SMK
N 2 Yogyakarta, sekolah ini memang penuh cerita. Mulai dari bangunan kuno
peninggalan jaman penjajahan sampai ruangan yang ternyata satu kompleks dengan
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Lebih dari 2 minggu akhirnya aku berada
dilingkungan ini, mencoba memahami setiap sudut nyata dan maya yang ada di
dalamnya.
Satu
hal sampai hari ini belum habis fikir tentang sekolah ini. Gerbang dipintu
depan itu mulai ditutup pukul 06.45 WIB. Mendengar sistem ini tentu setiap
orang akan bertanya, “yakin?”. Disamping itu ada satu hal menarik yang kemudian
aku begitu terpana dengannya. Ceritanya setiap pukul 06.45 WIB pintu gerbang
akan ditutup dan siapapun (tanpa terkecuali) dilarang masuk ke sekolah. Diwaktu
bersamaan toa di sekeliling sekolah akan berbunyi layaknya bel, namun bedanya yang
keluar adalah suara seoarang laki-laki. Suara itu sama, awalnya aku kira setiap
pagi ada petugas pembaca teks ternyata itu hanya sebuah rekaman.
Ada
lagi sebuah moment, yang bisa dikatakan keren. Rekaman itu adalah pertanda akan
diputarnya lagu kebangsaan Indonesia Raya. Nah ini menarik, seketika theme song ini diputar, semua aktifitas
berhenti. Pejalan kaki berhenti. Pengendara motor berhenti dan turun dari
motor. Pengemudi mobil berhenti dan keluar dari mobil. Para petugas parkir
sekolah yang sebelumnya (berkoar-koar) mengatur tempat parkirpun diam. Mereka
serentak mengambil sikap sempurna dan dengan lantang serta hikmad menyanyikan
lagu Kebangsaan. Selesainya lagu, mereka kembali melanjutkan aktifitas
masing-masing.
SubhnAllah,
ini adalah sebuah nilai kehidupan. Betapa sebuah penghargaan dan kepatuhan luar biasa
terhadap lagu kebangsaan. Akupun bermimpi, lagu kebangsaan sebuah negara yang (sedikit) mengecewakan ini sangat mereka patuhi. Mungkin, akan ada suatu tempat
disana entah diwaktu kapan. Saat itu suara adzan berbunyi dan semua orang
berhenti dari aktifitasnya.
Para
pedagang berhenti berdagang.
Para
pembeli berhenti membeli.
Para
pengajar berhenti mengajar.
Para
pelajar berhenti belajar.
Mereka
berdiri dengan sikap sempurna, berjalan berbondong-bondong mendatangi panggilan
nan mulia itu.
Kalaupun mau dibandingkan, apa yang telah Negara ini berikan terhadap Rakyatnya? Coba lihat apa yang telah Allah berikan pada hambanya. Bukankah Allah lebih dari segala pemberi hingga beliau bergelar Ar Rahman? Bukankah tanah yang telah kalian duduki itu masih terikat pajak? Namun apakah pernah Allah meminta pajak atas udara yang engkau hirup.
Kalaupun mau dibandingkan, apa yang telah Negara ini berikan terhadap Rakyatnya? Coba lihat apa yang telah Allah berikan pada hambanya. Bukankah Allah lebih dari segala pemberi hingga beliau bergelar Ar Rahman? Bukankah tanah yang telah kalian duduki itu masih terikat pajak? Namun apakah pernah Allah meminta pajak atas udara yang engkau hirup.
Sudah
menjadi kewajaran rasanya ketika sang Khalik ini memanggil tidak ada satu hamba
akan menoleh kebelakang ataupun acuh, melainkan semua menatap tajam dan penuh
cahaya kedepan menghadap sang Tuan. Aku masih percaya moment ini akan ada
didunia ini, ketika setiap hati mau melihat jauh kedalam hati mereka. Kemudian
saat itulah akan terliahat sebuah pemandangan yang jauh lebih indah
dibandingkan pemandangan fakta morgana dunia.
“setiap
kebaikan itu pasti akan diterima, tergantung bagaimana kita membahasakannya”.