Astagfirullahaladzim, Laa khaula wala kuwata ila billah..
Dimulai dengan istighfar dan bersungguh-sungguh merendah atas ketamahan diri yang selalu ingin terlihat lebih. Kemudian seraya bermuhasabah betapa besarnya dzat yang maha pencipta itu. Atau betapa kecilnya manusia hasil ciptaan-Nya.
Di awal pun hingga sampai akhir, saya InsyaAllah akan selalu memberikan kebermanfaatan atas hidup saya walaupun hanya berupa catatan. Semasa hidupnya Deden (aden edcoustic) Supriadi pernah berkata, "bagiku hidup adalah berkarya, meski aku sedang menangis atau tertawa. Selagi tuhan masih memberiku waktu, selama itulah aku akan terus berkarya, Dan jika aku mati nanti, biarkan karya itu menjadi warisan generasi selanjutnya".
Tidak ada keraguan atas ingatan di hati saya sendiri, selaku penulis dari tulisan-tulisan di catatan ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi atas ikhtiar kecil hambaNya. Ingatan itu adalah tema besar kenapa catatan-catatan ini ada, itu adalah tentang mimpi, cita-cita, dan harapan.
Sama seperti halnya Danang A, Prabowo, mahasiswa IPB 2004 yang menggambarkan seperti apa mimpi hidupnya dalam visualisasi video motivasi. Jujur saya adalah salah satu dari mungkin ribuan orang yang sempat tersentak hatinya karena video tersebut. Pun tak bisa menampikkan sejarah, tulisan dan segala macam tentang catatan ini terpengaruhi oleh video "100 mimpi" mas Danang.
Selanjutnya sosok Panglima perang, Pemimpin terbaik sepanjang sejarah di dunia yang tertuliskan dalam Al hadist. Sultan muhammad Al Fatih, pemuda yang lahir 21 tahun sebelum dia menaklukan konstantinopel. Penaklukan kota bersejarah bukanlah cerita novel karya manusia yang bisa dengan mudah membuat alur cerita sedemikian, namun kerasnya perjuangan atas cita-cita besar seorang pemuda hanif dan hafidz yang kini melegenda adalah impi yang sudah tercatat karena motivasi gurunya dimasa kecil. Bukan hal yang mudah untuk membangun pasukan terbaik yang pernah ada, pun dengan membentuk kepribadian pemimpin sejati untuk memimpinnya. Beliau adalah keturunan suku utsmani pewaris tahta yang tak pernah disangka. Namun pendidikan akhlak, dan takdir yang akhirnya mengatarkan Al Fatih mencatat sejarah dan menggemparkan dunia.
Yaa, kedua referensi diatas adalah representasi tentang mimpi, cita-cita dan harapan. Tidak ada hukum yang menyatakan wajib ataupun haram soal mimpi. Namun, hingga hari ini yang saya fahami tentang mimpi adalah tujuan. Tujuan berupa short term vison, medium term vision dan long term vision. Seperti halnya Islam yang mengajarkan untuk menjadikan Allah sebagai tujuan diatas tujuan, menjadikan Surga sebagai cita-cita dan menjadikan Islam sebagai jalan menuju kesana.
Ada sebuah korelasi antara tujuan dan jalan, karena dengan tujuan yang benar kita akan tahu jalan yang benar. Beberapa waktu lalu saya sempat belajar dari seorang trainer tentang cara menentukan jalan kehidupan, dijelaskan oleh beliau bagaimana kita menetukan jalan adalah tergantung tujuan mana yang akan kita capai. Kehidupan organisasi membahasakan ini berupa "Mulailah dari Akhir". Kita mulai dari akhir, kita mulai dari tujuan kita. Karena dengan tujuan kita akan tau bagaimana harus memulai, dan dengan tujan kita akan tahu seperti apa jalan yang akan kita lalui.
Itulah mimpi, keabstrakan hidup yang tak pernah bisa terukur. Dia bebas, tak terbatas ruang dan waktu. Mimpi itu indah saat ia terwujud secara nyata. Mimpi juga adalah cahaya karena dia memberikan petunjuk dari yang belum ada menjadi ada, dari yang jauh menjadi dekat. Karena mimpi, cita-cita dan harapan adalah tujuan.
Kemudian amanah, sepertinya saya tidak akan bicara banyak soal amanah. Merinding kulit ini dan menciut hati saya untuk membicarakannya. Tulisan dalam catatan-catatan ini kiranya telah memberikan begitu banyak cerita ataupun gagasan tentangnya. Amanah adalah sebuah kata yang besar dan menjadi besar karena makna dan segala sesuatu yang ada di belakangnya.
Sejarah terpanjang yang saya tahu adalah ketika pertama kali Allah menawarkan amanah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Gunung yang besar itu menolak karena besarnya amanah tak sebanding dengan besarnya gunung. Lautan yang luas itu berpaling karena luasnya amanah bisa dengan mudah menyempitkan laut. Sekali lagi saya sampaikan amanah adalah hal yang besar lagi serius.
Konteks amanah adalah soal titipan, seperti halnya kita meminjam tentu kita punya kewajiban untuk mengembalikan. Kemudian dalam catatan-catatan lalu, saya beberapa kali menyampaikan soal Amanah dan apa yang ada di belakangnya. Kepemimpinan merupakan amanah. Waktu adalah amanah. Jasad itu amanah. Kehidupan inipun juga sebuah Amanah.
Belajar dari Rosulullah SAW, tentang amanah besar menyempurnakan akhlak manusia. Beliau adalah manusia terpilih, karena lagi lagi saya harus berkata "amanah tak akan salah memilih pundak". Sebesar Allah titipkan amanah, seraya Beliau menciptakan kekuatan yang lebih besar untuk pemegangnya. Bayangkan betapa 62 tahun Rosulullah hidup, cerita tentang amanah beliau adalah cerita yang tak cukup diuraikan dengan selembar kertas. Hingga muncul sebuah rumus, amanah adalah soal pengorbanan.
Salah satu sahabat pernah memberikan ketauladanan luar biasa soal amanah, panglima perang tak pernah kalah sepanjang zaman. Khalid bin walid tidak pernah absen atas amanah memimpin pasukan perang kaum muslimin. "pedang Allah" adalah julukan termasyhur yang hanya diberikan kepada beliau karena prestasi mengemban amanah komandan perang. Pelajaran bukan datang dari kepakaran mengolah pedangnya. Justru ketika Abu Bakar mencabut amanah komandan perang di saat tak ada satupun kesalahan dibuat. Miris melihat fenomena panglima perang paling tangguh, jendral tempur yang berkali-kali memberikan kemenangan harus maju kemedan perang sebagai prajurit biasa. Namun, akhlak beliau adalah alasan atas sikap bijaksana dan penuh integritas.
Itulah amanah, datangnya tak dijemput pulangnya tak diantar. Karena satu-satunya yang berhak mengelola amanah adalah sang Maha segala maha.
Sering kali amanah datang, lantas harus apa kita?
Mendengarkan ceramah ustad pagi hari saya pernah mencatata. "Amanah, sebelum dia datang jangan pernah meminta. saat dia datang hindari. saat dia diberikan terimalah. saat dia diemban mastatho'tum (lakukan semaksimal yang kamu bisa), saat dia diambil pertanggungjawabkan atas apa amanah itu datang".
Dimulai dengan istighfar dan bersungguh-sungguh merendah atas ketamahan diri yang selalu ingin terlihat lebih. Kemudian seraya bermuhasabah betapa besarnya dzat yang maha pencipta itu. Atau betapa kecilnya manusia hasil ciptaan-Nya.
Di awal pun hingga sampai akhir, saya InsyaAllah akan selalu memberikan kebermanfaatan atas hidup saya walaupun hanya berupa catatan. Semasa hidupnya Deden (aden edcoustic) Supriadi pernah berkata, "bagiku hidup adalah berkarya, meski aku sedang menangis atau tertawa. Selagi tuhan masih memberiku waktu, selama itulah aku akan terus berkarya, Dan jika aku mati nanti, biarkan karya itu menjadi warisan generasi selanjutnya".
Tidak ada keraguan atas ingatan di hati saya sendiri, selaku penulis dari tulisan-tulisan di catatan ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi atas ikhtiar kecil hambaNya. Ingatan itu adalah tema besar kenapa catatan-catatan ini ada, itu adalah tentang mimpi, cita-cita, dan harapan.
Sama seperti halnya Danang A, Prabowo, mahasiswa IPB 2004 yang menggambarkan seperti apa mimpi hidupnya dalam visualisasi video motivasi. Jujur saya adalah salah satu dari mungkin ribuan orang yang sempat tersentak hatinya karena video tersebut. Pun tak bisa menampikkan sejarah, tulisan dan segala macam tentang catatan ini terpengaruhi oleh video "100 mimpi" mas Danang.
Selanjutnya sosok Panglima perang, Pemimpin terbaik sepanjang sejarah di dunia yang tertuliskan dalam Al hadist. Sultan muhammad Al Fatih, pemuda yang lahir 21 tahun sebelum dia menaklukan konstantinopel. Penaklukan kota bersejarah bukanlah cerita novel karya manusia yang bisa dengan mudah membuat alur cerita sedemikian, namun kerasnya perjuangan atas cita-cita besar seorang pemuda hanif dan hafidz yang kini melegenda adalah impi yang sudah tercatat karena motivasi gurunya dimasa kecil. Bukan hal yang mudah untuk membangun pasukan terbaik yang pernah ada, pun dengan membentuk kepribadian pemimpin sejati untuk memimpinnya. Beliau adalah keturunan suku utsmani pewaris tahta yang tak pernah disangka. Namun pendidikan akhlak, dan takdir yang akhirnya mengatarkan Al Fatih mencatat sejarah dan menggemparkan dunia.
Yaa, kedua referensi diatas adalah representasi tentang mimpi, cita-cita dan harapan. Tidak ada hukum yang menyatakan wajib ataupun haram soal mimpi. Namun, hingga hari ini yang saya fahami tentang mimpi adalah tujuan. Tujuan berupa short term vison, medium term vision dan long term vision. Seperti halnya Islam yang mengajarkan untuk menjadikan Allah sebagai tujuan diatas tujuan, menjadikan Surga sebagai cita-cita dan menjadikan Islam sebagai jalan menuju kesana.
Ada sebuah korelasi antara tujuan dan jalan, karena dengan tujuan yang benar kita akan tahu jalan yang benar. Beberapa waktu lalu saya sempat belajar dari seorang trainer tentang cara menentukan jalan kehidupan, dijelaskan oleh beliau bagaimana kita menetukan jalan adalah tergantung tujuan mana yang akan kita capai. Kehidupan organisasi membahasakan ini berupa "Mulailah dari Akhir". Kita mulai dari akhir, kita mulai dari tujuan kita. Karena dengan tujuan kita akan tau bagaimana harus memulai, dan dengan tujan kita akan tahu seperti apa jalan yang akan kita lalui.
Itulah mimpi, keabstrakan hidup yang tak pernah bisa terukur. Dia bebas, tak terbatas ruang dan waktu. Mimpi itu indah saat ia terwujud secara nyata. Mimpi juga adalah cahaya karena dia memberikan petunjuk dari yang belum ada menjadi ada, dari yang jauh menjadi dekat. Karena mimpi, cita-cita dan harapan adalah tujuan.
"Maka, nikmat tuhanmu manakah yang telah enkau dustakan"
---------------------------------------------------------------------------------
Kemudian amanah, sepertinya saya tidak akan bicara banyak soal amanah. Merinding kulit ini dan menciut hati saya untuk membicarakannya. Tulisan dalam catatan-catatan ini kiranya telah memberikan begitu banyak cerita ataupun gagasan tentangnya. Amanah adalah sebuah kata yang besar dan menjadi besar karena makna dan segala sesuatu yang ada di belakangnya.
Sejarah terpanjang yang saya tahu adalah ketika pertama kali Allah menawarkan amanah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Gunung yang besar itu menolak karena besarnya amanah tak sebanding dengan besarnya gunung. Lautan yang luas itu berpaling karena luasnya amanah bisa dengan mudah menyempitkan laut. Sekali lagi saya sampaikan amanah adalah hal yang besar lagi serius.
Konteks amanah adalah soal titipan, seperti halnya kita meminjam tentu kita punya kewajiban untuk mengembalikan. Kemudian dalam catatan-catatan lalu, saya beberapa kali menyampaikan soal Amanah dan apa yang ada di belakangnya. Kepemimpinan merupakan amanah. Waktu adalah amanah. Jasad itu amanah. Kehidupan inipun juga sebuah Amanah.
Belajar dari Rosulullah SAW, tentang amanah besar menyempurnakan akhlak manusia. Beliau adalah manusia terpilih, karena lagi lagi saya harus berkata "amanah tak akan salah memilih pundak". Sebesar Allah titipkan amanah, seraya Beliau menciptakan kekuatan yang lebih besar untuk pemegangnya. Bayangkan betapa 62 tahun Rosulullah hidup, cerita tentang amanah beliau adalah cerita yang tak cukup diuraikan dengan selembar kertas. Hingga muncul sebuah rumus, amanah adalah soal pengorbanan.
Salah satu sahabat pernah memberikan ketauladanan luar biasa soal amanah, panglima perang tak pernah kalah sepanjang zaman. Khalid bin walid tidak pernah absen atas amanah memimpin pasukan perang kaum muslimin. "pedang Allah" adalah julukan termasyhur yang hanya diberikan kepada beliau karena prestasi mengemban amanah komandan perang. Pelajaran bukan datang dari kepakaran mengolah pedangnya. Justru ketika Abu Bakar mencabut amanah komandan perang di saat tak ada satupun kesalahan dibuat. Miris melihat fenomena panglima perang paling tangguh, jendral tempur yang berkali-kali memberikan kemenangan harus maju kemedan perang sebagai prajurit biasa. Namun, akhlak beliau adalah alasan atas sikap bijaksana dan penuh integritas.
Itulah amanah, datangnya tak dijemput pulangnya tak diantar. Karena satu-satunya yang berhak mengelola amanah adalah sang Maha segala maha.
Sering kali amanah datang, lantas harus apa kita?
Mendengarkan ceramah ustad pagi hari saya pernah mencatata. "Amanah, sebelum dia datang jangan pernah meminta. saat dia datang hindari. saat dia diberikan terimalah. saat dia diemban mastatho'tum (lakukan semaksimal yang kamu bisa), saat dia diambil pertanggungjawabkan atas apa amanah itu datang".
-------------------------------------------------------------------------------
Pada akhirnya saya harus menyandingkan 2 kata diatas, mimpi dan amanah. Menjadi sebuah peryataan yang saling terintegrasi ataupun pertanyaan yang membutuhkan pemahaman. Setidaknya ada satu kesamaan diantara dua hal tersebut, antara mimpi dan amanah keduanya adalah keniscayaan bagi seorang manusia.
Lantas, bagaimana keduanya datang. berlawanan, bersimpangan atau sejalan?
Al Fatih adalah bukti, saat mimpi semasa kecilnya menaklukkan konstantinopel justru terealisasi saat amanah dan tantangan besar diberikan kepadanya. Menjadi pemimpin suku utsmani bukanlah hal yang mudah, ditengah frustasi keluarga ustmani selama berabad-abad gagal menaklukan konstantinopel tentu memberikan tekanan luar biasa. Hingga akhrinya sunatullah yang berbicara dilapangan, saat satu dari 2 kota berpengaruh di dunia takluk oleh kaum muslimin.
Atau berkaca dari Bapak para nabi, Ibrahim A.S. Amanah beliau untuk berdakwah memaksa untuk berpisah dengan istri dan anaknya Ismail. Pun ketika puluhan tahun Beliau kembali ada mimpi manusiawi dari seoran ayah, saat ia ingin bermanja mesra dengan anak yang begitu dirundukannya. Namun lagi-lagi Allah justru berkata lain, keinginannya terusik oleh perintah Allah untuk menyembelih putra yang begitu dicintainya. Entahlah betapa hancurnya persaan Ibrahim A.S. kala itu.
Suatu waktu dalam perjalanan hidup saya sendiri, saya pernah merasakan ketika teryata beberapa mimpi harus terhapuskan karena amanah yang datang. Namun, tak juga pernah menyangka ketika suatu hari justru mendapatkan lebih dari apa yang diimpikan karena amanah. Entahlah, tak ada rumus pasti diantara keduanya.
Terkadang kita salah mengartikan, atau lupa bersyukur atas tanda-tanda kekuasaan-Nya. Entah karena kesombongan atau karena kerendahan hati sehingga tak dapat melihatnya. Kepastian yang saya tahu adalah ketika manusia itu merencanakan, dan Allah yang menentukan. Bukan berarti mendiskritkan penjabaran diatas namun, itulah ketentuan yang bagi saya keduanya memilik peran untuk saling melengkapi. Sama halnya jodoh dan rejeki, keduanya pasti namun tidak akan datang kalau tidak dicari.
Terakhir yang perlu ditanamkan dalam-dalam adalah:
"Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi apa yang kita butuhkan"
*Dedikasi untuk jalan perjuangan seorang pemimpi sebagai mahasiswa yang hampir berusia 4 tahun, terimakasih untuk mimpi dan amanah.