Senin, 21 Oktober 2013

Waktu


Demi masa,
Sesungguhnya manusia dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk ksabaran,
(Q.S. Al Ashr 1-3)

                Sahabat sekalian, Maha Suci Allah Rabb yang Maha Pencipta dengan seluruh ciptaannya. Hari ini matahari masih bersinar dengan cerah, tinggal menunggu kapan maahari itu akan naik tepat diatas kepala hingga nanti matahari itu akan terbenam di sebelah barat. Perputaran matahari itu terbatas oleh waktu, waktu yang selalu sama setiap harinya, dalam sebuah penelitian ketika bumi berhenti berEvolusi satu detik saja, maka bumi ini akan seketika mengalami perubahan maha dahsyat.
                Maha Suci Allah dzat yang mengatur segalanya. Beliau adalah hakim yang paling adil dan  pemberi yang paling bermanfaat. Allah bukan hanya memberikan apa yang kita minta namun lebih dari itu Allah memberi apa yang kita butuhkan. Termasuk waktu ini, mungkin bagi sebagian manusia waktu 24 jam dalam sehari masih sangat kurang dengan berjuta kesibukanya, tetapi dilain tempat justru ada orang yang hanya menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak produktif.
                Rosulullah SAW adalah teladan yang tak pantas kita ragukan. Sudah sepantasnya kita mencontoh dan belajar bagaimana managemen waktu beliau.
                Sahabat sekalian, apakah pantas kita meragu dengan diri kita sendiri. Terkadang kita punya begitu banyak dan begitu besar mimpi yang ada di alam sana, namun sering sekali semua itu kandas karena kita sudah terdoktrin prasangka bahwa diri ini tak mampu  mewujudkannya. Lihatlah tokoh tokoh luar biasa di dunia ini, Rosulullah SAW, Albert Einstein, Sultan M. Al Fatih, Barack Obama dll. Mereka semua hidup di dunia dimana kita hidup saat ini, mereka juga punya waktu yang sama dengan kita. Namun mereka mampu dengan sekuat tenaga memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.
                Pertanyaanya, yang membedakan kita dengan mereka itu apa? Yah, salah sattu diantaranya adalah perjuangan. Orang-orang yang luar biasa adalah orang-orang yang hidup dengan cara luar biasa pula. Mereka tidak banyak, mungkin hanya ada 1 diantara 100 orang, akan tetapi itulah yang menjadi pembeda. Dimana 100 orang hanya akan menjadi manusia yang biasa-biasa saja, sedangkan 1 orang itu akan menjadi orang yang berbeda.
                Masalah yang di berikan Allah itu tidak akan pernah di luar batas kemampuan kita, itu berarti apapun masalah didepan kita harusnya kita pasti bisa menyelesaikannya. Janganlah pernah meninggalkan sebuah masalah tanpa terselesaikan. Sesungguhnya masalah itulah yang akan membuat kita tetap berTAHAN dan berTUHAN.
                Apa lagi yang perlu kita ragukan, untuk menjadi seorang PRESIDEN, PENEMU, SEKJEND PBB, PANGLIMA PERANG, PENULIS dan lain sebagainya. Semua itu hak kita, yang tidak pernah haram untuk di perjuangkan.

                Semangat merajut asa, dalam sejuta cita. Kemarin adalah masa lalu, hari ini adalah kenyataan dan esok adalah mimpi. 

Rabu, 09 Oktober 2013

Kaca Yang Berdebu

Fitrahnya perempuan dan lelaki memang berbeda. Bukan hanya secara fisik, namun juga pemikiran, cara berbicara, cara makan, cara menyelesaikan masalah dan beragam proses kehidupan lain. Bukannya membandingkan perbedaan kapasitas dan kualitas perempuan dan lelaki, hanya bercerita sebagian kecil yang baru saya tahu dan belajar pahami dari pasangan hidup saya.

Saat mendapatkan proposal nikah si dia (baca: suami) saya terkejut. Rasanya seperti membaca proposal saya sendiri. Banyak persamaan yang saya dapati di sana. Misalnya tanggal dan bulan kelahiran kami sama, 15 Juli-beda tahun saja. Karakter yang ‘terbaca’ dalam biodata pun mirip. Visi-misi keluarga, itu juga gak beda jauh. Konon jodoh itu, belom kenal saja sudah klik
.
Berangkat dari prasangka persamaan di banyak hal, saya pikir kami setipe. Pasti mudah mengayuh biduk dan menyelaraskan perjalanan ke depan. Ternyata benar, kami BERBEDA. Bukan perbedaan pada hal-hal esensial dalam pernikahan sih, CUMA masalah perbedaan cara pandang. Akhirnya, saya-kami benar-benar harus saling berkenalan lebih lanjut, tidak cukup perkenalan di rumah guru mengaji yang cuma 1,5 jam itu. Dan perkenalan ini memang harus terus dijalani sepanjang usia pernikahan, agar engkau makin memahami pasanganmu. Agar masing-masing dari kita menjadi ‘pakaian’ bagi pasangan kita. Agar sakinah itu benar-benar menentramkan rumah cinta kita.

***.
Kebanyakan pengantin baru pasti tidak lepas dari problem ini, komunikasi dan menyelaraskan diri satu sama lain. Ini perkara proses dan tidak bisa instan macam mie keriting siap seduh. Butuh kemauan untuk menerima pasangan kita satu paket, kelebihan plus kekurangannya, tunai! Butuh kelapangan untuk bisa mengenal lebih jauh agar bisa saling memahami satu sama lain. Seperti halnya saat mendapat amanah, butuh pundak lebih kuat, butuh kaki lebih kokoh, hati lebih lapang dan pikiran lebih jernih, bukan menyalahkan amanah tersebut.
Saya benar-benar harus mengingat lagi isi buku Mars and Venus yang saya baca tempo dulu zaman remaja. Buku psikologi suami-istri juga cocok buat dibaca. Agar kita saling mengerti. Kenal itu butuh ilmu, agar perlakuan kita terhadap pasangan itu pas-kena di hati. Apalagi buat pasangan macam saya yang gayanya membangun cinta, butuh usaha untuk menghadirkan cinta tersebut dan meng-upgradenya. Meski kadang, banyak hal-hal di luar dugaan yang membuat kita (selalu) jatuh cinta pada pasangan.

***
Sesuatu yang bagi perempuan suatu kebutuhan, bisa jadi bagi dia “Emang penting ya?”. Perempuan acapkali menganggap penting hal remeh temeh, lelaki sebaiknya memahami ini. Karena dari hal tidak penting dan remeh konflik kecil bakal menghiasi hari-hari kita. Bagi lelaki cukuplah cinta itu diwujudkan dari tanggungjawab dan kesetiaannya sebagai seorang suami, tak melulu soal kata I love you. Sementara perempuan adalah makhluk yang ingin dihujani sejuta perhatian dari pasangannya. Buatnya, kata-kata cinta, perhatian pada hal-hal kecil (yang tidak penting bagi lelaki), cara memandang, cara memanggil, cara menggenggam tangan, isi sms dan beragam listsepele lain adalah wujud cinta yang ingin ia dapatkan dari suaminya.

Sisi lainnya, lelaki terbiasa fokus pada satu hal, perempuan memiliki cara pandang menyebar. Wajar saja, saat si dia menulis sms, dia tidak bisa diganggu gugat, tidak nyambung diajak ngobrol dan suka ‘amnesia’ jika di sebelahnya ada istrinya. Perempuan sebaliknya, ia benar-benar multi task, saat menelpon, dia bisa sambil menyetrika, sambil memasak, sambil menyapu, sambil nulis, juga sambil ngobrol dengan orang lain di sampingnya.

Belum lagi type lelaki yang macam karet gelang. Ada pada masa tertentu dia akan menjauh dan menutup diri, masuk ke gua. Memikirkan masalah yang dihadapinya dan mengumpulkan energi lebih. Ia akan lebih banyak diam dan berbicara ke dalam hatinya sendiri. Perempuan tentu saja gak bisa dicuekin kayak gini-apalagi yang gak paham perbedaan psikologi lelaki-perempuan. Parahnya, semakin si perempuan mengeluarkan beragam jurus untuk menarik perhatian suaminya di masa ini, lelaki justru makin senewen. Toh kalau pikiran si lelaki dah fresh, dia bakal balik ke sisi pasangannya. So, sabar saja ya para istri kalau mendadak suami diam dan menjauh, yakinlah ia hanya butuh sendiri sejenak untuk melapangkan hatinya.

Beda dengan gaya perempuan yang harus berbicara-bercerita-mengeluarkan suara untuk mengurangi beban masalahnya. Bukan bermaksud mengeluh sebenarnya ketika seorang istri bercerita tentang kerjaannya di rumah, ia cuma minta diperhatiin kok. Semakin si istri merasa dipahami suaminya, makin banyak keluhan yang ia utarakan. Tidak heran, ada anggapan kalau perempuan itu cerewet. Nyatanya? Emang iya! Tapi itu hanya di rumah, bagi perempuan, rumah adalah tempat paling nyaman untuk menjadi diri sendiri dan menceritakan semuanya, sementara lelaki, ia adalah makhluk cerewet di luar rumah, luar rumah baginya adalah arena untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Tidak ada salahnya para suami jadi pendengar yang baik bagi istrinya, walau cuma, “hmm”, “trus”, “owh”, insya Allah membuat rumah terasa lebih ramai.

***
Beberapa hari kemarin, saya merasa tidak nyambung dengan si dia. Pas dikomunikasikan, dianya merasa fine-fine ssaja. Katanya, tak berkurang sedikit pun cintanya pada saya, halah! Di sinilah saya belajar mengkomunikasikan perasaan saya, terutama ketika ada beberapa hal yang bagi saya mengganjal. Benar kata suami saya, perempuan itu suka menyimpulkan sendiri suatu hal berdasarkan perasaannya saja. Tadi benci, sekarang cinta, perasaan itu begitu mudah berbolak-balik hanya dalam hitungan menit. Konon, lelaki itu menggunakan 9 akal dan 1 perasaan sementara perempuan mengoptimalkan 9 perasaan dan 1 akal, kalau sedang tidak nyambung, komunikasikanlah dengan santun.

Well, setelah nikah saya baru benar-benar sadar maksud dari lagu Maidani kalau perempuan itu diibaratkan kaca yang berdebu. Begitulah fitrahnya, ia adalah bagian dari tulang rusuk teratas yang bengkok. Ketika kau paksa luruskan, ia akan patah. Take care please sebagaimana Rasulullah saw contohkan dalam berumah tangga. Sebaik-baiknya lelaki adalah yang bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Perlakukan pasangan kita seperti yang ia butuhkan, bukan yang kita inginkan.
Dan saya bersyukur sekali mendapatkan suami yang begitu luar biasa. Ia selalu mencoba memberikan yang terbaik pada keluarga. Semoga Allah membalas setiap kebaikannya dengan surga.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/10/08/40276/kaca-yang-berdebu/#ixzz2hBHEculr 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Senin, 07 Oktober 2013

Kuatkanlah Pondasimu

Allah SWT menciptakan segala yang ada dilangit dan di bumi ini dengan kelebihannya masing masing. Bersyukurlah manusia yang di ciptakan Allah sebagai makhluk paling sempurna. Kesepurnaan manusia bukan berati tanpa kekurangan, akan tetapi kesempurnaan hasil perbandingan dengan ciptaan Allah yang lainnya.
Terkadang manusia merasa hebat, merasa kuat dengan dirinya. Sebagai seorang aktifis mungkin aku begitu menderita saat ini, sebenarnya hanya luka kecil namun begitu vital. Ketika kaki ini yang biasa kugunakan untuk berlari meminta waktu untuk beristirahat. Luka di kaki kanan yang sebenarnya tidak terlalu besar, dalam sekejab bisa meruntuhkan segala aktifitasku.

lalu nikmat tuhanmu yang manakah yang telah engkau dustakan” QS. 55:55

Ayat diatas memang benar, terkadang kita lupa dengan diri kita. siapa kita, dari mana kita dan untuk apa kita. sering merasa hebat dengan apa yang kita punya, sering merasa besar dengan apa yang kita miliki. Tapi pernahkah kita membayangkan ketika salah satu saja bagian dari kita diambil sang pemiliknya apakah kita bisa berbesar diri lagi.

Mungkin kita manusia dapat diibaratkan dengan sebuah gunung. Lihatlah gunung yang menjulang tinggi itu, ia bagaikan raksasa yang begitu besar dan puncaknya menembus awan. Gunung itu akan terkenang karena berapa tinggi puncaknya menjulang, puncak yang mungkin tak pernah terlihat karena selalu diatas awan. Dari puncak gunung dapat terlihat begitu indah pemandangan dibawahnya, dapar melihat bentangan panorama alam yang sangat luas dari atas sana.

Namun, coba kita lihat kebawah. kenapa puncak yang selalu dipuja-puja itu bisa tetap kokoh dan menjulang tinggi? Padahal selalu didera hujan dan badai yang pasti lebih dahsyat daripada di daerah rendah. Iya, karena gunung itu bukan hanya puncak saja, tapi gunung itu juga ditopang dengan kaki-kaki gunung yang begitu kuat. Bayangkan ketika kaki gunung itu kropos, tentu puncak yang begitu tinggi akan mudah jatuh. Puncak yang selalu dipuja itu akan runtuh. Tak dapat lagi menjulang menembus langit, tak dapat lagi melihat panorama alam luas.


Kalau kita cermat, antara kaki manusia dan kaki gunung itu sama. Percuma ketika manusia itu pintar, cerdas dan tampan. Percuma ketika gunung itu menjulang tinggi menembus awan. Ketika pondasinya kropos ataupun terluka, pondasi itu tempat untuk berpijak untuk memulai segala yang ada diatasnya. Ketika pondasinya lemah maka hancurlah apa yang ada diatasnya. waAllualam bisawaf, semoga dapat menemukan makananya. Ini hanya cerita kecil dari seorang aktifis yang terkapar karena salah satu dari 2 pondasi tubuhnya terluka. 

Terdiam

Siapa orang yang tidak kaget ketika biasanya beraktifitas tanpa henti, dari pagi sampai malam, dari malam sampai pagi lagi. Rasanya seperti orang depresi, tapi entahlah seakan tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Sebuah perasaan rindu akan aktifitas biasanya, aktifitas yang terkadang memuat tubuh ini lelah dan ingin berhenti dari segala aktifitas itu. Tapi kini ketika kesempatan itu diberikan, rasanya terlalu mendadak. Hati ini belum siap harus meninggalkan hiruk pikuk suasana kampus yang  sedang kupegang saat ini. Hati ini masih ingin bersama mereka para aktivis aktivis kampus, entah dengan agenda dakwah yang selama ini selalu menjadi cita-cita dalam diriku. Masih ingin duduk melingkar bersama mereka, menyampaikan pendapat ataupun bersitegang untuk mempertahankan pendapat. Bersyukurlah kalian manusia yang masih diberi kesempatan Allah SWT untuk tetap dalam kesempurnaan manusia.

Ketika hari ini harus terdiam dan membisu rasanya sangat tidak produktif sekali, apa yang bisa aku lakukan untuk orang-orang disekitarku seperti biasanya. Kasur ini, kamar ini, rumah ini mungkin orang bilang ini tempat nyaman untuk istirhat tapi bagiku suara angin yang bertiup kencang itu justru membuat fikiranku bertambah kalut. Selalu terlintas ingin rasanya segera bangun dan melanjutkan aktifitas biasanya. Suara angin itu memang keras tapi tetap tidak bisa menggantikan suara orang-orang yang selama ini ada disekitarku.


Ya Allah, ketika ini caramu untuk mengurangi dosa yang pernah kulakukan. Aku percaya engkau memberi apa yang aku butuhkan. Ketika ini caramu untuk menegurku, kurasa engkau zat yang maha tahu atas segala dalam diriku. Namun, aku tetap memohon kepadaMu kuatkanlah hati ini, karena engkaulah zat yang maha membolak balikkan hati. Maafkanan aku jika selama ini hanyalah berbuat dosa, ampunkan diriku atas segala salah dan khilaf. Terimakasih untuk orang-orang yang sempat menemaniku dalam kesendirian.