Pagi ini seperti langit
dan bumi, iyaa... setelah sekian lama seorang anak ini tidak memperlihatkan
batang hidung di hadapan ibunya. “Saur
saur” suara berbeda dari suara yang biasa kudengar dari kicauan pengeras suara
masjid itu. Yah, itulah suara ibuku yang Alhamdulillah malam ini aku dapat
merasakan kasih dan sayangnya lagi. Seperti sudah bertahun-tahun aku tidak
pulang. Bahkan sampai orang yang bagiku paling cuek menayakan kabarku, setelah
pulang dari masjid kampung senyuman beliau yang tumben ini menyapa dan
mengulurkan tangannya. Alhamdlillah kedua orang tuaku seakan sangat merindukan
anak kecil yang sok dewasa ini. Hiks...
Pagi
buta kurasakan sangat besar perbedaannya, ketika biasanya harus kubayar dengan
uang apa yang kusantap untuk sahur, pagi ini sudah disediakan diatas meja dan
semua itu gratis. Ya Allah, super sekali ternyata rumahku ini. Langsung saja
kuambil, walaupun hanya sedikit karena memang sedikit porsiku saat sahur. Nah,
muncul lagi perbedaan dari hari-hari sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya
dalam bulan puasa ini kututup santap sahurku dengan segelas “besar” susu
coklat. Yah, sejak bertahun-tahun tahun lalu memang sudah aku deklarasikan ke ibuku
bahwa susu ya warna coklat. “dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang telah engkau
dustakan” QS 55:55. Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Latunan
lagu yang hari ini benar sangat kurasakan, bayangkan kalau ditotal sahur pagi
ini bisa habis 15ribu mungkin. Tapi berapakah harga yang harus kubayar? Untuk santap
sahur yang nikmat ini? untuk suara alarm yang merdu ini? untuk segelas susu
coklat yang tanpa ku pesan ini? Dan untuk perhatian yang luar biasa ini? Hari
ini kudapati itu semua gratis atau diskon 100% lah menurutku.
Adzanpun
terdengar bergegas orang cuek itu mengajakku ke masjid dengan adzannya yang
sangat kuhafal suaranya. Ahh.. merasa bersalah sekali aku, anaknya yang masih
muda ini malah harus dipanggil oleh suara adzannya. Akhirnya kuambil jaket itu
dan kubergegas berangkat kemasjid yang mungkin sudah setengah tahun tidak
kulihat rupanya. Alangkah kaget dan terkejutnya hati ini ketika kulihat dari
jauh lampu masjid itu hanya di hidupkan bagian depan saja, langsung terfikir sejenak
dalam benak ini “pasti sepi”, ternyata semakin dekat aku berjalan semakin
terlihat jelas tumpukan sandal didepan yang tidak terlalu
banyak.
Kaget
bukan kepayang, setelah kuambil air wudhu, hanya kulihat empat orang saja
disana. Dan salah satu diantaranya orang cuek itu, ayahku. Hmmm, ditempatku
biasanya minimal ada 1 baris lebih di depan kalau sholat subuh seperti ini tapi
disini hanya ada 2 baris ikhwan dan akhwat, itupun barisan yang belum lengkap.
Langsung
kutancapkan niat dalam dada ini, pokoknya selama aku disini sholatku harus
disini. Ketika kemarin masjid kampusku itu adalah masjid pribadiku, saat ini
masjid kampungku ini ya masjid pribadiku. Alhamdulillah hari ini masih di beri
kesempatan untuk bersama mereka merasakan dunia yang bagiku cukup seignifikan
perbedaanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar