Bagaimana mungkin aku bisa menulis, jika jemari tanganku diam dan tak mau bergerak.
Aku pun heran dengan diriku, banyak yang aku punya tapi terlihat tak punya apa-apa. Biasanya ada yang membanggakan tapi semuanya selalu sirna. Batasan-batasan waktu yang seolah membunuh akal sehatku. Ruang-ruang semu yang tak bisa aku lihat meski aku mencoba mebacanya.
Aku harus bagaimana? saat aku tak punya pijakan. Bukankah setiap yang melangkah itu pasti berpijak? bagaumana mungkin dia bisa berjalan diatas awang-awang. Kalaupun bisa tentulah ada mukjizat disana.
Rasanya hampa, mataku hanya melihat degradasi dua warna hitam dan putih. Mereka kadang terpisah, tapi kadang menyatu. Kemana warna yang lain? sudah pudar kah, atau sudah hilang ditelan cahaya.
Sepertinya akal, fikiran dan hati tak kunjung mau berpadu. Mungkin salah satu diantara mereka ada yang terluka. atau dominasi diantara ketiganya yang tidak merata.
Sudahlah, sepertinya semua orangpun tahu. Hati yang gelisah adalah tanda kesalahan. Bukan hal yang mustahil jika hati itu rusak. Karena hati yang fitrah itupun akan menjadi kotor jika terus menerus kau paksa.
Mengapa tidak mencoba untuk bergerak, padahal Pencipta menyuruhmu untuk bangun dari tidur nyenyak. Menarik lembaran selimut dari tubuhmu agar kehangatan itu tak melenakan.
Mengapa tak pernah bersyukur. Bukankah kita tidak akan pernah lupa dengan aib yang kita lakukan. bagaimana jika aib-aib itu terbuka. Sungguh Dia telah benar-benar menutup setiap kesalahan, dan itu hanya karena agar kita mau bersyukur dan belajar.
Ayoo, tidak ada alasan untuk berdiam diri. Tidak ada pembenaran untuk tidak berbuat baik. Masihkah selalu kita dengarkan, Dia memanggilmu dengan sapaan "hayya' alal falah" bukankah itu berarti hanya ada kebaikan yang Dia inginkan darimu.
Sadarlah, Hari ini kita masih hidup.
Aku pun heran dengan diriku, banyak yang aku punya tapi terlihat tak punya apa-apa. Biasanya ada yang membanggakan tapi semuanya selalu sirna. Batasan-batasan waktu yang seolah membunuh akal sehatku. Ruang-ruang semu yang tak bisa aku lihat meski aku mencoba mebacanya.
Aku harus bagaimana? saat aku tak punya pijakan. Bukankah setiap yang melangkah itu pasti berpijak? bagaumana mungkin dia bisa berjalan diatas awang-awang. Kalaupun bisa tentulah ada mukjizat disana.
Rasanya hampa, mataku hanya melihat degradasi dua warna hitam dan putih. Mereka kadang terpisah, tapi kadang menyatu. Kemana warna yang lain? sudah pudar kah, atau sudah hilang ditelan cahaya.
Sepertinya akal, fikiran dan hati tak kunjung mau berpadu. Mungkin salah satu diantara mereka ada yang terluka. atau dominasi diantara ketiganya yang tidak merata.
Sudahlah, sepertinya semua orangpun tahu. Hati yang gelisah adalah tanda kesalahan. Bukan hal yang mustahil jika hati itu rusak. Karena hati yang fitrah itupun akan menjadi kotor jika terus menerus kau paksa.
Mengapa tidak mencoba untuk bergerak, padahal Pencipta menyuruhmu untuk bangun dari tidur nyenyak. Menarik lembaran selimut dari tubuhmu agar kehangatan itu tak melenakan.
Mengapa tak pernah bersyukur. Bukankah kita tidak akan pernah lupa dengan aib yang kita lakukan. bagaimana jika aib-aib itu terbuka. Sungguh Dia telah benar-benar menutup setiap kesalahan, dan itu hanya karena agar kita mau bersyukur dan belajar.
Ayoo, tidak ada alasan untuk berdiam diri. Tidak ada pembenaran untuk tidak berbuat baik. Masihkah selalu kita dengarkan, Dia memanggilmu dengan sapaan "hayya' alal falah" bukankah itu berarti hanya ada kebaikan yang Dia inginkan darimu.
Sadarlah, Hari ini kita masih hidup.