Hidup ini cerita, saat semuanya tak ada yang diam. Karena perubahan itu pasti, apa yang ada dilangit dan di bumi semuanya berubah dan terus berubah. Jika tak ada yang berubah lagi, sadarlah mungkin ada Dzat yang berkendak di atas sana.
waktu terus berganti,
detik berganti detik menjadi menit,
menit berganti menit menjadi jam,
jam berganti jam menjadi hari,
dan haripun berganti hari menjadi bulan,
Tak terasa hampir satu bulan sudah kenikmatan beribadah, rejeki berlimpah, bulan rahmad, bulan maghfirah dan bulan ampunan atas segala dosa. Saat dimana proses recharging di buka selebar lebarnya untuk bertahan 11 bulan setelahnya.
Siapa menyangka hanya didasari oleh kejenuhan waktu, pada akhirnya membuat tulisan. Didukung kecanggihan Komputer abad 21 dan Mesin pencetak tulisan multiwarna. 2 Lembar kertas bertuliskan "Proposal Ramadhan 1436 H", dihiasi sya'ir termasyhur yang dilafadzkan hampir di seluruh penjuru dunia. Do'a, Niat, Ikhtiar dan Cita-cita tertuang dalam kalimat "Bismillahirrahmanirrahim", berharap dapat memulai atas ijin Dia yang Maha Rakhman dan Maha Rakhim.
Dinginnya malam menjadi saksi saat tubuh bertulang kecil itu berjuang, gagah berani seperti panglima perang yang sudah menang berkali-kali. Padahal dia adalah pendosa yang baru sadar dan tertampar bahwa memang tidak ada kehidupan paling nyaman selain akhirat.
Kata demi kata dalam proposal itu ia lihat, kemudian diingat agar tak terlupakan. Tekat besarnya, tak ingin menjadi orang yang merugi muncul sesaat ketika seorang guru berkata "Bulan Ramadhan Allah janjikan Rahmat, Maghfirah dan Haramnya api neraka, jikalah seorang mengakhiri ramadhan tanpa mendapatkan ketiganya tentu dia adalah orang yang merugi". Siapa yang bisa memastikan akan mengulang fenomena ini setehun kedepan? tak ada dan tak akan pernah ada.
Rasanya kenikmatan masa ini baru terasa semenjak 21 tahun berlalu. Tak kuasa seluruh peluh tercurah, tangan tengadah menandakan ikhtyar terakhir berupa do'a. Bagaimana tidak, 21 tahun saat Rosullullah Muhammad sudah memiliki usaha mandiri padahal tanpa ayah dan ibu, 21 tahun saat Sultan Muhammad Al Fatih mengukir sejarah robohnya benteng konstantinopel, atau 21 tahun saat Imam Syafi'i sudah menghafalkan 114 surat firman Al Kholiq.
Sebaliknya banyak waktu terlewatkan, banyak dosa dilakukan, banyak perintah ditinggalkan dan banyak ibrah hanya sebatas ucapan. 21 tahun beralalu tanpa sejarah-sejarah besar terukir, justru kehinaan atas nafsu tak terbatas. Kalaulah ada kebaikan, kiranya Allah hadiahkan sebagai ujian atas keimanan dan kecintaan Rabb terhadap hambaNya hingga aib itu tak ditampakkan.
Saat itu adalah suhu teredah selama 2 bulan terakhir. Dimana 2/3 malam menjadi saksi saat do'a syukur, ampunan dan harapan bersatu padu. Lirih, penuh harap dan penuh ketenangan, pasca Rosulullah tak ada satu nama pun terucap pertama dan menjadi utama selain 2 kata "Bapak dan Ibu". Dua sosok yang Allah titipkan ridhoNya di dunia, Do'a malam itu adalah rasa bersalah dan kerinduan seorang anak muda yang begitu sombong. Jangankan berbakti dengan jiwa dan raga, bahkan hanya untuk sekedar menyapa dalam do'a pun tak pernah ada waktu.
Betapa kejamnya, saat nyawa menjadi taruhan untuk menyaksikan bayi kecil lahir ke dunia. atau 9 bulan tanpa waktu untuk meletakkan beban berat yang menempel itu. Bahkan 21 tahun membuatnya nampak tua dan lemah, keringat mengucur deras, kulit terbakar terik matahai namun dia tetap tegar.
Lantas apa yang bisa diberikan untuk mereka? Jikalah memang akhirat adalah dunia terbaik, maka disanalah pemberian itu akan sangat berguna. Namun apa daya, fakta berbicara kalaulah harta tak seberapa. Tak mampu menyisihkan amal jariyah agar pahala tak terputus. Pun takdir sudah terlewat, ilmu mereka tak banyak. Tak bisa mendidik orang agar di amalkan sepanjang hayat, hingga ilmu jariyahpun hanya tinggal kenangan.
Angin dingin menyapa, air mata menetes dan isak nafas menjadi nada paling indah. Romantika 2/3 malam itu Allah pernah janjikan kepada mereka bahwa do'a anak sholeh kepada orang tuanya tak akan pernah terputus walaupun beda dunia.
Allahu Akbaaarrrr...
Tertunduk dalam tengadah, saat tangan-tangan memohon kepada Rabb nya.
"Yaa Allah ya Malikul Qudus, Yaa Rahman, Yaa Rahiim. Yaa Allah Al-Muntaqim, Yaa Rabb. Hamba mohon atas diri dan hati hamba yang ada dalam genggamanMu. Kalaulah orang tua hamba tak punya harta yang berlimpah untuk beramal jariyah, kalau lah orang tua hamba adalah orang-orang tak berilmu lebih untuk bermanfaat. Maka ijinkanlah mereka, maka Ridhoilah mereka, maka karuniakanlah kepada mereka anak yang sholeh ya Rabb... dan Anak-anak yang sholeh itu adalah hamba...."
Aamiin, Aamiin, Aamiin Yaa Rabbal 'alamin.
Ramadhan 1436H, Semoga bermanfaat.
waktu terus berganti,
detik berganti detik menjadi menit,
menit berganti menit menjadi jam,
jam berganti jam menjadi hari,
dan haripun berganti hari menjadi bulan,
Tak terasa hampir satu bulan sudah kenikmatan beribadah, rejeki berlimpah, bulan rahmad, bulan maghfirah dan bulan ampunan atas segala dosa. Saat dimana proses recharging di buka selebar lebarnya untuk bertahan 11 bulan setelahnya.
Siapa menyangka hanya didasari oleh kejenuhan waktu, pada akhirnya membuat tulisan. Didukung kecanggihan Komputer abad 21 dan Mesin pencetak tulisan multiwarna. 2 Lembar kertas bertuliskan "Proposal Ramadhan 1436 H", dihiasi sya'ir termasyhur yang dilafadzkan hampir di seluruh penjuru dunia. Do'a, Niat, Ikhtiar dan Cita-cita tertuang dalam kalimat "Bismillahirrahmanirrahim", berharap dapat memulai atas ijin Dia yang Maha Rakhman dan Maha Rakhim.
Dinginnya malam menjadi saksi saat tubuh bertulang kecil itu berjuang, gagah berani seperti panglima perang yang sudah menang berkali-kali. Padahal dia adalah pendosa yang baru sadar dan tertampar bahwa memang tidak ada kehidupan paling nyaman selain akhirat.
Kata demi kata dalam proposal itu ia lihat, kemudian diingat agar tak terlupakan. Tekat besarnya, tak ingin menjadi orang yang merugi muncul sesaat ketika seorang guru berkata "Bulan Ramadhan Allah janjikan Rahmat, Maghfirah dan Haramnya api neraka, jikalah seorang mengakhiri ramadhan tanpa mendapatkan ketiganya tentu dia adalah orang yang merugi". Siapa yang bisa memastikan akan mengulang fenomena ini setehun kedepan? tak ada dan tak akan pernah ada.
Rasanya kenikmatan masa ini baru terasa semenjak 21 tahun berlalu. Tak kuasa seluruh peluh tercurah, tangan tengadah menandakan ikhtyar terakhir berupa do'a. Bagaimana tidak, 21 tahun saat Rosullullah Muhammad sudah memiliki usaha mandiri padahal tanpa ayah dan ibu, 21 tahun saat Sultan Muhammad Al Fatih mengukir sejarah robohnya benteng konstantinopel, atau 21 tahun saat Imam Syafi'i sudah menghafalkan 114 surat firman Al Kholiq.
Sebaliknya banyak waktu terlewatkan, banyak dosa dilakukan, banyak perintah ditinggalkan dan banyak ibrah hanya sebatas ucapan. 21 tahun beralalu tanpa sejarah-sejarah besar terukir, justru kehinaan atas nafsu tak terbatas. Kalaulah ada kebaikan, kiranya Allah hadiahkan sebagai ujian atas keimanan dan kecintaan Rabb terhadap hambaNya hingga aib itu tak ditampakkan.
Saat itu adalah suhu teredah selama 2 bulan terakhir. Dimana 2/3 malam menjadi saksi saat do'a syukur, ampunan dan harapan bersatu padu. Lirih, penuh harap dan penuh ketenangan, pasca Rosulullah tak ada satu nama pun terucap pertama dan menjadi utama selain 2 kata "Bapak dan Ibu". Dua sosok yang Allah titipkan ridhoNya di dunia, Do'a malam itu adalah rasa bersalah dan kerinduan seorang anak muda yang begitu sombong. Jangankan berbakti dengan jiwa dan raga, bahkan hanya untuk sekedar menyapa dalam do'a pun tak pernah ada waktu.
Betapa kejamnya, saat nyawa menjadi taruhan untuk menyaksikan bayi kecil lahir ke dunia. atau 9 bulan tanpa waktu untuk meletakkan beban berat yang menempel itu. Bahkan 21 tahun membuatnya nampak tua dan lemah, keringat mengucur deras, kulit terbakar terik matahai namun dia tetap tegar.
Lantas apa yang bisa diberikan untuk mereka? Jikalah memang akhirat adalah dunia terbaik, maka disanalah pemberian itu akan sangat berguna. Namun apa daya, fakta berbicara kalaulah harta tak seberapa. Tak mampu menyisihkan amal jariyah agar pahala tak terputus. Pun takdir sudah terlewat, ilmu mereka tak banyak. Tak bisa mendidik orang agar di amalkan sepanjang hayat, hingga ilmu jariyahpun hanya tinggal kenangan.
Angin dingin menyapa, air mata menetes dan isak nafas menjadi nada paling indah. Romantika 2/3 malam itu Allah pernah janjikan kepada mereka bahwa do'a anak sholeh kepada orang tuanya tak akan pernah terputus walaupun beda dunia.
Allahu Akbaaarrrr...
Tertunduk dalam tengadah, saat tangan-tangan memohon kepada Rabb nya.
"Yaa Allah ya Malikul Qudus, Yaa Rahman, Yaa Rahiim. Yaa Allah Al-Muntaqim, Yaa Rabb. Hamba mohon atas diri dan hati hamba yang ada dalam genggamanMu. Kalaulah orang tua hamba tak punya harta yang berlimpah untuk beramal jariyah, kalau lah orang tua hamba adalah orang-orang tak berilmu lebih untuk bermanfaat. Maka ijinkanlah mereka, maka Ridhoilah mereka, maka karuniakanlah kepada mereka anak yang sholeh ya Rabb... dan Anak-anak yang sholeh itu adalah hamba...."
Aamiin, Aamiin, Aamiin Yaa Rabbal 'alamin.
Ramadhan 1436H, Semoga bermanfaat.