Kecewa sangat, beberapa waktu yang lalu sepulang dari salah satu acara TV. Begitu banyak kontrofersi menurutku, maklum karena sebentar lagi orang nomor 1 se-Indonesia akan dipilih. Banyak tokoh yang hadir kala itu, ada dua capres, satu raja, satu walikota dan satu konglomerat. Namun justru bukan pada mereka ketertarikan itu muncul.
Tiba-tiba muncul seorang tokoh lawak. Beliau asli orang jogja dan memerankan khas orang jogja pinggiran. Membicarakan tentang Presiden dan Indonesia. Justru dari beliau ada sebuah kalimat menarik yang akhirnya terbawa sampai ke gagasan ini. Butet Kartarajasa mengatakan, "Pantas saja orang bodoh di Indonesia tidak berkurang, la wong kampus U** hanya menerima orang-orang pinter saja".
Dari situ mulai terfikir sebuah gagasan masa depan, InsyaAllah menuju Presiden 2039 (amiiinnn :-D) dari segi pendidikan sepertinya ada yang perlu dibenahi. Benar juga kata Butet, gimana orang bodoh mau pintar kalau yang dipintarkan hanya orang-orang yang sudah pintar saja.
Mungkin , suatu hari nanti pendidikan ini menjadi hak sama rata setiap warga negara. Sedikit belajar dari faham komunisme satu rasa sama rata. Aneh, yang bisa berpendidikan tinggi hanya orang yang punya 2 hal, pertama dia adalah orang cerdas kedua dia adalah orang kaya. Lalu bagaimana nasib orang-orang yang tidak masuk dalam kategori 2 itu? Sebenranya tujuan Indonesia sudah bagus, "mencerdaskan kehidupan bangsa" bukan mencerdasakan kehidupan rakyat yang sudah cerdas dan kaya.
Nah, harusnya pendidikan ini sama rata la wong bangsa Indonesua itukan semua rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Tidak perlu diseleksi siapa yang berhak dan tidak berhak menerima pendidikan yang dia inginkan, kalau tujuannya adalah mendidik. Namun yang terasa adalah beberapa intitusi pendidikan sekarang itu bukan mengajari namun memfollow up. Akhirnya mereka menjaring bibit unggul untuk dilanjukan di vermak menjadi bagus, bukan membuat yang bagus. Vermak =/ Buat.
Ini hanya pemikiran pribadi, namun sepertinya akan lebih bagus ketika dalam sebuah provinsi harus ada dan siap menampung rakyat yang mau belajar. Ibarat kata kota Yogyakarta, harus ada institusi dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi yang memang lengkap dengan segala kebutuhan disilplin ilmu. Masuknya tidak perlu tes, hanya siapa yang berminat dan bersungguh sungguh maka disilahkan untuk menempuh pendidikan yang ia inginkan.
Ok, dengan cara ini tentu peran pendidik akan sangat berat. Jelas, dia harus benar-benar mengajarkan apa yang menjadi bidangnya. Namun, justru disinilah pernah guru menjadi nyata, tidak hanya formalitas melanjutkan apa yang sudah didapat anak didik dijenjang sebelumnya. Dengan cara ini, MUNGKIN orang-orang bodoh dan miskin akan bisa sedikit demisedikit dicerdaskan dan mendapat hak yang sama dengan rakyat yang lainnya. Hanya bermodalkan "INGIN BELAJAR ******" sudah cukup.
Gampang kan? tentu saja gampang, karena ini hanya tulisan dan gagasan dari orang yang tidak tau apa-apa. Namun Aku percaya, berawal dair zero maka akan menjadi hero. Terimakasih UNY yang telah mengajarkan banyak hal tentang pendidikan, Terimakasih Tarbiyah yang telah mengajarkan banyak hal tentang pembinaan.
Yogyakarta, 30 April 2014 @baniasroff
aku setuju.. penyeleksian sudah dilakukan bahkan dari tahap yang paling kecil, ngga semua anak bisa masuk sd bahkan paud sekalipun. biaya yang masih mahal, sedikitnya kursi yang jadi rebutan banyak orang, belum lagi kalo ada yang main belakang. terkadang aku berfikiran sama, kalo yang dipilih hanya yang pintar bagaimana yang kurang pintar bisa menjadi pintar,,
BalasHapus