun sungguh 3 hari itu menjadi hari yang penuh pembelajaran bagaiman kehidupan seorang anak dan orang tuanya. Itulah sedikit tamparan yang ternyata sangat menyakitkan.
               

                

Jumat, 07 Maret 2014

Fenomena 1 Bulan sebelum Pesta Rakyat

Lagi-lagi orang pintar itu berulah. Beberapa hari ini jelas menjadi sebuah tranding topik pembahasana kalangan mahasiswa kampus keguruan. Bagaimana tidak, Kampus Keguruan yang sejatinya mencetak tenaga kependidikan yang profesional seakan kehilngan taringnya. Sebuah surat edaran dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan bahwa akta 4 untuk lulusan kependidikan sudah tidak diberikan lagi. Jelas berdampak terhadap kampus yang saat ini telah kami tempati, Universitas Negeri Yogyakarta.

Jelas saja isu ini langsung mendapatkan banyak komentar. Bagaimana tidak, beberapa waktu yang lalu salah satu program studi kependidikan di UNY melambung tinggi peminatnya karena sertifikasi guru yang akhirnya membuat UNY sedikit terdongkrak namanya. Bagaimana tidak, Kampus berwarna biru ini telah mencetak beribu-ribu guru di indonesia karena statusnya sebagai kampus keguruan.

Entah apa yang mereka orang-orang pintar itu fikirkan. Isunya karena seorang dokter saja harus Sekolah Profesi Dokter terlebih dahulu untuk menjadi PNS sebagai dokter, dan akhirnya kebijakan inipun di keluarkan. Isunya sudah dari tahun 2005, tapi mana sosialisasinya? Kenapa baru sekarang diberlakukan dan terkesan tanpa sosialisasi. Bahkan salah satu Ketua Jurusan sampai geleng-geleng kehabisan jawaban untuk menjawab mahasiswanya yang menanyakan terekait hal ini.

Kalau dikaji lebih lanjut, semua kampus baik murni dan keguruan mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi guru. Padahal kalau dilihat secara kompetensi, jelas kompetensi keahlian masing-masing bidang menjadi berkurang karena harus diberikan materi tentang kependidikan. Kemudian layaknya UNY yang merupakan kampus kecil, kami harus bersaing dengan apa ketika taring kami di cabut secara paksa?

Aneh memang, ini sudah bulan maret kurang 1 bulan lagi menuju 9 April dimana ada pesta rakyat disana. Sehinga seolah isu ini sebagai salah satu isu pengalih perhatian mahasiswa untuk PEMILU. Entahlah apa yang mereka akan rencanakan, yang jelas kami adalah mahasiswa yang butuh kejelasan. Janganlan hanya untuk kepentingan kekuasaan sehingga harus mengorbankan segelintir kaum ini.

Minggu, 02 Maret 2014

Kebijakan dan Keberanian Menuju Perubahan

Bismillah...
ini tentang sebah kebijakan dan keberanian melakukan sebuah perubahan. Dimulai dari hal yang kecil namun kelak akan menjadi besar.

pertama, Alhamdulillah setelah sebuah amanah itu datang. Menjadi seorang Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa memang sudah menjadi salah satu target dalam hidup di kampus Tarbiyah ini. Walau sampai saat tulisan ini dibuat, aku masih belum memutuskan akankan ini menjadi karir organisasiku yang terakhir atau tidak. Namun, di awal sudah kutancapkan dalam hati bahwa di BEM ini aku harus membuat sebuah sejarah. Alhamdulillah, sejarah pertama tercetak kala itu Open Recrutment Scuad BEM FT UNY 2014 dengan target 70orang akhirnya kami mendapat suplay 68 pengurus. Jumlah pengurus ini menjadi catatan sejarah pengurus BEM FT UNY terbanyak. Tentu dengan banyak pertimbangan ketika dengan berani membawa banyak masa dalam sebuah tempat. Tak apalah, setiap keputusan yang di ambil pasti sudah dipertimbangkan baik dan buruknya.

Kedua, cerita tentang pemenuhan atas janji yang pernah terucap ketika dalam sebuah forum bernama "Debat Pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM FT UNY 2014". Kala itu, aku dan partner kerja rodiku dengan lantang menyakinkan audience untuk 2014 BEM akan menggunakan sistem KM (Keluarga Mahasiswa). Tentu bukan hal yang mudah, apalagi dengan masyarakat FT yang cenderung sangat teknis. Mereka akan sangat mendebatkan berbagai masalah-masalah teknis tentang sistem ini. Namun disinlah asiknya sebuah perubahan, 2 tahun yang lalu pasca Republik Mahasiswa UNY dibekukan Organisasi di FT menggunakan sebuah sistem X (baca Gak Jelas). Perubahan itu perlu, tentunya mengarah kepada sebuah hal yang lebih baik. Jelas pro dan kontra itu pasti muncul di tengah "prematur"nya sistem KM yang ternyata masih sangat banyak para aktifis yang cenderung acuh dengan sistem organisasi.

Ketiga, 28 Februari 2014. Tepat acara berlangsung di gedung KPLT FT UNY, dimana saat itu kabinet SMILE for Indonesia BEM FT UNY menjadi EO (Event Organizer) dalam acara Pelepasan Wisuda bulan maret ini. Flash back ke awal, saat rapat kerja dulu aku pernah menyampaikan ketika jam 24.00 WIB (mungkin lebih). "kenapa tidak kita coba merubah thema saat pemwish, kita coba hadirkan konsep yogyakarta di acara itu. agar para mahasiswa merasa sedih untuk meninggalkan kampusnya yang berada di Yogyakarta in". Wal hasil, dengan perubahan yang sebenranya sedikit ini mendapat banyak pujian. Konsep Yogyakarta dimunculkan baik dari suasana pelayanan sampai dengan hiburan. Sekali lagi, inilah perubahan mungkin akan banyak pro dan kontra namun perubahan itu perlu.

Keempat, gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Menjadi saksi sebuah perdebatan tentang kebijakan yang kami buat bersama. Kala itu Forkom Pimpinan Keluarga Mahasiswa FT UNY, sebenarnya hanya mencari sebuah kebaikan bersama. Masih ternigat jelas ketika pembahasan sampai pada menjaga kebersihan bersama, entah mengapa mulut ini langsung terucap, "gimana kalau masuk PKM alas kaki dilepas?". Di awal tentu langsung bersautan pro dan kontra, wajar hingga samapai saat sebelum peraturan itu di tegakkan mencapai 190 komentar di jejaring sosial. Namun, akhirnya usulan itupun disetujui dan terlaksana. Tertanggal 1 maret 2014 sebuah perubahan besar lagi-lagi dalam sejarah. Bersama 12 orang-orang hebat lainnya aku mencoba untuk melakukan sebuah pembaharuan.

Hidup ini akan sangat hambar ketika yang kita lihat hnayalah satu warna, maka dari itulah diciptakan sebuah perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perubahan itu terjadi dalam setiap insan manusia, bahkan setiap detikpun manusia mengalami sebuah perubahan. Bulshit kalau orang mengatakan jangan pernah berubah, karena sesungguhnya perubahan adalah tanda SEBUAH KEHIDUPAN.