Sahabat,
insyAllah kali ini kita akan membahas sebuah sifat manusia. Sebuah sefat yang
kata orang saat ini sudah jarang dimiliki. Padahal makna dari sifat ini akan
wajib ditanamkan dalam-dalam pada setiap pemimpin, bukan presiden, bukan
gubernur, bukan khilafah, bukan ustad. Tapi cukup dengan kita melihat jauh
kedalam diri kita, hakekatnya seorang manusia adalah pemimpin. Sifat itu adalah
integritas, yah integritas yang saat ini sudah luntur dalam setiap sanubari
manusia. Integritas ini akan mempengaruhi setiap tingkah dan perilaku dari
setiap manusia. Integritas merupakan jati diri, jati diri dari setiap manusia
dimana apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan itu sejajar.
Menoleh
kebelakang, hari ini aku masih berada dalam sebuah organisasi. Organisasi dimana
pertama kali aku memimpin sebuah organisasi resmi, memimpin dengan begitu
banyak permasalahan diawal. Bahkan tak bisa kututupi aku hanya seorang manusia
biasa, bukan super hero yang mempunyai kekuatan super. Hingga akhir
kepengurusan ini, begitu banyak masalah yang akhirnya diperbesar. Dan waktu itu
ketika ada seorang adek berkata, “ mas, kalau seperti ini terus gak akan pernah
maju. Kita sudah dari awal punya masalah. Percuma kalau sudah di akhir begini,
gak akan pernah maju. Coba dari dulu mas seperti ini...seperti ini....seperti
ini... “ kata kata itu terus saja dia lontarkan untuk mengkritik segala macam
kekurangan yang ada, tanpa pernah membandingkannya dengan pembanding sebelum
sebelumnya.
Beberapa
waktu setelah itu, ketika ada sebuah rapat evaluasi untuk menyongsong periode
depan. Ingin rasanya aku buktikan, dengan caramu itu apakah bisa membuat semua
permasalahan ini selesai. Orang yang dengan mudah mengkritik itu sama sekali
tidak kelihatan. Bahkan kabarpun tidak ada, entahlah mungkin khusnudzon saja
sedang ada acara yang jauh lebih penting. Hingga pasca itu banyak kerja-kerja
yang harusnya dia ikut membantu, tapi pun sama saja tidak terlihat batang
hidungnya. Sampai akhirnya sebuah pertanyaan kulontarkan, “ kemaren kemana? Ko gak
ikut ngerjain wearpack?” “aduh maaf mas, aku ada acara di kos, ada proyek sm
temen-temen udah d tunggu”.
Sahabat,
lihatlah cerita diatas. Mudah memang ketika berbicara, apalagi menacari sebuah
kekurangan orang hingga akhirnya merasa
dirinya lebih baik. Tapi lihat, seberapa sering kita melihat orang lain
dibanding menginstropeksi diri? Disinilah integritas itu berperan, gampang
memang ketika menganggap diri ini lebih baik, dengan bermacam-macam masukan
untuk orang lain. Namun, lihatlah apakah masukan itu bukan untuk kita, apakah
petuah itu bukan untuk kita. sedangkan ketika kita berbicara telinga paling dekat
dengan mulut adalah telinga kita. Kemudian, sebenarnya integritas itu apa?
Pertama,
intergritas adalah tanggung jawab. Tanggung jawab atas apa yang sudah ia
yakini, tanggung jawab atas apa yang ia lakukan, tanggung jawab atas apa yang
ia katakan. Tidak semua apa yang diyakini, dilakukan dan dikatakan itu pasti
benar. Dan tanggung jawab untuk kebenaran adalah dengan memperjuangkan
kebenaran itu meski banyak menentang. Sementara tanggung jawab untuk sebuah
kesalahan adalah ketika ia berani mengakui sebuah kesalahan, meminta maaf dan
berjanji dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Tidak mudah memang
ketika ego masih dijadikan sebuah prioritas. Namun, bukti sebuah komitmen
adalah sebuah tanggung jawab.
Kedua,
integritas berarti dapat dipercaya. Untuk menjadi orang yang dapat dipercaya
tidaklah mudah, karena kepercayaan orang itu akan terlihat ketika ia melihat
dengan mata kepalanya sendiri, sementara kita tidak mungkin ada di depan mata
orang dalam waktu yang lama. untuk menjadi orang yang dapat dipercaya adalah
cukup degan membuat apa yang ia katakan dan apa yang ia kejakan itu sejalan. Ketika
merasa tak mampu untuk melakukan lebih baik diam.
Ketiga,
integritas berarti menguasai dan mendisiplinkan diri. Banyak orang salh dalam
mengartikan disiplin kerja, yaitu bekerja tanpa lelah, bekerja tanpa istirahat.
Itu jelas salah, disiplin itu mampu menguasai diri dari segala macam ego, atau
keinginan. Orang disiplin bukanlah orang yang paling banyak kerjanya namun
orang yang paling efisien kerjanya. Ia bekerja bukan tas dasar apa yang ia
inginkan, namun ia bekerja atas apa yang dibutuhkan.
OK,
sahabat mungkin sedikti pembelajaran yang dapat disampaikan. Setiap orang pasti
punya kekurangan, yang terpenting adalah bagaimana dia menambah kelabihannya
bukan bagaimana ia menutupi kekurangannya. Jadilah orang yang senantiasa
mengevaluasi diri, bukan mengevaluasi orang lain. Salam semangat perbaikan ^_^
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar