Rabu, 14 Agustus 2013

Time to home


Pagi ini seperti langit dan bumi, iyaa... setelah sekian lama seorang anak ini tidak memperlihatkan batang hidung di hadapan ibunya.  “Saur saur” suara berbeda dari suara yang biasa kudengar dari kicauan pengeras suara masjid itu. Yah, itulah suara ibuku yang Alhamdulillah malam ini aku dapat merasakan kasih dan sayangnya lagi. Seperti sudah bertahun-tahun aku tidak pulang. Bahkan sampai orang yang bagiku paling cuek menayakan kabarku, setelah pulang dari masjid kampung senyuman beliau yang tumben ini menyapa dan mengulurkan tangannya. Alhamdlillah kedua orang tuaku seakan sangat merindukan anak kecil yang sok dewasa ini. Hiks... 
Pagi buta kurasakan sangat besar perbedaannya, ketika biasanya harus kubayar dengan uang apa yang kusantap untuk sahur, pagi ini sudah disediakan diatas meja dan semua itu gratis. Ya Allah, super sekali ternyata rumahku ini. Langsung saja kuambil, walaupun hanya sedikit karena memang sedikit porsiku saat sahur. Nah, muncul lagi perbedaan dari hari-hari sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya dalam bulan puasa ini kututup santap sahurku dengan segelas “besar” susu coklat. Yah, sejak bertahun-tahun tahun lalu memang sudah aku deklarasikan ke ibuku bahwa susu ya warna coklat. “dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang telah engkau dustakan” QS 55:55. Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Latunan lagu yang hari ini benar sangat kurasakan, bayangkan kalau ditotal sahur pagi ini bisa habis 15ribu mungkin. Tapi berapakah harga yang harus kubayar? Untuk santap sahur yang nikmat ini? untuk suara alarm yang merdu ini? untuk segelas susu coklat yang tanpa ku pesan ini? Dan untuk perhatian yang luar biasa ini? Hari ini kudapati itu semua gratis atau diskon 100% lah menurutku.
Adzanpun terdengar bergegas orang cuek itu mengajakku ke masjid dengan adzannya yang sangat kuhafal suaranya. Ahh.. merasa bersalah sekali aku, anaknya yang masih muda ini malah harus dipanggil oleh suara adzannya. Akhirnya kuambil jaket itu dan kubergegas berangkat kemasjid yang mungkin sudah setengah tahun tidak kulihat rupanya. Alangkah kaget dan terkejutnya hati ini ketika kulihat dari jauh lampu masjid itu hanya di hidupkan bagian depan saja, langsung terfikir sejenak dalam benak ini “pasti sepi”, ternyata semakin dekat aku berjalan semakin terlihat jelas tumpukan sandal didepan yang tidak terlalu banyak.
Kaget bukan kepayang, setelah kuambil air wudhu, hanya kulihat empat orang saja disana. Dan salah satu diantaranya orang cuek itu, ayahku. Hmmm, ditempatku biasanya minimal ada 1 baris lebih di depan kalau sholat subuh seperti ini tapi disini hanya ada 2 baris ikhwan dan akhwat, itupun barisan yang belum lengkap.
Langsung kutancapkan niat dalam dada ini, pokoknya selama aku disini sholatku harus disini. Ketika kemarin masjid kampusku itu adalah masjid pribadiku, saat ini masjid kampungku ini ya masjid pribadiku. Alhamdulillah hari ini masih di beri kesempatan untuk bersama mereka merasakan dunia yang bagiku cukup seignifikan perbedaanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar