Teringat sebuah masa, ketika berada dalam sebuah organisasi yang sedang berjalan selama kurang lebih 3 bulan. Kala itu organisasi yang kami naungi benar diawali dengan sebuah kejutan. Sebuah rasa pemersatu yang akhirnya merekapun berkomentar, "saya bangga bergabung diorganisasi ini, saya menemukan sebuah keluarga baru disini".
Namun, seiring berjalannya waktu satu persatu diantara merekapun mulai berkata dan berkomentar. Tidak jarangmereka mencurahkan sluruh isi hatinya tentang organisasi ini. Curahan hati karena mereka kecewa antara satu dengan yang lainnya. "mas, kenapa ketika aku kerja mereka tidak mau membantu? katanya keluarga?". Satu demi satu mereka berkata hal serupa, saling kecewa satu sama lain, saling protes satu sama lain. Mereka yang selalu saja berharap untuk diberi, diberi sebuah perhatian, diberi sebuah bantuan, bahkan diberi sebuah pujian. Padahal orang yang mereka kecewakanpun juga kecewa dengan dirinya dengan permasalahan yang sama. Dan selalu berhenti pada persepsi penglihatan mata satu sudut pandang, tanpa ada konfirmasi ataupun klarifikasi.
Diujung cerita, salah satu adikku itu mengatakan "kok bisa mas, saya dapat cerita dari anak-anak, sekarang organisasi ini hancur, banyak masalah didalam". Dan saya menjawab, "Bagian mana yang hancur dek? anak siapa yang berkata seperti itu? jangan-jangan itu hanya persepsi kekecewaanmu saja". Akhrinya diapun terdiam dan berhenti mengeluh.
Hari demi hari, waktupun silih berganti. Satu persatu diantara mereka semakin jarang terlihat. Protes yang sering mereka sampaikanpun akhirnya mereka sendiri yang melakukan. Sepertinya perasaan menjadi orang yang paling benar itu yang sedang terasakan.
Pernahkan coba sejenak berfikir, kira-kira siapa yang bisa membuat sebuah kamar mandi itu bau wangi? tentu saja ketika orang yang ada didalamnya memberikan sebuah parfum, maka dia akan mendapatkan aroma wangi dari parfum itu dikamar mandi. Sama halnya dengan organisasi, katakanlah organisasi ini sedang sepi. Kira-kira siapa yang bisa meramaikannya? Tentunya orang-orang yang ada didalam organisasi tersebut.
Berapa kali kita sering meminta, dan terus meminta. Minta ini, minta itu dan semuanya harus terpenuhi. Cobalah sedikit bergerak, ketika kamu ingin sebuah ruangan sepi itu menjadi ramai apakah jika kita hanya berkata "ih kok rame" kemudian pergi keluar ruangan maka ruangan itu akan menjadi ramai? Tentu TIDAK. Mengapa tidak mencoba tetap duduk diruangan itu, menunggu ada teman yang datang dan mengajaknya duduk berasama. 1, 2, 3, 4 semakin bertambah dan bertambah maka ruangan itupun akan ramai.
Berhentilah menuntut, dan cobalah memberi. Memang memberi itu tidaklah mudah, namun dari situlah kita bisa memulai belajar ikhlas meski tak cukup, belajar sabar meski terdzolimi, belajar memahami meski tersakiti. Terkadang melihat seseorang itu hanya terlihat dari satu sisi saja, tanpa melihat sisi yang lainnya. Padahal sisi yang lainnya itulah yang harusnya juga kita tau.
"Tidak akan pernah berubah keadaan seorang manusia, kecuali manusia itu sendiri yang merubahnya".
dan tetap berharap yang menghilang dari rumah ini bukan dirimu ^_^
BalasHapusdo'akan yang terbaik.. Allah maha tau apa yang dibutuhkan setiap hambanya, bukan yang diinginkan hambanya..
BalasHapusyes, sepakat.. Allah sang pembuat sekenario hidup :)
BalasHapus