Ketika kalian ingin melihat kondisi suatu negara beberapa tahun
kedepan maka lihatlah kondisi pemudanya. Sejarah membuktikan bahwa pemuda
memiliki andil besar terhadap berdirinya Negara Republik Indonesia. Sejak tahun
1908 pemuda menunjukan entitas sebagai kaum pendobrak, di tengah penjajahan
belanda Budi Utomo lahir dan membangkitkan semangat nasionalisme rakyat
Indonesia untuk bersatu mengusir penjajah. Kemudian tahun 1928, dengan penuh
semangat dan visi besar mereka mendeklarasikan Sumpah Pemuda yang dengan itu
rasa persatuan atas nama Indonesia semakin menguat. Sejarah juga mencatat pada
tahun 1945 di saat vacum of power, semangat khas pemuda mendorong
golongan tua untuk segera mendeklarasikan kemerdekan Indonesia.
Puncak pergerakan
pemuda terjadi di pertengahan tahun 1998. Mencuat kepermukaan dengan entitas
gerakan mahasiswa, pemuda kembali menunjukkan taringnya dalam menyumbangkan
peran terhadap bangsa. Rezim penuh kedzaliman bertahan selama 32 tahun tanpa
ada satupun kekuatan yang mampu menumbangkan. Akhirnya 21 mei 1998, Presiden Soeharto
dipaksa mundur dengan desakan kekecewaan dari mahasiswa bersama rakyat yang
bergerak menghasilkan kekuatan besar. Takdir sejarah kemudian menjadi hukum tak
tertulis bahwa mahasiswa memiliki peran sentral dalam mengisi hari-hari
kemerdekaan.
Berbicara mahasiswa maka akan berbicara tentang peran dan
tanggungjawab. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada
perguruan tingggi yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapakan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian, (PP No. 30 tahun 2014). Dengan demikian, mahasiswa merupakan
bagian dari masyarakat yang dibekali intelektual dan memiliki tanggungjawab
terhadap ilmu sesuai tridarma perguruan tinggi.
Keniscayaan
mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat melekat seiring dengan lahir dan
tumbuhnya mahasiswa di tengah masyarakat. Mahasiswa berkembang di tengah
masyarakat dan kelak dia akan kembali kepada masyarakat. Keberadaan mahasiswa
di tengah masyarakat memaksa mahasiswa untuk bertanggungjawab atas kondisi
suatu bangsa dan negara.
Melihat kondisi
Indonesia saat ini tentu masih sangat jauh dari kata sempurna, kemerdekaan
tahun 1945 seakan hanya menjadi simbol lahiriah belaka. Pendidikan, Sosial,
Hukum, Ekonomi dan politik adalah permasalahan-permasalahan kompleks yang
sedang melekat dalam tubuh negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia
ini. Bahkan dalam pidatonya di UBD Palembang, Mayjen TNI Budi Waluyo menyatakan
bahwa Indonesia mengidap 10 tanda kehancuran bangsa. Kemudian mahasiswa sebagai
salah satu elemen masyarakat harus ikut andil dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada. Mahasiswa harus tetap berada
ditengah-tengah masyarakat demi menjaga kestabilan bangsa.
Menjaga stabilitas bangsa, caranya?
Indonesia yang menerapkan bentuk pemerintahan demokrasi berupaya
untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, dimana pemerintahan berasal dari rakyat dan
akan kembali ke rakyat. Pemerintah yang ditunjuk untuk mengelola tata negara
harusnya berorientasi dan bervisi kerakyatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah
yang tidak pro rakyat hari ini ternyata semakin mengancam stabilitas bangsa dan
menambah permasalahan negara. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran bersama
untuk tetap menjaga stabilitas bangsa.
Pertanyaan
besarnya adalah sebagai salah satu bagian dari masyarakat peran seperti apakah
yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menjaga stabilitas bangsa? Secara
eksplisit memang mahasiswalah yang sangat diharapkan oleh bangsa ini. Mahasiswa
bertanggungjawab atas ketersediaan para pemimpin-pemimpin besar di masa yang
akan datang sebagai penerus perubahan (iron stock). Selain itu sejarah
perjuangan mahasiswa mengawal pemerintahan dan masyarakat (control of social)
pun tak bisa dilupakan. Tak terlepas dari beban keterlibatan mahasiswa dalam
merubah keadaan dalam menegakkan suara-suara rakyat (agent of change).
Itulah peran-peran mahasiswa yang selalu disampaikan dalam setiap agenda-agenda
orientasi kampus.
Respon vertikal dan horisontal mahasiswa sebagai motor penggerak
bangsa
Sejak zaman dahulu sampai sekarang diktator politik adalah penyebab
utama penderitaan masyarakat, kediktatoran yang memaksakan kemauanya kepada
rakyat dengan menggunakan kekerasan, (Al-Qaradhawy, 1997). Ketika diktator
menjelma menjadi pemimpin negara yang berkuasa, maka hanya mahasiswa yang mampu
mengepalkan tangan keatas dan melawan. Respon vertikal adalah peran mahasiswa
yang terpadu dan terstruktur dalam mengawal setiap kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Respon ini beruwujud gerakan yang menekan stakeholder
pemangku kebijakan agar tetap menjalankan amanah sesuai track-nya.
Cara memberikan
respon vertikal yaitu mengimplementasikan idealisme mahasiswa. Idealisme
mahasiswa bukan berarti mahasiswa harus netral, bahkan mahasiswa harus
berpihak, berpihak kepada sebuah keadilan dan menuntut pada konsisi ideal.
Idealisme mahasiswa melahirkan objektifitas sikap atas kajian mendalam dari
sebuah kesenjangan sosial yang terjadi. Respon vertikal memberikan respon atas
kebijakan publik dengan berbagai metode, yaitu aksi turun kejalan, mediasi dan
audiensi, (Renstra Karispol BEM REMA UNY, 2015).
Sementara respon
horisontal adalah peran mahasiswa dalam mendukung program-program pemerintah. Peran
ini menempatkan mahasiswa sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam
mewujudkan cita-cita bangsa. Posisi mahasiswa yang berada dekat dengan
masyarakat pada akhirnya melibatkan mahasiswa untuk turut bergerak mensukseskan
program pemerintah. Kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti bakti sosial, melakukan
sosialisasi, pembinaan terhadap warga, dan mengimplementasikan ilmu pengetahuannya kepada
masyarakat adalah contoh inisiasi program mahasiswa yang searah dengan program
pemerintah.
Secara umum respon horisontal akan berbicara tentang tugas
mahasiswa sebagai kaum intelektual. Tak bisa dipungkiri kemajuan tekonolgi,
stabilitas ekonomi, ketenangan politik dan moralitas hukum akan diperankan oleh
mahasiswa. Sehingga peran mahasiswa dalam bidang pendidikan dan penelitian
tentu tak dapat ditinggalkan agar Indonesia tak semakin jauh tertinggal oleh
zaman.
Kesimpulan
Permasalahan bangsa harus segera diselesaikan, disamping itu
Indonesia juga harus tetap berjuang mengejar ketertinggalan dari bangsa lain
jika tak mau tersingkir dari kompetensi zaman yang semakin maju. Tanggung jawab
kesejahteraan bangsa tak hanya dimiliki pemerintah saja, masyarakat pun harus “turun
tangan” dalam mencapai tujuan bersama. Terlebih mahasiswa, respon vertikal dan
horisontal harus dikomparasikan untuk menjaga kestabilan bangsa. Tidak perlu
berdebat dengan respon mana yang paling berpengaruh untuk merubah keadaan bangsa ini, karena sejatinya kedua jalan ini adalah jalan yang saling melengkapi dan membentuk romantisme perjuangan ala mahasiswa. Pemerintah adalah manusia yang tak sempurna, membutuhkan tekanan untuk tetap
berjalan sesuai rencana dan dukungan agar dapat berjalan pada kecepatan
maksimal.
Dalam mengisi
hari-hari kemerdekaan, pada dasarnya tugas utama mahasiswa adalah bergerak
membela rakyat yang tertindas dan mendukung pemerintahan dalam mewujudkan
kesejahteraan. Bukan apatisme mahasiswa bergaya hidup glamour dan hedonisme
berlandaskan egoisme tak berujung. Mahasiswa haruslah bermain peran, berbagi
jalan dan menyatukan tujuan untuk tetap
tatanan masyarakat tanpa penindasan.
Daftar Pustaka
Al-Qaradhawy,
Dr. Yusuf. (1997). Min Faqh ad-Daulah fil-Islam. (buku: Fiqih Negara).
Penerjemah: Syafril Halim. Jakarta: Rabbani Press.
Salim, M.
(2010). Peran Sebagai Mahasiswa. Diakses dari http://peran-mahasiswa.blogspot.com/. Pada tanggal 4 Mei 2015, Jam 22.20 WIB.
Wen, Sayling. (2003).
Future of Education (Masa Depan Pendidikan). Batam: Lucky Publisher
Putra,
Juma’ De. (2014). Revolusi-revolusi paling spektakular di dunia. Yogyakarta:
IRCiSoD